
PAGI itu air hujan mengguyur tanah Polewali. Hingga siang di hari Sabtu, 21 Desember 2024 sekitar pukul 14.00 Wita sebuah mobil Multi-Purpose Vehicle (MPV) bergerak dari arah Jalan Todilaling menuju salah satu rumah makan yang berada di jalan poros Polewali – Majene. Selang beberapa saat kemudian, mobil itu bergerak menyusuri genangan air dalam hujan yang kian melebat.
Dalam hujan, mobil itu berbelok menuju Jalan Budi Utomo dan lalu memasuki pelataran kampus Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman). Adalah Boy Jerry Even Sembiring, direktur eksekutif daerah WALHI Riau bersama Melva Harahap manager pencegahan dan penanganan bencana WALHI turun dari mobil. Tanpa payung, dibawah hujan yang pelan berubah menjadi gerimis siang itu, ditemani sejumlah mahasiswa pecinta alam (Mapala) Unasman Sulawesi Barat (Sulbar), keduanya berjalan menuju base camp Mapala Unasman Sulbar.
Kopi dan teh diseduh dalam dingin yang menyelimuti. Keduanya tampak terlibat diskusi ringan dan riang bersama sejumlah pengurus Mapala Unasman Sulbar bebersama sejumlah dosen muda Unasman. Sekitar pukul 15.00 wita, usai menyeruput kopi hingga tandas, keduanya lalu bergeser menuju ruang auiditorim Prof. KH. Sahabuddin. Disana sejumlah dekan, dosen mahasiswa dari berbagai program studi telah tampak mengular di depan pintu auditorium. Antri memindai barcode kepesertaan kuliah umum di meja registrasi.
Rektor Unasman, Chuduriah Sahabuddin dalam sambutannya mengatakan, kehadiran dua aktivis lingkungan pada milad ke 20 Mapala Unasman Sulbar siang itu, menjadi kebanggaan yang harus disyukuri oleh Unasman karena keduanya berkenan datang jauh-jauh untuk membagi ilmu dengan civitas akademika Unasman.
“Ini adalah kebanggaan kita di Unasman. Kampus yang didirikan Annangguru Prof KH Sahabuddin sekian puluh tahun yang lalu masih setia berada di garis terdepan dalam mendiskusikan pengetahuan dan pencerahan. Termasuk hari ini, kita akan kuliah tentang sampah dan lingkungan. Karena itu, selaku rektor, kami berharap Boy Jerry Even Sembiring berkenan untuk selalu datang di kampus ini untuk berbagi pengetahuan ilmu dan pengalamannya. Termasuk dalam bidang riset dan lingkungan. Juga ibu Melva Harahap dari WALHI Pusat agar berkenan menjadi keluarga besar kami di Unasman untuk selalu berbagai ilmu dan semangatnya dalam mengawal pelestarian lingkungan,” tutur Chuduriah Sahabuddin sesaat sebelum membuka Kuliah Umum Dosen Tamu bertema orang muda gerakan perbaikan kebijakan pengelolaan sampah itu.
Sementara itu, dalam pemaparan materi mata kuliahnya, dihadapan civitas akademika Unasman, Boy Jerry Even Sembiring menguraikan tentang the triple planetary crisis sebagai situasi yang menggambarkan tiga masalah utama yang saling terkait yang dihadapi umat manusia saat ini, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati dan yang terakhir polusi dan limbah.
“Perubahan iklim, perubahan cuaca dan kenaikan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang karena pemanasan bumi, baik secara alami maupun intervensi perilaku buruk manusia. Sedangkan hilangnya keanekaragaman hayati terjadi karena praktik buruk pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, termasuk akibat perubahan iklim, berupa polusi dan limbah. Dan menjadi penyebab terbesar penyakit dan kematian dini di dunia,” beber Boy Even Sembiring.
Bahkan dikatakannya, tujuh juta orang meninggal dini setiap tahun akibat polusi, “bahkan sembilan dari sepuluh orang di dunia menghirup udara yang mengandung tingkat polutan melebihi pedoman WHO. Polusi dan limbah juga salah satu faktor penyebab perubahan iklim”.
Terkait, sampah dan orang muda di Polewali Mandar, Boy Jerry Even Sembiring mengatakan, orang muda bisa melakukan banyak hal, salah satunya adalah, mengenali ancaman utama terhadap bumi.
“Mengenali apa ancaman utama terhadap bumi kita serta mengenali posisi orang muda sebagai ahli waris atau pewaris lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hingga merumuskan apa yang akan dilakukan orang muda secara kolektif untuk mendorong perbaikan dan perubahan kebijakan secara konstitusional,” ungkapnya pada acara yang dihadiri ratusan mahasiswa yang begitu antusias mengikutinya, walau hujan mengguyur Polewali dan sekitarnya.
Bahkan di ujung materinya, Boy Jerry Even Sembiring menawarkan agar orang muda berlari lebih kencang, seraya mempertanyakan, apakah negara sudah memenuhi harapan atau tuntutan generasi muda atas keadilan antar generasi yakni hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, khususnya pada isu pengelolaan sampah?.
Apabila belum? masih menurut Boy Jerry Even Sembiring, maka Bob Marley menawarkan solusinya! beradvokasi sekuatnya hingga ruang kolaborasi yang adil dibuka lebar! “Bangun, berdiri, berdiri untuk hak-hak mu! Bangun, berdiri, Jangan menyerah melawan!”
Pelan acara yang dipandu MS Tajuddin, salah satu dosen Unasman itu, akhirnya ditutup dengan satu statemen “jika leluhurmu dulu mewariskan rotta’ (sendok nasi kayu-ed) dan belanga lita’ (tanah-ed), bo’bo’ (tempat air-ed) kepadamu. Maka kenapa engkau tidak merasa berdosa mewariskan piring plastik, gelas plastik serta beragam wadah plastik yang akan menjadi sampah dan akan merusak lingkungan untuk generasi mendatangmu?”.