PUISI

PUISI

Kepadamu Perempuan Tolaki dalam Mondotambe

Kepadamu Perempuan Tolaki dalam Mondotambe

bersama: Syaiful Haq aku mencium aromamu disini. juga gerakmu yang rancak dan pijak kakimu yang tangkas dan mistis. bersama gerak lamban kita saling menyapa dalam bahasa yang tak akan dimengerti oleh mereka yang hanya memahami kata-kata sebagai umpatan dan cacian. kita saling bersitatap, tapi aku tak mampu memandangmu lama, karena aku takut tersandung pada kenangan. dan yang kedua aku takut…
Hujan

Hujan

Ada hujan dari langit yang rindu tanah. Dijatuhkannya dirinya menuju tanah. Sial, saat jatuh, dirinya tersangkut di pokok daun siwalan. Dari atas pokok pohon siwalan hujan menangis dalam derita rindu tanah dan pelukan. Dengan mata berair mata dilihatnya tanah menengadahkan tangannya hendak memeluknya. Hingga siang datang, hujan kembali ditimpa panas dan lalu kembali ke atas langit. Berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan…
DENDAM

DENDAM

Dikira ketulusan yang ku sentuh Nyata luka tertutup duka Pernah berharap untuk diistimewakan Nyata jauh terisolasi Wangi rona mawar mencuat Tapi aku tertusuk duri kecil Kecil tak kasat mata Jauh mungkin harapan bersemayam dalam keraguan Tindak gegabah jauh nyata dalam khayalan Aku mundur berlahan dan kau tak rela aku pergi tanpa luka Dengan wajah tanpa dosa kau kembali menahan
Kita Masih Disini

Kita Masih Disini

Kita masih disini membaca jejak dalam lambaian tangan. Tak ada kata-kata yang bisa kita percaya mewakili perasaan kita. Segera sejumlah kota dan desa mulai berkelebat dalam kepala. Rumah yang tak berpenghuni, juga jalan-jalan yang menyisakan sisa air hujan. Gardu yang menyerupai rumah sawah kesepian tanpa penjual. Dan kota dengan stopannya yang meletih menjalani tugas gantikan aparat pengatur lalu lintas. Di…
Suram

Suram

Malam masih setia menunggu Tumpahan kelelahan dari pagi hingga petang Aroma nasi goreng dari pak tua mulai tercium Serta beberapa pemuda yang siap bermalam mingguan Tembus pagi karna esok libur Seseorang duduk diatas awan Mengamati induk ayam mengekor ular Diam ingin mematuk ekor ular Tapi ular acuh tetap berlalu Induk ayam bosan dan kembali kekandang Seseorang masih duduk mengamati Lalu…
Puisi Muh. Sachrul Saad

Puisi Muh. Sachrul Saad

Cubit Saja Aku Ada yang salah mungkin ketika aku sedang sekarang Minumku mungkin masih sering tangan kiri Bersinku mungkin masih tak diakhiri hamdalah Pergiku mungkin masih tak meninggalkan salam Nasehatku mungkin masih tak bercermin Ataukah mungkin pikiranku ini adalah bukan aku Ada yang salah mungkin ketika aku sedang sekarang Makanya banyak ingin namun tak teraminkan Kepalaku ini kadang jadi batu…
Puisi untuk Tanah Kaeli

Puisi untuk Tanah Kaeli

Todzimo Palu Langit senja menghitam duka Debu berhamburan dipottana Suara tangis pecah terdengar Merintih, menjerit, meratapi Todzimo Palu… Solekmu lenyap sirna sekejap Di amuk Linor, dicerca ombak Wai mata menghujam deras Pecah diatas tanah Kaeli Todzimo Palu… Tallang lilling dipottana Sisa puing berserakan disudut lita pembolongang Subur kering sejenak Todzimo Luluare’u… Tandiang pecawammu Sangi’mu allo bongi Duka yang membelenggu Hari…
Langit Sedang Merayu

Langit Sedang Merayu

SIANG tepat pukul 12 lewat 17 menit, jam tangan dengan belt warna hitam melingkar di lengan kiriku terlihat jelas menggodaku untuk beranjak dari bangku kayu yang sedari pagi tadi menopang berat tubuhku untuk menyelesaikan sebuah tulisan yang akan tayang. Kakiku terasa enggan tuk beranjak dari kursi kayu itu, seakan ada magnet yang mencoba menahanku tuk tetap “bermalas-malasan” disana. Lagi, jam…
Puisi Niken Bororesmi

Puisi Niken Bororesmi

Isyarat Kemana lagi arah kan kutuju Jika semua yang kulalui adalah kebohongan Bernostalgia pada senja Akan membuatku terbungkam Karna tak berani mengungkapkan kebenaran Prasangka tak pernah berbohong Jikapun berbohong, itu hanyalah secarik kecewa Lalu, aku tak pernah berdamai dengan keadaan Hidup hanyalah kesia-siaan Jika bisa sekali lagi …. Hhhhh Sekali lagi tak payahlah waktu disalahkan Kembali kuberdalih Memutar arah dan…
Back to top button