SOSOK

Keringat Menetes, Hardi Mengais Berkah dari Sampah Kota

Hardi: Gaji Biar Sedikit yang Penting Berkah

JALAN masih tampak basah, menyisakan sejumlah genangan dipinggir aspal. Hardi tampak serius menenteng sapu lengkap dengan tong sampah dorong yang seirama dengan warna bajunya yang juga orange. Pagi itu matahari mulai tampak bersinar terang dan bahkan cenderung mulai panas. Tetes keringat mulai berjatuhan di pelipisnya.

Pagi itu Hardi masih berkutat dengan sampah dedaunan dari pohon yang jatuh diterpa angin dan hujan malam tadi dan tampak berserakan di badan dan di bahu jalan Andi Depu Polewali. Sebagai petugas kebersihan jalan, ia tampak serius pula telaten menyapu dan membersihkannya.

Kepada koran online yang mencoba mendekatinya, dirinya lalu bertutur bahwa dirinya mencoba untuk serius dan dengan telaten membersihkan sampah-sampah itu, tersebab yang dipahaminya pekerjaannya sebagai tukang pembersih sampah itu adalah pekerja yang mulia. Kendati banyak orang yang memandangnya sebelah mata.

“Bagi orang seperti kami, ini adalah pekerjaan yang sangat mulia disisi Tuhan. Sebab yang saya tahu, salah satu hal yang dicintai Tuhan itu adalah menjaga kebersihan. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman,” tuturnya, Jumat 06 September pagi tadi.

Hardi mengaku, dengan pekerjaannya sebagai petugas pembersih sampah kota itu dirinya cukup bisa menikmati penghasilannya yang walau dalam jumlah yang masih amat sangat terbatas bagi sebagai orang.

“Yah, saya bekerja sebagai petugas sapu jalanan di Kecamatan Polewali sudah cukup lama karna pekerjaan ini sangat saya nikmati dan juga di cintai Tuhan,” ungkap Hardi.

Hardi mengatakan, setiap hari ia bangun subuh dan berangkat dari rumahnya di Matakali untuk menuju ke lokasi yang akan dibersihkan, “star dari lampu merah Pekkabata tepatnya dekat Masjid Besar Suhada sampai depan Ruko Asri Jalan Andi Depu. Cukup menguras dan meneteskan keringat memang, tapi inilah pekerjaan kami sebagai petugas sapu jalanan kendati melelahkan tapi kami mencintai pekerjaan ini”.

Saat ditanya ihwal upah yang diterima setiap bulannya, dengan malu-malu dan nada santun Hardi mengaku mendapatkan imbalan dari  pekerjaannya itu telah lebih dari cukup.

“Kami menganggap ini sudah lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan kami sehari-hari. Gaji tidak perlu banyak, biar sedikit yang penting memiliki nilai berkah disisi Tuhan. Hari ini ada banyak pekerjaan dengan upah yang tinggi, tapi tidak memiliki nilai berkah. Nah saya selalu berharap biarlah sedikit yang kami dapat tetapi berkah selalu,” urai Hardi dalam nada pelan namun meyakinkan.

KARMUJI

Alumnus salah satu perguruan tinggi ini selain berkhidmat di Ansor juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakat dan gandrung pada diskusi sosial, budaya dan keagamaan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: