berjalan semalam suntuk
mengusir kantuk
ingin segera tiba di bukit itu
lewat jalan setapak
tak henti aku mengulur tangan untuk berjabat
mungkin subuh gigil aku tiba di sana
sejenak kupandangi lagi jalan baru saja kulalui
tiba di ujung bukit
lega menghirup udara
sebab tangan teman dapat kugapai
sebagai sanak
tangan-tangan kami bergenggaman
di tengah kaki kami berpijak
sebuah tungku dengan asap wangi kemenyan
kami seperti merayakan upacara sakral
seperti doa-doa dipajatkan ke langit
juga seperti merangkai janji atas nama Muhammad kekasih Allah
hikmad
hening
hanya ada degup jantung
saling berbisik
dan memahami bahasa masing-masing
dari balik asap dupa
melintas satu bayangan
seperti sihir dalam angan
asap meleleh kemudian
teranglah di mataku wajah Rahmat
tangannya yang hamil
melahirkan Ashari
bergegas aku menggendong seperti bayiku sendiri
ah, terlalu mahal harga adat
hanya untuk satu perkawinan bisik semut
Galeso, Juli 2019