
MENAPAK jalan ditemani doa di setiap pijak langkah. Balikpapan menjadi tujuan, Bermaksud ikut menyemarakkan pengukuhan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) seorang kakak yang bagi kami, santri Majelis Simpang M memanggilnya Kakak Guru Mas’ud Saleh. Hari itu Senin, kalender penanggalan menujuk angka 31 Januari 2022.
Sepanjang perjalanan, bukan saja ingatan akan suka duka, tetapi sejumlah rangkaian kisah juga teruntai. Sejak 28 Januari, kami anak-anak muda masih berpijak di tanah Sulawesi. Lalu, tepat 29 Januari, sehari setelahnya, kami menapakkan kaki di pulau Borneo.
Sungguh tapak jejak kaki pertama kali di pulau ini, terasa ada getar yang tak lazim. Seakan kerinduan pada persaudaraan pulau-pulau Nusantara yang terpisah oleh samudera itu, kini teretas sudah. Tetapi rasa itu tidak saja soal penyatuan dan kesamaan ideologi dan keterpisahan antar pulau dan banua. Tetapi lebih dari itu, kehangatan keluarga dan persaudaraan, menjadi satu-satunya alasan yang membuat langkah kami kian kokoh untuk mantap menapak di tanah Borneo itu.
Mengitari Balikpapan, kota minyak yang juga dikenal dengan kota beriman, membuat harapan terasa kian memuncak, terlebih masa tunggu menuju ke penanggalan 31 Januari sebagai momentum penting bagi Kakak Guru kami itu akan segera dikukuhkan. Tak heran sepanjang kanan kiri jalan kota minyak nan beriman itu sejumlah bendera hijau Nahdlatul Ulama melambai-lambai seakan menyambut kedatangan kami.
Meskipun kami disebut rombongan liar, namun kata pengawalan rasanya jauh lebih tepat untuk kehadiran kami, begitu kata seorang teman dengan bangga. Orang tua kita di Mandar yang sudah menjadi tokoh di Balikpapan berbondong-bondong memberi perhatian khusus kepada anak-anaknya yang tengah berdatangan di kota dan tanah rantau itu.
The best service disuguhkan selama kami di Balikpapan. Tak satupun kami dalam masalah, sekarang masalah berpindah, justru kelebihan service juga menjadi masalah. Putra Mandar Kapolsek Balikpapan Utara bapak Danang Aris dengan ikhlasnya mengantar kami menuju lokasi kegiatan yang di pusatkan di Balikpapan Sport and Convention Centre Dome.
Sementara Daeng Amir, yang juga tidak kenal lelah merajut silaturahmi, mempertemukan kami dengan semua tokoh asli putra Mandar berdiam di Balikpapan. Kak Ahmadi dan Kak Andi Cali pun tidak ingin ketinggalan, menemani kami sejak awal sampai akhir. Dari lantai tiga Graha Nahdlatul Ulama sampai ke hotel pondok Garuda milik Kalman Bora, atas inisiasi Ibu Hj. Arliani dan Bapak Yudi-pun berlangsung baik dan tertib.

Pelayanan terbaik itu terajut dalam tali organisasi solid, Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat (KKMSB). Sebuah organisasi paguyuban yang telah mengakar dan saling mencintai satu sama lain sesama putra Mandar dalam iklim yang guyub-pun terasa begitu pekat.
Dari mereka, kami dapat informasi, bahwa penguatan sumber daya manusia adalah goal utama yang diprioritaskan dari segala lini di organisasi paguyuban anak rantau asal Mandar itu.
Tak pelak, dalam setiap momentum perhelatan keagamaan, kegiatan KKMSB di Balikpapan, sebagaimana tuturan yang penulis peroleh, menjadi sesuatu yang amat serius dan intens mendapatkan perhatian utama. Seperti safari Ramadhan, lomba membuat tiriq (sejenis pernak-pernik–red) acara maulid Nabi Muhammad, safari beriman dan Madinah Al-Iman pencerdasan warga Mandar. Silaturahmi antar orang Mandar pun selalu dilakukan. Membuat Kakak Guru kami, Wasekjend PBNU Mas’ud Saleh yang juga asli putra Mandar, mendaku akan siap untuk mengisi sisi spritual setiap pengajian rutin di Balikpapan.
Dalam histrographi KKMSB, tercatatan H. Kalman Bora pengusaha sukses di Balikpapan sebagai Ketua pertama, dilanjutkan Bapak Rubaiyat, Bapak Fatly Parakkasi anggota Dewan, dan sekarang Bapak Rahmad Mas’ud walikota Balikpapan. Untuk provinsi diketuai oleh Prof. Masjaya yang kini didapuk sebagai Rektor Universitas Mulawarman Samarinda.
Setiap anggotanya memegang posisi strategis, seperti Bapak Irfan Taufik Sekretaris Dewan Balikpapan, Ibu Hj. Rosdiana Protokol Humas Kota balikpapan, Bapak Idham sekertaris Dinas Pendapatan Daerah Balikpapan. Ibu Siti Arfah TU MAN Balikpapan. Bapak Amir, Owner Istana Madu Balikpapan dan Kak Ahmadi Bawaslu Kota Balikpapan.
Selain program silaturahmi dan spritual, KKMSB juga mempunyai program ekonomi dikenal dengan nama MA’BALU, secara diksi mandar artinya Menjual, tapi ini adalah singkatan. Ma=Mamuju perwakilan Sulbar, Ba= Balikpapan, dan Lu= Palu perwakilan Sulawesi Tengah. Membentuk segitiga ekonomi eksklusif. Diharapkan ini menjadi penopang untuk Ibu kota negara baru.
Jika sudah berjalan dengan baik, maka konsep selanjutnya adalah MA’BALU MA. Ma= Makassar juga akan dilibatkan untuk membentuk jejaring dan kolaborasi ekonomi menyuplai pangan. Setiap program yang telah terdesign dengan rapi untuk penguatan sumber daya manusia menyambut ibu kota baru.
Pengalaman berharga bertemu dengan mereka, mengerti akan arti perjuangan dan persaudaraan. Setiap usaha yang berlandaskan nilai luhur para leluhur Mandar. Mengedepankan nilai Siriq sisi spritual khas Mandar yang malaqbiq. Ucapan terimakasih tak terhingga kepada orang tua kita di Balikpapan. Semoga Allah senantiasa memberi taufiq dan hidayah kepada mereka. [/*]