GAGASANKOLOMMS TAJUDDINOPINI

Kursi dan Kabinet

BEBERAPA hari sebelum pengumuman dan pelantikan kabinet Indonesia Maju, saya dan bersama anda, boleh jadi pernah sama terjebak dan dibuat penasaran oleh pesan yang masuk di grup whatsapp milik kita.

Pesan yang mengarahkan pikiran standar kita pada struktur dan susunan kabinet yang akan dikeluarkan oleh Peresiden kita yang juga baru saja dilantik sebagai presiden.

Tetapi betapa kecelenya kita, tatkala membukanya dan mendapati kenyataan dari pesan dalam bentuk pdf itu ternyata hanya memuat gambar susunan file kabinet yang banyak digunakan di sejumlah kantor dan lembaga.

Tak ada nama dan apalagi photo mereka yang tengah didapuk untuk kelak menduduki kursi disejumlah kementerian yang padanya akan kita gantungkan harapan kita terhadap bergerak baik, tidaknya roda pemerintahan negeri ini lima tahun ke depan.



Dan rasa-rasanya, jika rasa penasaran itu berlangsung cukup lama dan berhari-hari, boleh jadi itu menjadi penanda betapa kita telah menjadi manusia, atau tepatnya, warga negara yang tengah belajar untuk peduli pada nasib bangsa ini, setidak-tidaknya nasib kita sendiri.

Padahal mungkin saja, kita tidak memiliki kemampuan ekstra untuk mengkorelasikan antara aktivitas keseharian kita dengan menteri yang akan menduduki sejumlah kursi di kementerian itu.

Dan benar saja, sesaat setelah pengumuman nama dan bahkan pelantikan sejumlah menteri itu, kembali kepala kita dikitari sejumlah tanda tanya. Sebenarnya tengah dan akan diarahkan kemana negeri ini setelah melihat formasi mereka yang didapuk menjadi pembantu presiden untuk mengurusi tata kelola negara besar ini disejumlah kementerian itu.



Belum lagi tentang para aktor atau petinggi politik yang selama ini berseteru dan bersaing bahkan berlawanan atau ‘bermusuhan’ dengan ia yang kemudian menjadi orang nomor wahid di negeri ini. Ya, mereka kini mendadak berada dalam garis sama dan selurus untuk jalan beriringan.

Tentu saja, dengan senyum indah tanpa gurat sisa rivalitas selama ini yang membuat kita yang berada di level paling bawah saling mecela mencibir dan bahkan pula saling mengolok-olok dan hingga gontok-gontokan. Kita tidak bisa menerka kemana arah pikiran para petinggi negeri ini. Tapi jika demikian adanya, rasanya itupun jauh lebih baik. Sebab yang jauh lebih parah, adalah tatkala kita juga sulit memahami alur berpikir kita sendiri.

Termasuk ketidak mampuan kita untuk bisa saling menyapa dengan senyuman dan jalan berbarengan dengan mereka yang selama ini berada dikubu sebelah. Akankah mereka akan lestari akan kita jadikan sebagai saingan, hanya lantaran pilihan kita yang berbeda pada perhelatan pemilu lalu?



Kita rasanya masih sulit memahami, bahwa diatas semua persaingan dan rivalitas selama ini, muara akhirnya adalah bagaimana menempatkan bangsa ini sebagai bangsa yang benar. Ajang pemilihan adalah momentum pencarian kebaikan bersama, bukan ruang untuk memantik perbedaan dan pertikaian yang akan kita lestarikan selamanya.

Politik adalah ruang bersama meraih kemaslahatan negeri. Dan setelah pemilu berakhir, maka saatnya kembali sama menyatu dalam kebersamaan untuk membangun negeri dan menata persaudaraan kita dalam kedamaian dan ketenangan. Sebab itulah tujuan utama kita bernegara.

Kabinet, kursi dan apapun itu, idealnya kita tempatkan hanya sebagai wahana untuk menunjukkan bahwa kita adalah orang baik yang memang laik dipercaya untuk menjadi pengawal kebaikan.

Sedang kita, biarlah tetap serius melaksanakan tugas kemanusiaan kita. Tugas sebagai warga negara yang baik dan paham bahwa kita adalah manusia yang diciptakan untuk bersaudara dengan sesama warga negara lainnya juga sesama manusia bahkan sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sebab itulah tugas kita yang paling utama pula sublim.

MS TAJUDDIN

belajar membaca dan menulis juga pembelajar di kehidupan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: