DENGAN sedikit tarikan gas, kupacu roda dua yang kutunggangi, terlihat langit tampak gelap menghalangi panas matahari yang memapar bumi. Sebuah tanda alam memberi isyarat jika hujan sebentar lagi akan turun. Melaju di atas aspal jalan desa di Kecamatan Matakali Kabupaten Polewali Mandar. Mencoba mengecek sebuah informasi yang beredar, jika salah satu warga disinyalir diasingkan karena menderita penyakit kusta, di Dusun Buttu Lamba Desa Pasiang tepatnya.
Oleh : Sulhan Sammuane
Bersama dengan rekan dari kelompok penggiat sosial yang mereka sebut dengan nama Komunitas Sembilan (#Komunitas9 pen.). Komunitas yang memiliki slogan “mariberbagi”, yang mencoba mengajak orang-orang untuk peduli dan peka terhadap masalah-masalah kesenjangan sosial di masyarakat.
Dengan sedekah serta sumbangan dari para dermawan, komunitas ini mencoba untuk berbagi kepada orang-orang yang kurang beruntung dan butuh uluran tangan dari mereka yang memiliki kelebihan.
Motor yang kupakai perlahan kuhentikan tepat di halaman rumah milik seorang Kadus. Dari informasi yang Penulis dapat sebelumnya, bahwa warga yang menderita kusta itu tinggal tepat dibelakang rumah milik kadus daerah itu.
Benar adanya, saat masuk di rumah salah satu warga yang dimaksud, nampak terlihat seorang pemuda terbaring tak berdaya di atas sebuah ranjang kayu yang hanya beralas tikar plastik seadanya. Saat melihat dari dekat nampak tubuhnya kurus dan lusuh, serupa kulit membungkus tulang. Cukup miris untuk menggambarkan kondisi yang dideritanya.
Dia adalah Madia, seorang pemuda 30 tahun yang sejak usia 3 tahun menghabiskan masa kecilnya hingga diusianya yang sekarang, menjadi perantau di negera tetangga Malaysia. Ditahun 2014 tepatnya, Madia kembali pulang ke Indonesia untuk menginjak kampung halamannya. Bertemu dengan keluarga yang puluhan tahun lamanya tak bersua.
Namun, 2 tahun sejak kedatangan dirinya di Kampung kelahirannya dan bekerja sebagai penggarap ladang kakao, Madia sering merasakan tubuhnya dihinggapi kelelahan yang tak biasa.
Madia mengisahkan, jika ia pernah sekali terjatuh saat bekerja memanen kakao yang digarapnya. Pandangannya tiba-tiba menghitam dan tak sadarkan diri. Beruntung saat itu, sang istri melihatnya dan segera membawanya kedalam rumah.
Dari kejadian itulah, Madia merasakan sakitnya mulai parah hingga merasa lumpuh dan tak berdaya. Madia disinyalir menderita kusta, kini beban hidup yang berat dan terkucilkan dari orang-orang harus dijalaninya. Bertahan hidup seadanya dan hanya mengandalkan belas kasihan dari orang-orang yang peduli serta uluran tangan para dermawan yang memiliki rasa iba kepadanya.
*Istrinya Pun Ikut Meninggalkannya
Berbaring termenung di tepian ranjang, sesekali ia merapihkan sarung lusuh dengan gerak pelan untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Jari tangan dan kakinya tak bisa digerakkan begitupun kulit di badannya menghitam dan mengelupas.
“Pedih sangat ini kulitku, ditambah dengan panas yang terasa seperti terbakar”, ujar Madia kepada Tayang9.com, dengan dialek melayu yang masih kental, Senin (23/4) lalu .
Saat ini, Madia yang hidupnya nyaris setali tiga uang bersama Kumma, sang ayah, yang hanya bisa merawat dengan seadanya. Kedua orang tuanya telah lama bercerai. Diawal sakitnya sebelum parah, dia sempat dirawat oleh ibunya. Tetapi pihak ibunya tidak sanggup merawatnya, lantaran penyakitnya semakin bertambah parah. Maklum kondisi ekonomi yang tak sanggup untuk memberi perawatan yang lebih kepada Madia saat itu.
Sesekali terdengar ia berusaha mengeraskan suaranya, sebagai isyarat jika menginginkan sesuatu. Indera penglihatannya nampak masih normal. Kadang dia hanya tertegun sambil menatap nanar, ada beban berat yang diarasakan, dirinya seakan tak percaya karena diusianya yang masih muda, ia harus terbaring lemah dan tak bekerja lagi seperti orang lain.
“Sebelum saya sakit, saya berladang kakao di Mamuju, tidak ada tanda yang berarti, jika saya akan sakit seperti ini. Ingin saya bekerja lagi, bantu bapak, kerana bapak juga hidupnya susah” ucapnya lirih.
Nasib malang Madia kian bertambah, sudah cukup berat derita yang dirasakan akibat sakitnya, kini pun beban dihati harus ditanggungnya. Harapan besar kepada istri sibelahan jiwa untuk merawatnya disaat sakit mendera, juga meninggalkan dirinya tanpa pesan dan alasan
“Aku hanya pasrahkan kepada Allah, semoga saya mempunyai kesanggupan untuk melewati cobaan ini”, ungkapnya
*Terkendala dengan Administrasi Kependudukan.
Saat Tayang9.com berkunjung ke Pustu desa, mencoba meminta kejelasan tentang kondisi Madia yang menderita kusta di daerahnya. Adalah Bidan Fitriani B, S.ST, tenaga kesehatan di Desa Pasiang mengungkapkan bahwa kondisi Madia adalah benar menderita kusta.
Tentang perawatan yang telah diberikan olehnya, Bidan Fitri menjelaskan berdasarkan catatan medis selama berobat, Madia sudah lama mendapat perawatan dari tenaga kesehatan dan pengobatannya dinyatakan selesai dengan baik pada bulan juli 2017 lalu di tempat sebelumnya dirawat. Namun baru kali ini dia (Madia pen.) tinggal di wilayah kerjanya dan sudah dalam kondisi sakit seperti sekarang ini.
“Baru-baru ini dia menetap di Desa Pasiang, sebelumnya dia dirawat di tempat ibunya di daerah Bunga-Bunga dan sudah menjalani perawatan selama 1 tahun, sejak juni 2016 lalu dan pengobatan pasien tidak boleh terputus. Disini baru sekitar 2 bulan dan pihak Kami pun sudah melakukan tindakan dan perawatan ke dia” jelas sang bidan.
Mengenai tindakan atau rujukan kerumah sakit agar Madia mendapatkan perawatan dan penanganan maksimal. Fitri mengungkapkan, jika sudah dilakukan pendataan bahkan sudah dilakukan pembicaraan dengan pihak keluarganya.
“Pihak kami sudah mendorong keluarganya untuk mengambil tindakan pengobatan dan perawatan dirumah sakit. Tapi lagi-lagi ada kendala, jadi tak bisa lanjut karena Warga itu tidak memiliki identitas kependudukan seperti KTP dan KK untuk proses administrasinya”, jelasnya.
Bidan Fitri berharap agar ada pihak yang menangani administrasi kependudukan Madia agar segera terselesaikan.
“Mudah-mudahan banyak pihak yang bisa membantu dan keluarga pasien bisa mengurusnya agar segera membawanya kerumah sakit dan diberi perawatan. Kasihan jika terus dibiarkan tanpa ada tindakan yang lebih”, ucap Bidan Fitri diakhir kalimatnya. (**)