GAGASANMS TAJUDDINPUISI

Makrifat Perjalanan dan Doa di Dua Pulau

aku mendengar adzan berkumandang dari toa masjid-masjid beberapa saat seusai pesawat lending, ditemani senja merah bata. dan aku merasa seperti tengah duduk bersila dihadapan kiai di surau desa yang sepi dan dingin

mataku tak kuat menatap wajah dan surbannya. selain takdzim mendengar kata demi kata bacaan kitab yang dieja begitu pasih.

mengenangkan air wudhu yang harus dibayar tunai saat hendak menghadap tuhan tanpa tahu bayarannya untuk apa dan buat siapa.

disini seusai aku dikepung seribu cafe, aku dikepung seribu masjid tanpa penceramah yang menunjuk kafir mengarah ke jamaah.



di atas ketinggian layar dan batu serta dibawah pohon rimbun berakar serabut aku membaca mantra dan doa. kulayarkan tubuhku menuju pasir di tiga gili yang menawarkan cinta dan kegirangan.

tuhan memang tidak hanya berada di surau dan masjid juga makam para wali yang alim. tetapi ia berada di setiap degup dan helaan nafas para pejalan dan pecinta tidak terkecuali pada pasir putih yang menawarkan segala irama dan kesaksian.

dan biarlah dzikir dan shalawat tetap bergemuruh dalam perjalanan tanpa koma dan tanda baca di semua tanah dan pijakan. hingga waktu dan ruang tidak lagi penting untuk diperdebatkan selain bergerak dan hanya menuju pada pemilik waktu dan pemilik segala ruang.

Bali-Lombok, 22-25 Juni 2019

MS TAJUDDIN

belajar membaca dan menulis juga pembelajar di kehidupan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: