TAK terasa waktu terus bergulir. Kurang lebih tiga bulan corona telah tinggal berdiam suntuk di bumi Nusantara Indonesia, menyebabkan semakin banyak pula jatuh korban. Bahkan mencapai angka ribuan manusia yang terpapar dan begitu banyak pula yang akhirnya meninggal sebab corona.
Corona tidak melihat pangkat atau jabatan seseorang, corona tidak melihat titel atau keturunan seseorang, corona tidak melihat umur atau usia seseorang, semua bisa saja terjangkit oleh Virus Corona.
Corona makhluk goib, mahluk yang tidak terlihat namun pasti adanya, telah dibuktikan dengan kematian jutaan jiwa manusia, Corona telah menjadi penyumbang banyak bagi tercabutnya nyawa sejumlah manusia setiap harinya dan karenanya, membuat manusia dihantui dengan kematian.
Kehadiran Virus Corona khususnya di Bumi Pertiwi Indonesia membuat segala sesuatunya terlihat berubah drastis, yang awalnya manusia bebas melakukan aktivitasnya kini terbatas dengan bertamunya Virus Corona, bumi saat ini gonjang ganjing, semua terlihat semrawut
Dulu seseorang dibolehkan beraktivitas sesukanya, seperti berdagang, sholat berjamaah di Masjid, berkumpul sampai tengah malam, kini semua itu terlihat sirna dengan satu kali sulap yang di lakukan sang maha kuasa (Tuhan)
Himbauan Pemerintah kepada masyarakat untuk selalu tetap di rumah (stay at home) membuat sebahagian masyarakat resah gelisah, sebab siapa yang akan menghidupi kehidupannya, menghidupi sanak saudaranya.
Polemik Data Bansos
Program bantuan di keluarkan untuk mereka yang kehilangan pekerjaan (PHK), penyakit kronis semua seakan sebuah sandiwara, yang layak menjadi tidak layak, yang tidak layak menjadi layak sehingga membuat sebagian masyarakat fakir miskin terlihat merintih dengan fakta yang ada.
Hadirnya Pandemik Virus Corona merubah cara berfikir seseorang, dulu tidak ada yang mengaku dirinya miskin, kini hampir semua terlihat miskin karena dengan banyaknya bantuan yang di salurkan pemerintah, mulai dari BLT Dana Desa, BPNT, DTKS, Non DTKS, Kartu Prakerja, DLL
Karena banyaknya masyarakat yang tiba-tiba merasa dirinya miskin, sehingga keributan terjadi di kota-kota, kampung-kampung karena persoalan bantuan, di media sosial contohnya hampir semua membicarakan soal bantuan.
Berbagai kritikan pedis yang di lontarkan lewat bibir manisnya, bahkan ada yang menjudge (baca: menilai) pemerintah tidak transparan dan seterusnya.
Apatah lagi di tambah dengan data dan informasi yang tidak valid membuat keresahan di masyarakat, contohnya data DTKS yang di bawa ke Kantor Desa tidak semua mendapatkan bantuan, padahal informasi diawal oleh pembawa data DTKS semua akan mendapatkan bantuan, disisi lain salah satu pekerja di Dinas Sosial menyatakan bahwa tidak semua data DTKS itu bisa mendapatkan bantuan
Dengan menilik kasus diatas soal data dan informasi yang tidak jelas, menambah polemik baru bagi masyarakat yang mengharapkannya. Seakan pelaku menunjukkan ketidak tuntasan memahami sesuatu atau boleh jadi ada sesuatu yang dirahasiakan.
Semoga Virus Corona segera meminta pamit kepada seluruh warga Indonesia dan memohon maaf seraya berucap, “minal aidzin wal faizin,” agar seluruh masyarakat dapat beraktifitas kembali seperti biasanya. Amin…amin…amin…[karmuji/**]
Polewali, 20 Mei 2020