PUISI

PUISI

Harga Adat

Harga Adat

berjalan semalam suntuk mengusir kantuk ingin segera tiba di bukit itu lewat jalan setapak tak henti aku mengulur tangan untuk berjabat mungkin subuh gigil aku tiba di sana sejenak kupandangi lagi jalan baru saja kulalui tiba di ujung bukit lega menghirup udara sebab tangan teman dapat kugapai sebagai sanak tangan-tangan kami bergenggaman di tengah kaki kami berpijak sebuah tungku dengan…
Noena Dewi Hardianti

Noena Dewi Hardianti

entah bagaimana kita bisa berhadap-hadapan di satu meja perjamuan lilin meredup di atasnya hanya ada satu gelas terisi setengah air putih aku haus, katamu aku juga begitu, kataku sambil memandangi gelas itu entah siapa yang akan minum tak ada mulut benar-benar terbuka yang banyak mulut menganga kata seorang pelayan yang sejak tadi memeriksa bola matamu nyala api dari lilin tak…
Makrifat Perjalanan dan Doa di Dua Pulau

Makrifat Perjalanan dan Doa di Dua Pulau

aku mendengar adzan berkumandang dari toa masjid-masjid beberapa saat seusai pesawat lending, ditemani senja merah bata. dan aku merasa seperti tengah duduk bersila dihadapan kiai di surau desa yang sepi dan dingin mataku tak kuat menatap wajah dan surbannya. selain takdzim mendengar kata demi kata bacaan kitab yang dieja begitu pasih. mengenangkan air wudhu yang harus dibayar tunai saat hendak…
Malam Minggu dalam Segelas Teh Tarik

Malam Minggu dalam Segelas Teh Tarik

mendengar blues dimainkan, perempuan berkawat gigi berambut pirang dan berbulu mata palsu menganggukkan kepalanya. jemari tangannya setia memainkan ponsel layar sentuh miliknya. malam ini setia telah lama dibarter dengan segelas teh tarik dengan sisa gincu yang menempel dibibir gelasnya. hidup tak lebih hanyalah cara menyiasati kenyataan agar tak tampak kusut oleh nasib yang payah dan tersaruk-saruk. perempuan itu tampak tertunduk…
Memesan Djakarta

Memesan Djakarta

bersama saudaraku Arham Syah dan Irwan kita berdiskusi dan menertawakan kekolotan dan lugunya kita sendiri dan kita sama belajar membaca filsafat kelucuan dan kegelian kita pada hidup yang gombal dan njomplang ondel-ondel mendekati menawarkan kreatifitas dan celengan lalu kita sama menengok luka kemanusiaan dan perjuangan hidup orang orang membicarakan kehidupan dan kita tengah serius menjejak di tanah yang tempo hari…
TUGAS HARIAN

TUGAS HARIAN

Aku berangkat menuju rumah mu Berpagar ego, berumput kesepian Ku ketuk berlahan agar pintu mu tak retak Tak ada jawaban Ku ketuk lagi, sedikit lebam dan berdarah Pintu mu rusak, mampus aku Kau mendongak dari jendela Mata sayu, pipi tirus, bibir menghitam Sedikit menggambarkan kesakitan Kau persilahkan aku masuk Aku ragu, tapi kaki sudah melangkah mendahului akal Takjub Rumah mu…
PUNTUNG

PUNTUNG

  Aku menertawai sepi Rata wajah mengiringi lagu kusut dari radio Malam tak menampakkan nuansa kelam Juga jendela rumah mu yang rontok diterpa rindu Aku coba tenggelam bersama tabu asmara Biar hilang dendam yang dulu merajai Juga kerikil senyum selalu membuatku tersandung Apakah itu dari mu semua ? Lama pertanyaan yang terjaring masa lalu Sulit juga tidak sebenarnya Hanya aku…
LARUT

LARUT

Ada sesak diantara hati yang rapuh Merupakan kesenangan jika hanya berupa senyuman Pun sebaliknya kesengsaraan jika mengajak berkenalan Pada satu kesempatan Coklat putih dengan secangkir kerinduan bertemu Tak banyak percakapan yang terjadi Hanya pertanyaan basa-basi Kaku dan getar getir menjawab Untung saja tak kau lihat sebagaimana otak ku berputar Mencari celah agar terlihat baik-baik saja Menjadi biasa walau sebenarnya rapuh…
Episode Musim Penghujan

Episode Musim Penghujan

kau akan pergi, katamu satu kepedihan lagi dijatuhkan di dadaku pun sepertinya keretamu tak mau menunggu meski aku belum selesai membacamu tepat pukul 02.45 peluitmu berbunyi tergesa kau angkat koper sambil berlari saat aku baru saja selesai menenggak sesendok obat pereda batuk aku menyebutnya sebagai episode musim penghujan seperti hujan di kelopak mataku yang berjatuhan akhirnya satu lakon telah selesai…
Dua Puluh Menit

Dua Puluh Menit

katakan, baik-baik saja sekian musim yang alpa jarum jam yang mengeriput dimakan usia entah berapa banyak kelopak kembang sepatu yang kuhitung satu demi satu jatuh berguguran; menandai waktu katakan, kau baik-baik saja sekian lama aku harus menanti saatnya menabuh genderang sebagai pertanda saat jumpa dua puluh menit, cukupkan aku mengenangmu siang itu… Kedoya Di Depan Televisi aku merebahkan setiap penat…
Tentang Subuh

Tentang Subuh

untuk saudaraku tika, rika dan ana ini tentang subuh yang berkisah juga soal hujan yang mengguyur. dan sisa air hujan dan gelembung air di jendela kaca. serupa rindu dan ketakutan yang tak pernah simpel. ini tentang subuh ditemani selusin hikayat juga rafalan mantra-mantra pemanggil hujan dan keselamatan juga pengharapan ini tentang subuh yang mampir di mushallah tempat pesawat lending dan…
Aku Pesan Bebek Palekko’

Aku Pesan Bebek Palekko’

bersama: daeng emba di atas bibir bantaran sungai salo karajae yang tak berombak kita memesan makanan. kepada perempuan yang berhidung bangir dan berhijab santun, aku memesan bebek palekko bersama sepiring ketulusan kata-kata. sedang engkau memesan ikan bolu dan segelas kopi kebaikan juga gairah. lagu-lagu barat mengalun pelan dengan petikan guitar akustik. indah memang, tetapi tak sesahdu kecapi bugis dan sinrilik…
Back to top button