
GEMA hitungan berkali-kali, satu hingga delapan menemani langkah kaki 150 bunga melati. Menggerakan tangan dan kaki, disertai dengan senyuman indah, manis sekali.
Para melati tidak menari atas dasar eksistensi diri, melainkan hadir atas panggilan hati. Panggilan jiwa sebagai generasi yang bertanggung jawab atas pelestarian budaya warisan leluhur yang mesti dijaga sampai hari ini.
Para melati dihimpun dari berbagai macam generasi kelompok seni yang tersebar di berbagai titik di daerah Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene.
Gema hitungan yang terus terdengar setiap sore hari di taman budaya dan museum yang menjadi laboratorium ekplorasi yang dilakukan oleh seluruh penari bersama koreografer Emi Azis dalam menyusun gerakan yang akan ditampilkan nantinya.
Mewarisi serta menikmati warisan leluhur boleh dinikmati dari berbagai macam cara dan sudut pandang tersendiri. Salah satu hal yang paling menyenangkan ialah menikmatinya dalam lantunan-lantunan seni.
Warisan kebudayaan merupakan suatu hal yang selalu menggugah hati. Seperti harta karun dalam timbunan peradaban. Semakin di gali, semakin dicari maka akan semakin tumbuh dan bertambah.
Kekayaan budaya itu bersifat semi rahasia, sayang sekali. Kebudayaan bisa diperoleh dari mana saja namun Kekayaannya tidak betul-betul dihayati oleh semua kalangan generasi masa kini. Sangat jarang dan sulit sekali mendapati generasi yang bangga atas kekayaan ini.
Tapi barang siapa yang telah menemukannya sebenarnya Ia telah menemukan kotak pandora yang isinya sangat indah sekali untuk diselami. Barang siapa telah menyelaminya sesungguhnya Ia telah menyelami kesucian diri sendiri.
Bukan hal mudah mewariskan kebudayaan daerah kepada para generasi yang notabene hari ini sangat kental dengan budaya luar. Hal ini sudah menjadi lumrah hampir di setiap daerah.
Tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin bukan. Seperti itulah pernyataan yang dilontarkan Adil Tambono selaku ketua panitia dan penanggung jawab kegiatan kali ini.
Kegiatan yang akan digelar pada tanggal 23-25 juli 2025 ini bertema “Banua Kayyang”. Sebuah momentum marajut jalinan benang-benang budaya dalam wastra, tutur, dan jejak sejarah banua.
Dengan semangat menenun peradaban, merajut ekosistem kebudayaan, Banua Kaeyyang hadir bukan sebagai acara, tetapi sebagai Gerakan menjaga agar yang lama tetap hidup hingga masa kini.
Kegiatan besar yang melibatkan banyak sekali sumber daya manusia dari berbagai kalangan dan generasi ini adalah sesuatu yang sangat harus disyukuri. Mengkonsepkan pewarisan kebudayaan kepada seluruh generasi masa kini untuk dijadikan sumber kekayaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kesenian merupakan suatu bagian kecil dari kebudayaan. Dilihat dari segala sudut pandang dan segala sisi, kesenian merupakan suatu wadah khidmat yang selalu menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang bagi para Melati.
Selain dari pada itu, kesenian juga merupakan suatu cahaya magis yang selalu ditunggui oleh setiap mata dari seluruh kalangan dalam lapisan Masyarakat. Tidak ada orang yang tidak mencintai seni kecuali orang itu telah mati.
Sulawesi Barat memiliki beragam kebudayaan yang terkandung dalam 10 pokok-pokok pemajuan kebudayaan dan diatur dalam UU 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan meliputi perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan, serta objek pemajuan kebudayaan meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, Bahasa, permainan rakyat dan olahraga tradisional.
Sutera Mandar atau lebih dikenal dengan sabbe merupakan salah satu warisan budaya mandar yang sangat dibanggakan oleh Masyarakat mandar dan juga Masyarakat lainnya. Sabbe mandar memiliki dua corak utama yakni sure dan bunga. Sure merupakan motif klasik berupa garis geometris sederhana sedangkan motif bunga adalah pengembangan dari sure dengan penambahan dekorasi flora dan fauna.
Proses pembuatan sabbe Mandar tergolong lama dan cukup memakan banyak waktu. Untuk menikmatinya kita harus mencari para penenun di berbagai pelosok kampung. Hasil dari tenunan ini pun dapat dinikmati di berbagai acara-acara khusus.
Kegiatan kesenian yang di rancang oleh Adil Tambono menghadirkan segalanya. Ia membangun jaringan kerja yang melibatkan banyak pelaku kesenian dan kebudayaan. Menghimpun sebanyak 150 penari dari berbagai komunitas seni yang ada di Sulawesi barat. Selain penari Ia juga menghimpun sebanyak 100 penenun yang ada di Kabupaten Mamuju, Mamasa dan Polewali Mandar.
Penari dan tenunan sutera Mandar merupakan dua hal yang sama-sama memanjakan mata dan sangat elok untuk dipandang. Apa jadinya jika keduanya dihadirkan dalam satu penampilan pertunjukan?
Hasil karya yang sangat gemilang itu akan hadir di hadapan kita dalam jangka beberapa waktu ke depan. Mari menjadi saksi sejarah untuk karya akbar ini.
Oleh: Fauzan Azima, penulis adalah penikmat seni dan budaya Mandar