GAGASANKOLOMOPINITERKINIYUSUF DAUD

Covid-19, BLT DD dan Sejumlah Soal Atasnya

MENGUTIP lirik lagu Peterpan “ada apa denganmu” rasanya menjadi tepat jika dikaitkan dengan fakta pandemi covid-19 dan bantuan langsung tunai dana desa (BLT-DD).

Sejumlah pertanyaan kini tengah banyak memenuhi beranda dunia maya kita. Mulai dari berita bantuan yang salah sasaran dan lalu ditolak warga yang merasa tidak berhak atasnya. Hingga berita tidak kunjung munculnya harapan warga akan bantuan itu di tengah ketidakberdayaan produktifitasnya untuk membangun harapan dalam melanjutkan kehidupan ditengah pagebluk.

Tak heran jika di hari-hari terakhir ini, sejumlah wilayah dan daerah ratapan dan gurat wajah warga yang penuh harapan dalam penantiannya menunggu datangnya bantuan itu menjadi kenyataan yang tidak bisa dihindarkan.

Jelas saja yang paling merasakan kenyataan itu adalah kita, rakyat yang merasakan langsung dampak Covid-19 ini yang berkutat dengan hidup yang dari hari ke hari kian tidak menunjukkan kepastian akan harapan. Selain menjejak di tengah kenyataan ketakutan seraya berharap datangnya sang ratu adil membawa sejumput harapan.

Yang pasti sejumlah petinggi telah banyak melontarkan statemennya dan merilis komitmennya bahwa BLT DD itu akan disalurkan April, Mei dan Juni.

Namun sayang, seribu sayang April telah berlalu, Mei pun hampir terlewatkan dengan menyisakan pertanyaan pertanyaan yang entah siapa yang akan menjawabnya.

Yah, pertanyaan dimana realisasi BLT DD dan siapa yang bisa menjawabnya?

Yang pasti, kini rakyat tengah sempoyongan menanti hidup yang lebih baik di tengah ketidak menentunya sikap dan peran negara yang mestinya mampu diharapkan membuat kita dan warga bisa berdiri tegak.

Lalu adakah kita, akan tetap ditatap oleh mereka para pengampuh kebijakan itu. Kita rakyat yang seakan tengah berada di ujung tanduk. Kita yang hanya bisa berdiam di rumah dengan rasa lapar setelah diserang ketakutan untuk bekerja di luar rumah.

Sementara harapan satu-satunya berdasar kemampuan dan profesi mau tidak mau kita harus keluar dan bekerja di luar rumah.

Dan harapan, akhirnya hanya bisa bertumpu pada uluran tangan para bapak dan ibu para pengampuh kebijakan.

Kepada bapak dan ibu, lihatlah kami hanya bisa berdiam bersama penantian yang tak pasti kapan datangnya.

Mekipun kami seelalu diajarkan bahwa seorang bapak dan ibu tidak akan pernah menyangkali anaknya dalam keadaan apapun. Namun dalam hal ini, hanya realitas dan waktu yang akan menjawab peribahasa itu.

Ia waktu akan menjawab apakah BLT-DD akan tetap diiringi lagu Peterpan sebagaimana pembuka catatan ini akan abadi sampai Covid-19 berlalu. Bapak ibulah yang mesti menjawabnya. Atau entahlah.

Polewali Mandar, 17 April 2020
Penulis YD,-

YUSUF DAUD

Alumnus Program Magister Hukum ini selain tercatat sebagai dosen disejumlah perguruan tinggi, juga aktif sebagai advokad dan konsultan hukum juga gandrung pada diskusi pada soal-soal pemberdayaan dan kemanusiaan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
%d blogger menyukai ini: