Pangipi Ringe Po’ga atau Mimpi Gigi Copot

ADA pertanyaan menarik yang pernah diajukan oleh dosen saya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta. Pertanyaannya begini, apa yang saudara persepsikan atau tafsirkan ketika suatu hari, saudara bermimpi, copot atau tanggal salah satu gigi anda? Semua dari kami mahasiswa koor menjawab, itu tanda bahwa salah seorang dari keluarga ada yang meninggal. Itu jawaban umum dari kami (mahasiswa yang mewakili seluruh propinsi di Indonesia kala itu). Artinya, seluruh masyarakat di Indonesia itu percaya bahwa kalau kita bermimpi, copot (po’ga’) gigi kita, akan ada dari kalangan keluarga dekat yang akan meninggal.
Dosen saya yang orang Saudi itu tertawa lebar. Katanya, kepercayaan kami orang Saudi itu sangat beda dengan kalian. Kalau di kami (Saudi), mimpi seperti itu artinya bakal ada rezeki nomplok (baca: besar) yang akan datang. Oleh karena itu mereka sangat bersukacita, jika mimpi seperti ini. Beda dengan kita, mungkin kesedihan akan mendera kita.
Apa yang ingin saya katakan, bahwa sebetulnya, tafsiran-tafsiran semacam itu bukan dari agama, melainkan konstruk budaya dari suatu masyarakat. Kemudian konstruk ini diyakini secara umum dan kemudian ia menjadi prasangka/sangka kita. Karena sudah menjadi prasangka, akhirnya kalau ada mimpi semacam ini, ia sudah tertanam dibenak kita seperti itu, dan prasangka itulah yang direspon oleh Tuhan (ingat kembali hukum tarik-menarik). Makanya, kalau ada mimpi semacam itu, betul ada keluarga kita yang meninggal. Karena prasangka kita itulah yang direspon Tuhan. Di sini berlaku hukum tarik menarik yang pernah saya tulis sebelumnya.
Ada lagi yang menarik, saya pernah menyaksikan seorang ulama ditanya tentang tafsir mimpi orang yang bermimpi seperti ini. Ulama itu menjawab, tidak seperti keyakinan masyarakat umumnya. Ulama ini rupanya sadar sepenuhnya, bahwa jawaban pertanyaannya itu akan sangat mempengaruhi alam pikiran sang penanya. Itu juga sebabnya, dalam Islam, bila seseorang bertanya mengenai ta’bir mimpi, seburuk apa pun mimpinya, seorang ulama yang ahli tentang ta’bir mimpi akan menjawabnya dengan jawaban yang positif dan baik.
“Sittengan bandi tu’u mua’ lao tau mappiilang tomonge’ dio di rumah sakit. Da tappa’ pauang lao, sittengan le’ba’ tu’u penyaki’ta di’e ia tomindiolo lao todzi diongin a”. Mua’ iai dzi’e namupauwe sekali da opa lao di rumah saki’ mappiilang tomonge’.Uingarangi ceramana annanggurutta Habib Sayye’ Fadhlu.
Jadi kalau ada mimpi semacam ini, alihkan saja tafsirannya ke arah yang lebih baik, dan jadikan tafsiran itu sebagai prasangka kita. Prasangka inilah nanti yang akan direspon oleh Tuhan atau (dalam bentuk) akan berlaku hukum tarik menarik. Boleh jadi mungkin agak sulit, karena sudah menjadi keyakinan umum, artinya tafsiran masyarakat itu sudah sedemikian rupa menguasai benak kita. Wallahu a’lam.
Paccinnongan, 10 Nopember 2020