
DESIRAN ombak menyapa karang dipenuhi lumut tak bertuan. Para nelayan sedang asyik menambatkan perahu mereka di saat laut surut meninggalkan jejak hempasannya dalam batas dataran yang dulunya adalah pemukiman. Di sinilah secercah harapan buat mereka bermesra dengan laut dan pantai yang terletak di pesisir barat pulau Sulawesi.
Namun terasa ada yang tak elok, pantaiku tak bersolek dan tampak tandus mengering dan itu telah lama berlangsung. Tanahnya tergerus, rumah-rumah meninggalkan tempatnya yang dulu ditinggali keluarga nelayan.
Lautku luas yang kaya sumber daya, tetapi pantainya dilanda kesunyian selama bertahun-tahun. Lalu terbesit dalam ruang pemikiran, terasa ditantang untuk mencari jalan menumbuhkan dan menghijaukan pantaiku.
Seakan terpanggil oleh alam untuk mengisi kesunyiannya yang dideranya begitu lama. Kubergerak menuju laut memupuk asa menancapkan sebuah harapan di hari esok.
Semangatku memaknai kemurahan warisan alam. Disinilah perjuangan dimulai, menghijaukan pantai tandus
menumbuhkan tanaman mangrove di sela bebatuan. Rasa optimis sedang memuncak, walau kadang bisik-bisik kalimat dari orang-orang yang pasrah akan nasibnya yang bermukim di pantai.
Namun semua itu telah dikesampingkan demi masa depan bersama orang-orang yang kita dicintai. Anak cucu kita yang tinggal di pesisir berharap berdampingan bahagia dengan alam, yakni hutan Mangrove laut dan dataran.
Jangan berpikir tentang kegunaan mangrove hari ini sampai esok, sebab mereboisasi pantai menjadikan hutan mangrove akan memberi manfaat tak terbatas di masa depan. Mangoreve merupakan masa depan yang nyata untuk kita. Jadi penentu akan nasib kita.
Kelak akan menikmatinya dan menjawab keraguan-keraguan yang terbesit selama ini. Sebab Mangrove adalah ekostistem yang komplit, selain memiliki fungsi fisik, fungsi ekonomi juga fungsi ekologi.
Bukan sekedar melindungi rumah dari abrasi, melindungi kapal-kapal kita saat ombak mengganas. Itu hanya bagian fungsi kecil adanya hutan mangrove.
Dari aspek ekonomi, mangrove akan memberi kemurahan akan kebutuhan kita, jika di kelola secara berkelanjutan ranting-ranting berupa kayu dapat digunakan sebagai pengganti kebutuhan bahan bakar ditengah maraknya drama persekongkolan para agen-agen gas elpiji.
Menyisihkan sebuah kritik dalam tulisan ini sebagai bentuk protes permasalahan di masyarakat. Hendak mengajak orang untuk melepaskan ketergantungan bersifat instan, mari berfikir selangkah lebih maju. Memesrai alam.
Disamping itu, hutan Mangrove menjadikan potenesi wisata yang saling menguntungkan. Hal ini terbukti dari beberapa wilayah pesisir dimana Mangrove jadi primadona untuk jadi tempat wisata. Dulunya Mangrove dianggap sebagai hutan belantara tak bertuan di pesisir.
Namun sekarang cara pandang itu, telah berubah seiring munculnya ide menggalakkan mangrove sebagai destinasi wisata yang tepat guna. Menampilkan sisi keindahan, keasrian, dan kesejukan. Itulah wajah mangrove sekarang.
Secara ekologi, hutan mangrove menjadi ekosistem sentral di pantai setelah terbentuknya sedimen. Memiliki peranan untuk berbagai biota laut yang tumbuh hidup disana, semisal ikan dan kepiting. Sehingga nelayan pinggiran akan memiliki penghasilan tambahan secara ekonomi.
Maka disinilah letak masa depan sesungguhnya tatkala hutan mangrove dikelola secara berkelanjutan. Namun untuk ide dan gagasan itu, butuh kesadaran dari awal, mulai dari penanaman hingga tumbuh berkembangnya mangrove itu.
Penghijauan pantai lalu melestarikan hutan mangrove untuk mencipa keseimbangan alam dan manusia adalah langkah bijak untuk menyelamatkan peradaban pantai dan laut kita. Karena sungguh kita adalah bangsa pelaut yang seharusnya tidaklah memunggungi laut.
Mari menanam Mangrove untuk masa depan kita.
Somba Sendana, Majene, 19 Juli 2021