MS TAJUDDIN
-
BERITA
Muhammad Arif, Penulis Feature Baik itu, Sukses Menorehkan Nama Sulbar di Ajang Nasional
LELAKI berambut Gonrong itu menatap tajam. Senyumnya seakan mewakili isi kepalanya yang tengah dipenuhi banyak tafsir dan pemahaman. Malam itu, diskusi mengalir begitu saja. Mulai dari ihwal penulisan, demokrasi dan tentang dunia tipu-tipu yang sarat gombal dan bualan. Itu beberapa tahun yang lalu, saat dirinya masih berstatus mahasiswa. Setelah berlipat waktu dalam rentang sejarah perjalanan hidup, dirinya kian matang memilih…
Read More » -
GAGASAN
Puisi Ramadan dan Lebaran
Bertahanlah Untuk Tidak Membatalkan Puasamu Anakku Bertahanlah untuk tidak membatalkan puasamu anakku. Bukan agar engkau kelak, terlihat seperti orang alim yang di kepalanya penuh pengetahuan agama. Namun hatinya tandus dari sentuhan nilai cinta dan kemanusiaan. Lalu dengan begitu enteng engkau akan mengkafirkan orang yang pikirannya tidak sejalan dengan pikiranmu. Bertahanlah untuk tidak membatalkan puasamu anakku. Bukan karena wajah yang engkau…
Read More » -
Malam Lebaran 1443 H
Kaco dan Cicci mengucapkan selamat menikmati malam lebaran dengan buras dan atupe’ siola manu’ pura gere’. Mari sucikan hati dan diri kita dengan tidak membuang sampah dan kotoran sisa petuyu’ buras dan polasti’ paannang bayu, calana siola sandal baru. Karena Ramadan dan Lebaran bukanlah pesta kotoran dan gagah-gagahan, tetapi sebagai ruang sujud dalam kesucian. Mohon ampolo’ doi’ mamea’ juga maaf…
Read More » -
PUASA KACO 29
Setiba di kampungnya, entah apa yang merasuki Kaco mendadak dengan pakaian medis lengkap dirinya berkeliling usai buka ke semua tempat keramaian mengendarai saiyyang balibinna. Seakan ia sedang menyindir sekaligus mengingatkan bahwa malam terakhir ramadan ini tak perlu selebrasi yang berlebihan, tetapi cukup dengan menggemuruhkan takbir dan sujud syukur, setelah kali ini, puasa dan lebaran tidak lagi hanya ditemani sepi dan…
Read More » -
PUASA KACO 29
Akhirnya Cicci jadi juga membeli baju baru untuk lebaran di pasar kampungnya. Saat dirinya hendak pulang ke rumahnya di perjalanan ia menemukan seseorang yang tampak tak mengenakan baju sedang duduk termenung di pinggir jalan di bawah ponna landi. Pelan Cicci mendekatinya dan lalu menyerahkan baju baru itu kepadanya. Mendapat pertanyaan soal baju baru dari Kaco, Cicci hanya bisa menjawab, “bukankah…
Read More » -
PUASA KACO 28
Sore itu Kaco hendak mengikuti buka puasa bersama di rumah kawannya yang berjarak jauh dari rumahnya. Setelah melewati sejumlah kemacetan, betapa kagetnya ia setelah tiba di rumah kawannya itu, dirinya tidak melihat satupun aktivitas layaknya orang akan buka puasa bersama. Lama merenung di olo woyanna kawannya itu, Kaco tersadar bahwa ternyata dirinya sampai di rumah kawannya itu sesaat setelah suara…
Read More » -
PUASA KACO 27
Bagi Cicci, Kaco dan saiyyang baliwinna yang memang tinggal di kampung dan tak tahu hendak pulang kemana, mudik adalah pulang ke rumah hatinya. Rumah tempat kedamaian yang hakiki. Tempat dirinya bisa merenungi puasa dan ibadahnya sekaligus tempat hati dan pikirannya saling bermaafan setelah begitu sering tidak sejalan.
Read More » -
PUASA KACO 26
Kaco sungguh sumangi’ mellallauwwang saat sujud sambayang towa’ malam itu. Kawannya yang berada disampingnya dalam perjalanan sepulang dari masjid lalu bertanya kepada Kaco, gerangan apa yang membuatnya sumangi dan terlihat begitu khusyuk. Kaco lalu menjawab sumangia’ tori’ nanna utti’u yang tikocci’.
Read More » -
KOLOM
Puasa, Warung dan Hari Kartini
PUASA mungkin seperti puisi. Ia sama ada di jalan sunyi dan kesepian. Ia sama tak membutuhkan popularitas dan apalagi selebrasi. Puasa adalah rahasia antara hamba dan tuhannya. Begitulah, puasa diperuntukkan bagi mereka yang beriman. Beriman sekali lagi, adalah urusan privat antara hamba dan Tuhannya. Begitu kira-kira pandangan dangkal yang ada di kepala Kaco. Bagi Kaco, puasa seperti puisi, karena di…
Read More » -
PUASA KACO 23
Karena loppa tanna tara-tara, Cicci akhirnya kembali mengenakan daster kenu’na yang manipis nanna toa. Kaco yang melihatnya siang itu, akhirnya hanya bisa menutup mata takut puasanya makarro. Melihat Kaco menutup mata, akhirnya Cicci hanya bisa mengatakan kepada Kaco, “baiklah da le’ba pe’akareppu mua’ purai buka’a. Oppo’ tarrusmi matammu lambi’ pallappasang”. Kaco diam dan matanya seketika mellassa’ sosou.
Read More » -
PUASA KACO 22
Kaco hendak berbuka namun bahaya. Macet menghadang. Di kepalanya berkelebat cumi dan manyang mammis siola bau tunu lawar tomissang. Kaco buru-buru, dan menikun di pengkolan jalan. Kaki saiyyang yang ditungganginya terpeleset. Kaco melayang. Muka dan mulutnya mendarat di atas es buah penjual takjil yang manis dibiring tangalalang. Seketika bedug magrib ditabuh. Kaco buka dalam bahaya yang begitu manis.
Read More » -
PUASA KACO 21
Sungguh Kaco tak kuasa menahan kantuknya usai buka. Dirinya sungguh bassu seperti ular yang akhirnya hanya bisa lene-lene’. Ia tergeletak tak berdaya, tertidur dan mangorro’. Begitu terbangun dirinya menuju dapur hendak sahur. Namun belakangan ia sadar bahwa ternyata dirinya terbangun bukan saat sahur, tapi saat buka kembali keesokan harinya. Alhamdulillah karena satu lagi puasa yang sungguh tak lalo kembali diselesaikan…
Read More »