CERPENGAGASAN

Cinta dan Kecoa

PEREMPUAN itu membatin di hadapan lelaki yang telah menikahinya sembilan tahun yang lalu. Hari-hari sulit dalam hubungannya sebagai suami istri telah diuji oleh waktu berulangkali. Namun kali ini sungguh membuat ia seakan tidak lagi sanggup untuk sekedar melanjutkan. Dunia gelap dan semesta raya berjelaga seketika. Tidak ada kata yang bisa terucap dari bibirnya.

Ia hanya mampu berkata-kata dengan dirinya sendiri. Tatkala lelaki itu meninggikan nada suaranya seraya mengarahkan telunjuknya kepada dirinya. Kata-kata yang mengatakan bahwa sebagai perempuan, dirinya telah gagal total menjadi seorang istri yang baik bagi lelaki itu.

Dalam kegalauan batinnya hanya isak tangis patah-patah yang bisa dilakukannya. Tidak ada satupun kata yang bisa dikeluarkan, bahkan isak tangisnyapun seakan tidak bisa menampung kecamuk batinnya menerima kenyataan dari kalimat tegas yang dilontarkan suaminya itu. Tertunduk menatap lantai keramik, hanya itu yang bisa dilakukannya.

Duduk di atas kursi makan dalam dapur rumahnya itu, berulangkali ia mendongakkan wajahnya sekedar untuk menatap wajah suaminya pun selalu gagal. Wajah yang dulu amat sangat lembut dan kini berubah garang seakan hendak menguliti dirinya. Perempuan itu masih mencoba melacak ulang dalam batinnya, kemungkinan keajaiban yang mendadak bisa menyelamatkan bahterah rumah tangganya yang telah menghadirkan seorang perempuan kecil yang sedang lucu-lucunya.

Seraya tertunduk mendengarkan makian dan umpatan suaminya, matanya melihat seekor kecoa keluar dari kolong bupet yang tak jauh dari kursi tempatnya duduk. Kecoa di lantai itu bergerak mendekati kakinya. Membuat makian dan umpatan suaminya mendadak tidak lagi terdengar baik olehnya.

Pendengarannya seketika blur bersamaan matanya yang mulai kian fokus menatap kecoa yang dalam gerakan lamban bergerak pasti menuju kakinya. Ia tidak lagi sempat berpikir bagaimana menyelamatkan keluarganya, sebab yang ada di kepalanya kini hanya satu, bagaimana menyelamatkan kakinya dari sentuhan kecoa yang baginya amat sangat menakutkan itu. Ketakutannya kepada kecoa melebihi dari ketakutannya terhadap apapun, termasuk ketakutannya terhadap tatap garang mata suaminya sendiri.

“Tolooooong,” perempuan itu berteriak histeris tepat ketika sungut kecoa menyentuh ujung jari kakinya. Ia meloncat dan dalam gerakan refleks yang sedetik kemudian ia telah berada dalam pelukan suaminya. Mendapati istrinya meloncat dan ketakutan, dengan sigap lelaki itu memeluk istrinya dengan begitu kuat. Mencoba menenangkan istrinya yang ia pahami betul amatlah takut pada binatang kecil itu.

Amarahnya terhadap istrinya mendadak buyar, setelah dalam gerakan refleks pula, ia merangkul istrinya dan mencoba menenangkannya dan mencoba membopong istrinya menjauhkannya dari kecoa di ruang makan menuju ruang tamu rumahnya tempat dimana gedis kecilnya tengah bermain bersama boneka panda kesayangannya.

Lama keduanya terdiam di kursi tamu rumahnya. Keduanya lalu sama menatap gadis kecil yang sedang bermain di hadapan mereka. Gadis kecil yang abai pada kehadiran ayah ibunya. Ia masih saja tetap asyik berdialog dengan boneka kesayangannya.

Setelah cukup lama keduanya menatap gadis kecil itu, keduanya lalu sama menatap. Kian lama tatapan keduanya kian dalam. Tanpa terasa mata keduanya berkaca-kaca dan pelan meneteskan air mata. Tanpa kata dari bibirnya, keduanya lalu sama menangis dan sesenggukan. Tangan keduanya masih sama berpegangan.

Dalam pikiran keduanya sama melayang tatkala mereka dipertemukan di kantin kampus tempat keduanya dulu menimbah ilmu. Saat itu seekor kecoa terbang dan meloncat dari atas plafon kantin dan mendarat tepat di atas buku yang ada di atas pangkuan perempuan itu.

Saat itu. Dua belas tahun yang lalu, lelaki yang kini menjadi suaminya itulah yang kemudian dengan sigap berdiri dan dalam satu kibasan tangan membuat kecoa itu terjungkal dan kembali terbang keluar kantin kampus itu. Dunia bercahaya dan semesta raya cerah merona. Tidak ada kata selain senyum mengembang dari bibir kedua mahasiswa itu.

Polewali, 19 April 2018


IYAT TEHA selain belajar membaca dan menulis, dirinya juga tengah berguru kepada semesta kehidupan

REDAKSI

Koran Online TAYANG9.COM - "Menulis Gagasan, Mencatat Peristiwa" Boyang Nol Pitu Berkat Pesona Polewali Sulbar. Email: sureltayang9@gmail.com Gawai: +62 852-5395-5557

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: