MALANG tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Begitulah kira-kira gambaran miris kondisi fisik yang menimpa Muis (23). Pria yang semestinya menghabiskan masa mudanya dengan menuntut ilmu itu, terpaksa harus menerima kenyataan miris dirinya.
Muis muda itu, terpaksa hanya bisa pasrah menerima kenyataan hidup dengan kondisi fisik yang serba kekurangan. Sebagian besar bagian tubuhnya tak dapat ia gerakkan sebagaimana orang kebanyakan. Kaki, mulut serta berbagai organ tubuh lainnya tak mampu digerakkan. Hanya tangannya yang bisa digerakkan, tetapi itupun tidak berfungsi maksimal.
Sejak lahir putra pasangan Kaco (54) dan Kuriah (41) ini menderita lumpu dan bibir sumbing. Kondisi ini kian diperparah oleh kondisi keluarganya yang juga berada dalam kondisi ekonomi yang serba berkekurangan.
Betapa tidak, Kaco sang ayah, hanya berprofesi sebagai petani coklat dan ibunya, Kuriah-pun hanya ibu rumah tangga saja. Tak pelak, sebagaimana pengakuannya, dalam satu bulan, keluargnya hanya bisa meraup kurang dari 500 ribu. Tentu saja hal itu amatlah jauh dari kata cukup, ditambah, beban pembiayaan keempat saudara Muis lainnya yang juga masih bersekolah.
Dikisahkannya, pernah suatu ketika orang tuanya membawa Muis ke Puskesmas untuk berobat, namun karena biaya yang tidak ada, saran yang diterimanya hanyalah diminta untuk pasrah menerima kenyataan.
Parahnya, sebagaimana pengakuannya, keluarganya juga tak memperoleh sentuhan bantuan dari program keluarga harapan (PKH). Hanyalah jatah beras raskin yang ia dapatkan setiap bulannya.
Ibu Muis, Kuriah yang ditemui di kediamannya di Dusun Pulilali Desa Pussui Barat Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, Ahad 24 Maret mengaku sudah pasrah dengan kondisi yang dialami anaknya itu, tersebab kondisi perekonomian juga tidak cukup memadai untuk menanggungkan biaya pengobatan.
“Saya pasrah dengan kondisi anak saya, semoga ada keajaiban yang bisa menolong kami. Dan kiranya ada pihak yang bisa melihat dan membantu kehidupan kami,” ungkap Kuriah dalam nada sedih.
Sebagaimana dikisahkan Kuriah, awalnya Muis anaknya itu saat berada dalam kandungannya baik-baik saja, namun waktu lahir dan seirama dengan pertumbuhan usianya, telah mulai tampak kondisi yang kian tidak membaik.
“Kami sekeluarga tersadar saat pertumbuhan Muis sudah kian beranjak. Utamanya saat Muis memasuki usia satu tahunan, karena melihat kondisi fisiknya yang tak mengalami pertumbuhan baik seperti halnya balita sesianya,” urai Kuriah getir.
Alhasil, kini Muis hanya bisa duduk dan berdiam di tempat tidurnya. Membuat semua kebutuhanya harus dibantu olah ibunya, termasuk membuang kotoranya, Muis hanya bisa melalukan di tempat tidurnya.