CARITA KACO

  • Mei- 2022 -
    1 Mei

    Malam Lebaran 1443 H

    Kaco dan Cicci mengucapkan selamat menikmati malam lebaran dengan buras dan atupe’ siola manu’ pura gere’. Mari sucikan hati dan diri kita dengan tidak membuang sampah dan kotoran sisa petuyu’ buras dan polasti’ paannang bayu, calana siola sandal baru. Karena Ramadan dan Lebaran bukanlah pesta kotoran dan gagah-gagahan, tetapi sebagai ruang sujud dalam kesucian. Mohon ampolo’ doi’ mamea’ juga maaf…

    Read More »
  • 1 Mei

    PUASA KACO 29

    Setiba di kampungnya, entah apa yang merasuki Kaco mendadak dengan pakaian medis lengkap dirinya berkeliling usai buka ke semua tempat keramaian mengendarai saiyyang balibinna. Seakan ia sedang menyindir sekaligus mengingatkan bahwa malam terakhir ramadan ini tak perlu selebrasi yang berlebihan, tetapi cukup dengan menggemuruhkan takbir dan sujud syukur, setelah kali ini, puasa dan lebaran tidak lagi hanya ditemani sepi dan…

    Read More »
  • Apr- 2022 -
    30 April

    PUASA KACO 29

    Akhirnya Cicci jadi juga membeli baju baru untuk lebaran di pasar kampungnya. Saat dirinya hendak pulang ke rumahnya di perjalanan ia menemukan seseorang yang tampak tak mengenakan baju sedang duduk termenung di pinggir jalan di bawah ponna landi. Pelan Cicci mendekatinya dan lalu menyerahkan baju baru itu kepadanya. Mendapat pertanyaan soal baju baru dari Kaco, Cicci hanya bisa menjawab, “bukankah…

    Read More »
  • 30 April

    PUASA KACO 28

    Sore itu Kaco hendak mengikuti buka puasa bersama di rumah kawannya yang berjarak jauh dari rumahnya. Setelah melewati sejumlah kemacetan, betapa kagetnya ia setelah tiba di rumah kawannya itu, dirinya tidak melihat satupun aktivitas layaknya orang akan buka puasa bersama. Lama merenung di olo woyanna kawannya itu, Kaco tersadar bahwa ternyata dirinya sampai di rumah kawannya itu sesaat setelah suara…

    Read More »
  • 29 April

    PUASA KACO 27

    Bagi Cicci, Kaco dan saiyyang baliwinna yang memang tinggal di kampung dan tak tahu hendak pulang kemana, mudik adalah pulang ke rumah hatinya. Rumah tempat kedamaian yang hakiki. Tempat dirinya bisa merenungi puasa dan ibadahnya sekaligus tempat hati dan pikirannya saling bermaafan setelah begitu sering tidak sejalan.

    Read More »
  • 28 April

    PUASA KACO 26

    Kaco sungguh sumangi’ mellallauwwang saat sujud sambayang towa’ malam itu. Kawannya yang berada disampingnya dalam perjalanan sepulang dari masjid lalu bertanya kepada Kaco, gerangan apa yang membuatnya sumangi dan terlihat begitu khusyuk. Kaco lalu menjawab sumangia’ tori’ nanna utti’u yang tikocci’.

    Read More »
  • 27 April

    PUASA KACO 25

    Kaco yang mengikuti sambayang sunna’ lailatul kadar duappulo lima ramadan setelah menghabisi cani’ separapa botol, saat menjalani salat toba’ bukan tangisnya yang terdengar, namun yang terdengar kencang justru suara utti’ dan segala tulang persendiannya yang terdengar sikiu. Pulang solat, Kaco loyo letih lesu dan tak kaut berkata apa-apa hingga akhirnya terbangun keesokan harinya saat matahari telah berada di atas ate’…

    Read More »
  • 26 April

    PUASA KACO 24

    Kaco bersiap untuk mengikuti shalat malakka duappulo lima ramadan. Jadilah dirinya menghabiskan seperempat botol cani’ untuk menguatkan dirinya mengikuti sambayang lailatul qadar malam nanti. Namun begitu habis berbuka, Kaco bukannya bersemangat untuk mengikuti sambayang sunna lailatul kadar, yang ada malah dirinya begitu melihat Cicci ada perasaan makka’alla alla yang dirasakan. Kaco akhirnya kau-kau ulu’ sebelum akhirnya wudhu dan segera meraih…

    Read More »
  • 25 April

    PUASA KACO 23

    Karena loppa tanna tara-tara, Cicci akhirnya kembali mengenakan daster kenu’na yang manipis nanna toa. Kaco yang melihatnya siang itu, akhirnya hanya bisa menutup mata takut puasanya makarro. Melihat Kaco menutup mata, akhirnya Cicci hanya bisa mengatakan kepada Kaco, “baiklah da le’ba pe’akareppu mua’ purai buka’a. Oppo’ tarrusmi matammu lambi’ pallappasang”. Kaco diam dan matanya seketika mellassa’ sosou.

    Read More »
  • 24 April

    PUASA KACO 22

    Kaco hendak berbuka namun bahaya. Macet menghadang. Di kepalanya berkelebat cumi dan manyang mammis siola bau tunu lawar tomissang. Kaco buru-buru, dan menikun di pengkolan jalan. Kaki saiyyang yang ditungganginya terpeleset. Kaco melayang. Muka dan mulutnya mendarat di atas es buah penjual takjil yang manis dibiring tangalalang. Seketika bedug magrib ditabuh. Kaco buka dalam bahaya yang begitu manis.

    Read More »
  • 23 April

    PUASA KACO 21

    Sungguh Kaco tak kuasa menahan kantuknya usai buka. Dirinya sungguh bassu seperti ular yang akhirnya hanya bisa lene-lene’. Ia tergeletak tak berdaya, tertidur dan mangorro’. Begitu terbangun dirinya menuju dapur hendak sahur. Namun belakangan ia sadar bahwa ternyata dirinya terbangun bukan saat sahur, tapi saat buka kembali keesokan harinya. Alhamdulillah karena satu lagi puasa yang sungguh tak lalo kembali diselesaikan…

    Read More »
  • 22 April

    PUASA KACO 20

    Kaco bertanya kepada Cicci kenapa hujan selalu turun pada saat jelang dan saat selesai buka andai mala urang tangga Allo di’ea supaya andattau mamarang bega nanna allo marratitting a? Mendapat pertanyaan itu, Cicci hanya bilang syukurimi saja pemberian Tuhan. Tidak usah banyak maumu. Kalau mauko sekali ganti profesi moko, dari panguma menjari pawang pemindai hujan. Atau sekali damo puasa wopa.…

    Read More »
Back to top button