TANGAN dan mulut hemat menggunakan kata-kata, sementara kaki melangkah lebih banyak dari biasanya serta angin bertiup kencang mengantar Rombongan mengunjungi Markas Besar Zain office.
Tampaknya sudah mulai masuk musim panas, Sabtu 20 Agustus 2022 terik matahari membakar, semangat semakin tumbuh. Perjalanan masih berlanjut ke Seppong Kelurahan Matakali, Kab. Polewali Mandar.
Antusias Santri menyambut dengan sholawat, terasalah keberkahan itu. Menambah khidmat Pimpinan MTS Nur Baiturrahim Ustadz Lahaiyak memberi sepatah dua kata dan mempersilahkan Founder Zain Office, DR. Muhammad Zain. Beliau memaparkan pandangannya yang canggih dalam bahasa sederhana dihadapan para santri, dimulai dengan kata Basmalah.
Kira-kita begini penyampaian beliau bahwa tempat ini begitu sederhana namun mulia karena mengajarkan Al-Qur’an. Al-Qur’an itu adalah Hudan linnas, Way Of Life, dia menjadi petunjuk untuk umat manusia.
Kalau kita masuk dalam Hutan belantara, kita harus punya kompas untuk menuju arah yang benar, jika tidak ada maka bisa dipastikan tersesat. Begitupun dengan berlayar di lautan luas, tanpa kompas kita akan terkatung-katung di samudera.
Al-Qur’an adalah kompas, ia menjadi jalan menuju Kebahagiaan Hakiki. Begitupun dengan alat elektronik seperti Android, Laptop, bahkan alat transportasi pun begitu, sebelum digunakan ada buku panduan tata cara penggunaan agar kita selamat dan awet dalam penggunaannya.
Semua dalam Al-Qur’an mulai dari Surah Al-fatihah sampai Surah An-Nas mengandung kebenaran mengandung kebaikan dan kemaslahatan dalam kehidupan. Semuanya berisi panduan dalam hidup untuk kebahagiaan hakiki.
Tidak sampai disitu, setelah kita meninggal, kita berada dalam Alam Kubur yang gelap gulita, betapa menakutkan kegelapan itu, maka Al-Qur’an adalah lampu cahaya yang menerangi kubur kita. Ia bisa menjadi Mu’annis teman bercakap-cakap, ia juga Musyaffi‘ pemberi syafaat di akhirat nanti.
Kampung dimana Al-Qur’an diajarkan maka disana Malaikat Allah akan turun membawa keberkahan dan kebahagiaan untuk para penduduknya, Malaikat memang tidak bisa kita lihat dengan kasat mata, tapi efek keberkahan akan terasa, makmur, sejahtera, bahagia, sehat dan sukses dunia akhirat.
Orang menjadi mulia, menjadi terhormat dengan ilmu pengetahuan. Ali bin Abi Thalib menjelaskan Sepuluh keutamaan Ilmu ketimbang harta, namun hanya tiga yang beliau dijelaskan karena keterbatasan waktu.
Pertama, Ilmu itu ringan bisa dibawa kemana-mana, DR. Muhammad Zain menjelaskan dalam bahasa Mandar:
“Mala i tau mambulle anjoro dua puluh buah? “Tidaak” Santri menjawab dengan tegas. Mua’ Me’guru Matematika, fisika, Menghafal Qur’an mabe’i dzi ulummu?” “Tidaak” santri menjawab lagi.
Kedua, Ilmu tidak bisa dicuri, Mua’ Pura manghafal Surah An-Nas, Mala dzi na coro’ solamu? Tappa pa’da hafalan, millenggu Lao di ulunna solamu, Mala dzi? Kan tidak bisa, beda dengan harta, ia bisa dicuri, Tappa pa’da sandalmu, pa’da manu’mu, pa’da lokamu, pa’da bekemu, karena harta itu bisa dicuri.
Ketiga, Ilmu itu tidak berkurang ketika diajarkan, malah menjadi bertambah. Beda dengan harta, ia berkurang ketika diberikan, satu contoh: Mua’ Dian doi’mu sappulo ribu, mubengan solamu seribu, sa’apa Pai mottong? Santri menjawab: “Sembilan ribuu” kurang kan? Tapi kalau anda mengajarkan ilmu, ilmu itu bertambah pada yang diajar juga bertambah pada yang mengajar.
Tangan dan mulut hemat menggunakan kata-kata, sementara kaki melangkah lebih banyak dari biasanya serta angin bertiup kencang mengantar Rombongan mengunjungi Markas Besar Zain office.
Tampaknya sudah mulai masuk musim panas, Sabtu 20 Agustus 2022 terik matahari membakar, semangat semakin tumbuh. Perjalanan masih berlanjut ke Seppong Kelurahan Matakali, Kab. Polewali Mandar, tepatnya di MTS dan TPQ An-Nur Baiturrahim.
Antusias Santri menyambut dengan sholawat, terasalah keberkahan itu. Menambah khidmat, Pimpinan Yayasan Pendidikan Ustadz Lahaiyak memberikan sepatah dua kata dan mempersilahkan Founder Zain Office, DR. Muhammad Zain. Memaparkan pandangannya yang canggih dalam bahasa sederhana dihadapan para santri, beliau memulai dengan kata Basmalah.
Kira-kira begini penyampaian beliau bahwa tempat ini begitu sederhana namun mulia karena mengajarkan Al-Qur’an. Al-Qur’an itu adalah Hudan linnas, Way Of Life, dia menjadi petunjuk untuk umat manusia.
Kalau kita masuk dalam Hutan belantara, kita harus punya kompas untuk menuju arah yang benar, jika tidak ada maka bisa dipastikan tersesat. Begitupun dengan berlayar di lautan luas, tanpa kompas kita akan terkatung-katung di samudera.
Al-Qur’an adalah kompas, ia menjadi jalan menuju Kebahagiaan Hakiki. Begitupun dengan alat elektronik seperti Android, Laptop, bahkan alat transportasi pun begitu, sebelum digunakan ada buku panduan tata cara penggunaan agar kita selamat dan awet dalam penggunaannya.
Semua dalam Al-Qur’an mulai dari Surah Al-Fatihah sampai Surah An-Nas mengandung kebenaran mengandung kebaikan dan kemaslahatan dalam kehidupan. Semuanya berisi panduan dalam hidup untuk kebahagiaan hakiki.
Tidak sampai disitu, setelah kita meninggal, kita berada dalam Alam Kubur yang gelap gulita, betapa menakutkan kegelapan itu, maka Al-Qur’an adalah lampu cahaya yang menerangi kubur kita. Ia bisa menjadi Mu’annis teman bercakap-cakap, ia juga Musyaffi‘ pemberi syafaat di akhirat nanti.
Kampung dimana Al-Qur’an diajarkan maka disana Malaikat Allah akan turun membawa keberkahan dan kebahagiaan untuk para penduduknya, Malaikat memang tidak bisa kita lihat dengan kasat mata, tapi efek keberkahan akan terasa, makmur, sejahtera, bahagia, sehat dan sukses dunia akhirat.
Orang menjadi mulia, menjadi terhormat dengan ilmu pengetahuan. Ali bin Abi Thalib menjelaskan Sepuluh keutamaan Ilmu ketimbang harta, namun hanya tiga yang beliau dijelaskan karena keterbatasan waktu.
Pertama, Ilmu itu ringan bisa dibawa kemana-mana, DR. Muhammad Zain menjelaskan dalam bahasa Mandar:
“Mala i tau kabe mambulle anjoro dua puluh buah? “Tidaak” Santri menjawab dengan tegas. Mua’ Me’guru Matematika, fisika, Menghafal Qur’an mabe’i dzi ulummu Kabe? “Tidaak” santri menjawab lagi.
Kedua, Ilmu tidak bisa dicuri, Mua’ Pura manghafal Surah An-Nas, Mala dzi na coro’ solamu? Tappa pa’da hafalan, millenggu Lao di ulunna solamu, Mala dzi Kabe? Kan tidak bisa, beda dengan harta, ia bisa dicuri, Tappa pa’da sandalmu, pa’da manu’mu, pa’da lokamu, pa’da bekemu, karena harta itu bisa dicuri.
Ketiga, Ilmu itu tidak berkurang ketika diajarkan, malah menjadi bertambah. Beda dengan harta, ia berkurang ketika diberikan, satu contoh: Mua’ Dian doi’mu sappulo ribu, mubengan solamu seribu, sa’apa Pai mottong? Santri menjawab: “Sembilan ribuu” kurang kan? Tapi kalau anda mengajarkan ilmu, ilmu itu bertambah pada yang diajar juga bertambah pada yang mengajar***
Semoga apa yang disampaikan dapat menjadi manfaat dan berkah buat santri.