ABDUL MUTTALIBKOLOM

Beliau Langit, Beliau Bumi

KALI ini saya agak tertarik untuk membincang panggilan atau sapaan kepada seseorang yang acap kita dengar atau kita gunakan dengan sebutan beliau. Kenapa ini menjadi minat penulis, karena pertama, istilah beliau dalam dimensi kebahasaan merujuk pada bentuk penghormatan, sekaligus penghargaan bersifat personal.

Kedua, istilah beliau dapat bernada mengejek jika diujarkan dalam sudut pandang jamak; beliau-beliau. Pertama nilainya penghormatan, dan yang kedua bersifat mengejek. Artinya tindak tutur beliau karib menggunakan istilah sama, namun menampilkan hubungan kontradiktif (bertolak belakang) dari sisi makna pengungkapan.

Belakang ini daku tertarik mengamati istilah beliau. Terlebih jika istilah beliau diteropong dari dua aspek, yakni; orang terberi dan pemberi ungkapan. Pertama, orang terberi sedianya adalah orang yang memang memiliki kekuatan karakter dan peran sosial nyata di masyarakat.

Atau setidaknya memiliki bekal keilmuan, pangkat, status sosial dan nasab atau keturunannya terjaga. Meski tidak semua orang yang memiliki kelebihan itu lazim dipanggil beliau. Kedua, orang yang melekatkan istilah itu biasanya memiliki ukuran dan motif berbeda-beda.

Ada yang ukurannya sementara, ada yang ukuranya selamanya. Ada yang motifnya hendak mendapatkan balasan, ada yang berangkat dari ketulusan. Jika ukurannya sementara, biasanya tergantung momentum, tergantung kepentingan, dan sifatnya temporer semata.

Sedangkan yang selamanya, biasanya dilandasi rasa penghargaan bermotif ketulusan tanpa tendensi. Kedua hal itu jika beruntung akan dengan mudah dibedakan, dan jika apes, sedinya cukup bersabar memaknai istilah beliau yang berpotensi memancarkan dua makna dan kepentingan yang berbeda.

Berhubung fungsi dan sifat bahasa sebagai sumbu utama kebudayaan, sehingga tidak cukup dipandang dari dimensi ideologis, konseptual, abstrak-menggunakan rumus-rumus langit. Rumus atau kaidah bahasa dapat dipandang secara lebih sederhana dan membumi.

Sesederhana sikap jika diberi mandat berupa panggilan beliau yang tidak sampai melambungkan diri ke langit, dan sebaliknya, orang yang memanggil beliau dengan penuh penghormatan, tidak sampai dianggap merendahkan derajat bumi di hadapan langit.[*/]

ABDUL MUTTALIB

pecinta perkutut, tinggal di Tinambung

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: