Mencerahkan pula Menghibur Pengajian Bersama Letto di Tinambung
TAYANG9-Pengajian papperandang ate bersama Kiai Ahmad Muzammil dan Sabrang Mowo Damar Panuluh serta personil Letto yang dihelat oleh Teater Flamboyant bersama Majelis Masyarakat Maiyyah Papperandang Ate di jalur jalan menuju jembatan tua Tinambung dan berada tepat depan Masjid Raya Al Hurriyah Tinambung Polman berlangsung meriah, mencerahkan pula menghibur.
Itu tampak dari sambutan para jamaah yang hadir menyemut di depan panggung utama, bahkan acara yang dihelat sejak sekitar pukul 20.15 hingga pukul 23.30 Wita, Senin 25 Februari 2019.
Darwis, salah satu pentolan Madette Art yang juga hadir mengikuti acara itu mengaku, sangat tercerahkan dan terhibur dengan pengajian yang disetting secara apik dengan mengawinkan musik dan pengetahuan yang mencerahkan di dalamnya.
“Saya baru kali ini mengikuti pengajian yang sungguh mencerahkan dan amat menghibur ini. Menariknya sejumlah anak-anak muda kaum millenialpun tampak hadir dan mengikuti acara yang tidak saja bermuatan pengetahuan agama, tetapi juga memuat, tentang bagaimana kita sebagai anak-anak muda menjalani kehidupan dan kemandirian serta kemerdekaan dalam berpikir dan bersikap,” ujar Darwis.
Tak pelak, saat acara yang dipandu langsung, Abed El Mubarak, Ketua Teater Flamboyant membuka ruang dialog dengan para jamaah itupun satu persatu jamaah secara bergiliran mengacunkan tangan dan meminta jatah untuk bertanya dan memberikan komentarnya.
Sabrang yang bertindak sebagai vokalis band Letto dalam responnya atas pertanyaan jamaah mengatakan, cinta tidaklah statis, karenanya rindu menjadi penting.
“Cinta itu selalu berubah dan berkembang terus, waktu kita kecil cinta kita beda dengan cinta kita saat remaja dan dewasa. Cinta yang berubah untuk menjawab kerinduan kepada yang sejati. Dan kerinduan yang sejati adalah pada cinta yang sejati,” urai Sabrang saat menguraikan tentang makna cinta dan rindu, sebagaimana diksi yang biasa muncul dalam lagu-lagu letto yang dibawakannya.
Dalam kesempatan itu, Sabrang, anak sulung Emha Ainun Nadjib ini juga mengkulik tentang kebenaran, baginya, kebenaran itu bisa datang dari mana saja. Sehingga baginya untuk sampai kepada kebenaran, syaratnya adalah dengan melakukan pencaria sebanyak-banyaknya tentang kebenaran.
“Tiga tambah tiga sama dengan enam dan itu sama saja sembilan kurang tiga juga hasilnya adalah enam. Nah benar yang mana? Jadi kebenaran itu bisa datang dari mana saja. Contoh lainnya air mustakmal ia menjadi bisa mensucikan dengan syarat harus banyak. Maka untuk sampai kepada kebenaran kita harus melakukan pencarian yang banyak. Karena kebenaran akan bergerak terus. Kita harus membuang diri kita yang kemarin untuk menuju hari ini dan esok juga menuju kepada kebenaran,” urainya.
Baginya, kebenaran semakin kecil semakin presisi. “Kiai kalau tidak wudhu bisa saja itu menjadi salah, tetapi bagi kita yang awam, mungkin tidak salah karena takaran kita yah, begitu. Karenanya pencarian kebenaran itu tidak akan pernah terhenti dan akan selalu bergerak. Maka mari mengajari generasi kita untuk menjadi pahlawan dengan mengajari mereka untuk bertanggung jawab, kreatif dan mandiri,” beber Sabrang.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Rohmatul Umam Kretek Bantul Yogyakarta yang juga dikenal aktif mengikuti forum tadabburan Maiyah, Kiai Ahmad Muzammil lebih banyak menyinggung soal organisasi islam saat salah seorang jamaah mempertanyakan ihwal itu, dikatakan Muzammil, islam dan ibadah itu adalah jalan, “Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama itu juga jalan, karenanya mari sama berjalan mencari kebenaran dengan tidak saling menyalahkan,” ujarnya.
Lanjut Muzammil, “agama itu tidak bisa disamakan dengan budaya, karena ada banyak hal yang tidak bisa diselesaikan oleh budaya dan oleh akal manusia, maka itu agama diturunkan. Dan bagi saya, merasa bersalah itu lebih baik dari pada merasa benar. Termasuk soal musibah, kalau ada saudara kita yang kena musibah, jangan kita katakan musibah itu datang karena mereka kena laknat. Tetapi katakanlah, itu karena saudara kita sedang naik kelas atau tuhan sedang hendak menaikkan maqamnya jadi kita hibur dan bahagiakan hatinya,” urai Muzammil.
Acara pengajian bertajuk 21 tahun perjalanan melingkar itu menjadi kian menarik, tersebab juga ikut diselingi dengan penampilan Band Letto dengan membawakan sejumlah lagu hits. Seperti, ruang rindu dan sebelum cahaya.
Membuat, ratusan jamaah dari kalangan anak muda atau generasi millenial itupun, sesekali ikut menyanyikannya saat Sabrang terdiam dan mengarahkan microphon kepada jamaah yang ada di depannya.