MENJADI guru di sekolah sebuah taman kanak-kanak ataupun kelompok bermain, tak semudah melihat ataupun dalam ucapan. Banyak yang mengira bahkan meremehkan jika profesi itu adalah pekerjaan yang semua orang dengan gampang bisa melakukannya.
Kenyataan yang terjadi justru bisa terbantahkan. Menjadi seorang pendidik anak usia dini, mesti dan harus memiliki mental dua kali baja. Dalam prakteknya para pendidik harus memiliki skill yang mumpuni, kesabaran tingkat dewa, dan tentunya kreatifitas serta ketelatenan yang super duper hebat.
Dalam keseharian para pendidik anak usia dini, tidak jarang dari mereka “melupa” diri, mereka ikut dan terbawa pada dunia yang namanya makhluk lucu dan menggemaskan, dunia anak-anak. Mereka harus bisa menyelam kedalam dasar dan ruang anak-anak yang tentunya jauh berbeda dengan dunia dewasa.
Bermain adalah dunia para anak-anak, di wajah para pendidik harus senantiasa terlukis senyum, nada yang keluar dari mulutnya pun selalu merayu dan merendah, sangat jauh dari ucapan kasar dan mengancam. Sebuah dunia yang bukan dunianya. Mereka juga terkadang menjadi orang yang terlihat tak waras, karena menjadi sosok kerbau atau sapi ketika harus memerankan karakternya dalam cerita atau dongeng.
Diantara beberapa anak didik sangat sulit untuk kendalikan. Menjadi pengganggu rekan-rekannya yang lagi asyik menggambar, disudut ruang lain ada yang menangis tak tentu sebab, dan berlari dan tak bisa diam atau bersikap sangat manja dan ingin selalu diperhatikan. Jadi, apa pendidik anak usia dini itu masih dibilang gampang….???
Tidak sampai disitu saja, mereka para pendidik harus selalu berganti karakter, jika ada anak yang sedih sang guru harus bisa menjadi teman curhat mengganti ibu aslinya. Begitu pun jika ada yang sakit atau terluka saat bermain, sang guru harus mampu menjadi perawat yang bisa menyembuhkan dari rasa sakit dan menghapus air mata. Dan kadang mereka harus menjadi, maaf “tukang cebok” saat siswanya buang air atau membersihkan anak didiknya yang kotor.
Nah terpenting, para pendidik diharuskan untuk memberikan pengajaran tentang adab, etika dan sopan santun sejak dini, sebagai bekal untuk bersosialisasi kepada orang-orang disekitarnya. Mengajarkan kepada mereka tentang pemahaman akhlak dan agama. Bagaiman beribadah atau berdoa serta perkara benar dan salah dalam kehidupan. Dan jika salah mengajarkan, maka akan berdampak bagi anak didiknya yang mungkin terbawa hingga masa depannya. Jika itu benar terjadi, maka amal keburukan akan selalu tercatat dalam lembaran dosa, sebab muasal kesalahan itu bersumber dari sang pendidiknya.
Jadi Sekali lagi, masih ada yang mau bilang jadi guru PAUD gampang..?? (*)