
USIA 75 tahun perjalanan bangsa telah mengalami berbagai ujian. Berlipat-lipat kenangan telah pula terlewati. Berbagai catatan panjang perjalanan telah pula tertorehkan. Tentang kemerdekaan dan tentang segenap kebahagian yang membuat anak bangsa begitu bersemangat hormat pada bendera merah putih. Sebagai sikap sempurna dan penghargaan terhadap kemerdekaan yang tidak terberi, tetapi terperjuangkan.
Semangat kemerdekaan merupakan proses reaktualisasi perubahan atau pembaruan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Segmentasi sejarah merupakan dinamika, dialektika yang harus dapat disongsong. Dijalani sebagai perjalanan peradaban selama 75 tahun Indonesia merdeka.
Peradaban yang diaksentuasikan dengan kemajuan, kekuatan dan kesanggupan negeri ini untuk tetap bisa survive ditengah wabah covid-19. Virus yang kemudian menjadi pandemi dan telah banyak menyita bahkan membuyarkan dialektika peradaban bangsa kita. Seakan bermakna bahwa kemerdekaan hilang dari memori kolektif bangsa yang nyaris jarang terucap, dikutip, didiskusikan dan apalagi diterapkan.
Sampai disini, kita membutuhkan perubahan dan pergerakan untuk mempertajam mata batin kita atas semangat persatuan dan kesatuan kita sebanga bangsa. Sebagai negara dan sebagai republik.
Perubahan dan pergerakan sebagai upaya reaktualisasi nilai dan semangat kemerdekaan untuk kelak bisa dijadikan barometer bagi bangsa ini. Tentang seberapa mampu anak bangsa memakna perjuangan sebelum tahun 1945.
Dan hari ini, kita telah berada di usia kemerdekaan yang ke 75 tahun. Semoga nilai kejuangan itu, tetap terpatri dan menjadi semangat bersama dalam mengisi kemerdekaan.
Dan biarlah kemerdekaan tidak lagi terjebak hanya sebagai selebrasi perayaan yang sekedar euphoria belaka. Sebuah kemerdekaan yang juga adalah nilai yang tidak lagi gampang tergeser dan lepas dari semangat kebersamaan kita di tengah tatanan dan pola hubungan hidup masyarakat Indonesia.[*]