
entah bagaimana
kita bisa berhadap-hadapan
di satu meja perjamuan
lilin meredup di atasnya
hanya ada satu gelas
terisi setengah air putih
aku haus, katamu
aku juga begitu, kataku
sambil memandangi gelas itu
entah siapa yang akan minum
tak ada mulut benar-benar terbuka
yang banyak mulut menganga
kata seorang pelayan yang sejak tadi memeriksa bola matamu
nyala api dari lilin tak menyambar
asapnya merayapi wajah
segelembung nyusup ke liang hidungku
aku menahan bersin
agar lilin tak padam
dan wajahmu terhindar dari kotoran bau mulutku
adat kita memang begitu
di hadapan orang kalaupun bersin
mulut segera ditutup, katamu
api lilin di meja perjamuan
akhirnya padam juga
entah karena udara kencang
atau sumbunya telah jadi abu
dalam gelap
kulihat bayangan menyumbat mulutmu
aku berteriak
tapi jangankan suara
ngiangpun tak juga keluar dari mulutku
di meja perjamuan
tiba-tiba kita jadi bangkai
dan anehnya kita saling berebut makan
tanpa satu kata, meja ditinggalkan
pulang dengan harga diri sudah sangat ringan
Galeso, Juli 2019