BRO CHIKOKOLOM

Yang Sedang-sedang Saja

Fatsun Politik Kanne Baca

TANAH santri ini berada di wilayah pesisir. Disini pantai membentang panjang dari timur ke arah barat. Sepanjang pesisir menjadi ruang aktivitas bermain anak-anak di sore hari. Sambil bermain, anak-anak itu menunggu para nelayan pulang dari melaut.

Lumayan, selain mendapatkan ikan sebagai upah mendorong perahu nelayan ke pantai, juga kadang mendapat upah mengantar ikan hasil tangkapan nelayan ke pasar atau ke rumah bos ikan.

Pada bulan-bulan tertentu, seperti antara bulan april hingga juli adalah musim angin timur. Aktivitas nelayan meningkat. Karena itu adalah musim ikan petelur atau ikan terbang. Para nelayan fokus membenahi peralatan tangkap dari bulan april dan mulai mencari telur ikan terbang hingga bulan juli.

Pada musim angin timur biasanya air laut surut pada malam hari dari jam delapan malam hingga jam dua belas malam. Kadang juga lebih dari itu, tergantung jumlah hitungan hari, pada bulan kalender hijriyah. Pada waktu inilah, ada aktivitas mencari ikan di saat laut surut. Disebut massulo bau atau mencari ikan dengan menggunakan lampu strongking dan tombak.

Suatu waktu, Kanne Baca pernah membawa santrinya ikut massulo bau. Santri memegang tombak sedang Kanne Baca menenteng lampu strongking menerangi genangan air dangkal mencari ikan yang sedang tidur pulas di sela-sela bebatuan dan rumput laut.

Setiap menemukan ikan, dengan seksama Kanne Baca memperhatikan ikan-ikan itu. Jika ikannya cukup besar Kanne Baca mengingatkan santrinya, “ini induk ikan, jangan ditombak, karena kalau kita ambil jangan sampai anak-anaknya akan mencarinya dan menangis”.

Begitu juga saat mereka mendapati ikan yang kecil, Kanne Baca akan mengingatkan santrinya,

“Ini anak ikan, kalau kita menombak dan mengambilnya, jangan sampai ibunya mencari dan menangis”.

Alhasil, ikan yang boleh ditombak dan diambil, lalu dibawa pulang-pun hanya ikan yang sedang-sedang saja ukurannya.

Seolah Kanne Baca betul-betul memahami ekosistem biota laut. Sampai soal keberlanjutan hidup ikan saja dia pikirkan. Atau boleh jadi, Kanne Baca sedang mengekspresikan rasa kecintaannya kepada sesama makhluk Tuhan.

Atau, bahkan mungkin Kanne Baca sedang mengajarkan kepada santrinya dan kepada kita, soal hidup untuk biasa-biasa saja atau tetap berada dalam posisi yang proporsional atau sedang-sedang saja.

Apa yang diinginkan Kanne Baca dari ajaran ini? Entahlah. Sampai kopi ini membeku aku sulit memahaminya….

Pambusuang, 04 – 03 – 2021

BRO CHIKO

Penikmat Kopi Hangat dan Dingin juga Boleh

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
%d blogger menyukai ini: