BERITASTRAIGHT NEWS

Demokrasi, Voter Turnout Didaras Ulang KPM-PM di Aula Assitalian Luyo

Ahmad: Pemilih Pemula Harus Paham Berdemokrasi

POLMAN, TAYANG9 – Mendaras demokrasi adalah sebuah keharusan. Terlebih ditengah tahapan penyelenggaraan Pemilu. Begitu salah yang menjadi latar penyelenggaraan dialog dan sosialisasi pendidikan pemilu yang diselenggarakan, Kerukunan Pelajar dan Mahasiswa Polewali Mandar (KPM-PM) di Aula Assitalian Kantor Kecamatan Luyo, Rabu 202 September 2023.

Dalam dialog dan sosialisasi pendidikan Pemilu yang bertema “Daras Demokrasi dalam Upaya Peningkatan Partisipasi Pemilih (Voter Turnout) Generasi Z”, Muhammad Sa’ad Ketua Umum PP KPM-PM dihadapan media mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan itu, merupakan gagasan yang diharapkan menjadi ruang pengayaan bagi pemuda, mahasiswa, utamanya bagi para pelajar sebagai pemilih pemula pada penyelenggaraan Pemilu 2024 mendatang.

“Saya kira kegiatan ini menjadi penting artinya bagi kami, utamanya kepada para pemilih pemula, terlebih mereka sebagai generasi z merupakan pemegang mandat kepemimpinan ke depan dan karena itu sedari awal kita harus ajak mereka untuk memahami dan ikut berpartisipasi dalam setiap perhelatan demokrasi,” ujar Sa’ad.

Dikatakannya, kegiatan itu juga menjadi kesyukuran baginya karena selain disuppor langsung oleh Camat Kecamatan Luyo, para penggiat literasi juga para pelajar yang ada di Kecamatan Luyo. Termasuk dari pihak Bawaslu dan KPU Kabupaten Polewali Mandar.

“Sebuah kesyukuran bagi kami selaku pengurus pusat KPM-PM yang berpusat di Makassar bisa berkolaborasi dengan Bawaslu dan KPU Kabupaten Polewali Mandar, kantor Kecamatan Luyo dan para pemuda serta penggiat literasi dalam menghelat kegiatan pencerahan Pemilu kepada pemilih pemula ini,” beber Sa’ad.

Senada dengan Sa’ad, Camat Kecamatan Luyo, Ahmad sesaat sebelum membuka acara itu secara resmi mengatakan, pemilih pemula mestinya ada kejelasan, agar mereka faham berdemokrasi.

“Saat di umur mereka sekarang, sangat potensi digodok di lapangan, potensi dimanfaatkan juga potensi melakukan gerakan tambahan yang tidak sesuai dengan konstitusi. Karena itu, penting sekali mereka dibekali pemahamannya tentang demokrasi dan kepemiluan. Karena itu, kami merespon baik kegiatan yang dihelat oleh KPM-PM ini,” ungkap Ahmad.

Lebih lanjut disampaikan Ahmad, dirinya atas nama Pemerintah Kecamatan Luyo mengucapkan terima kasih banyak kepada Bawaslu dan KPU Kabupaten Polewali Mandar dan M. Syariat Tajuddin sebagai akademisi juga secara khusus pengurus dan anggota KPM-PM telah sama membuka ruang dialog dan sosialisasi kepada pelajar yang merupakan pemilih pemula untuk mendalami demokrasi dan politik. “Semoga kedepannya kita semua bisa merayakan pesta demokrasi dengan sehat,” urai Ahmad.

Dalam pengantar dialog, Muslim yang tampil sebagai moderator dalam kegiatan yang berlangsung siang hingga sore hari itu mengatakan, Sulawesi Barat masuk dalam kategori daerah yang rawan demokrasi. “Karena itu kegiatan ini sengaja menghadirkan tiga nara sumber yang kompeten membincang demokrasi, politik dan Pemilu,” ujarnya seraya mempersilahkan satu persatu nara sumber untuk memaparkan materinya.

Andi Rannu Kadiv Hukum dan Pengawasan KPU Polewali Mandar yang mendapatkan kesempatan pertama, dalam pemaparannya lebih banyak menyinggung data dan posisi generasi z dalam penyelenggaraan Pemilu.

“Dua tahun belakangan ini tema pemilu menjadi hangat. Dari awal tahapan pemilu yang dimulai sejak 14 Juni 2022 lalu sampai dengan 14 Februari 2024. Tahun ini Generasi Z adalah mayoritas penduduk Indonesia. Generasi Z kelahiran 1997-2012. Artinya 27,9% dari DPT Adalah Generasi Z, data lain menyatakan sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024,” ujar Andi Rannu.

Andi Rannu juga menyebutkan, dalam UU 7 Tahun 2023 dinyatakan, terdapat tiga penyelenggara Pemilu yakni KPU, Bawaslu dan dewan kehormatan penyelenggara Pemilu (DKPP). Dimana DKPP bertugas mengawasi kode etik penyelenggaraan Pemilu. Jadi sangat berbahaya, jika KPU dan Bawaslu bermain-main dalam bekerja, karena, jika itu terjadi maka akan dilaporkan ke DKPP. Karena itulah, masih menurut Andi Rannu, KPU dan Bawaslu diletakkan oleh UU sebagai lembaga yang tetap, mandiri dan independen.

“Politik yaitu proses perumusan kebijakan. Pendidikan politik proses pembelajaran untuk mengetahui kebijakan. Pendidikan politik itu penting untuk kesadaran bahwa demos dan kratos adalah sebuah keadaan negara sistem pemerintahan kedaulatan dan kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat,” ungkapnya.

Bahkan masih menurut Andi Rannu, pemilih pemula adalah warga negara Indonesia yang berhak untuk memilih dan sudah genap berumur 17 tahun, atau pernah kawin atau menikah, dan pensiunan TNI-POLRI.

“Prinsipnya adalah one man one vote one value. Supaya adik-adik tidak apatis, jadilah pemilih yang cerdas, pelajari tata cara memilih yang benar dan berpartisipasi aktif-lah dalam Pemilu”.

Harianto: Ajak Generasi Z Terlibat Awasi Pemilu

Sementara itu, Harianto Ketua Bawaslu Kabupaten Polewali Mandar dalam materinya mengajak para peserta untuk ikut terlibat aktif dalam Pemilu, utamanya berperan aktif dan ikut mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemilu bersama Bawaslu.

“Saat ini, kita tengah berada dalam tahapan daftar calon sementara menuju ke daftar calon tetap. Harapan kami, utamanya kepada peserta pelajar dan pemuda, untuk menjadi pelopor bukan penonton. Ayo mari ikut mengawasi setiap tahapan, termasuk tahapan kampanye ke depannya. Karena itu adalah tanggungjawab kita semua. Kolaborasi dalam pengawasan, mesti tercipta diantara kita semua,” beber Harianto.

Dikatakan Harianto, issu kerawanan Pemilu diantaranya adalah terkait dengan hak pilih (DPT, DPTB dan DPK), dan di tengah itu semua, pendidikan pengawasan partisipatif, serta berkolaborasi dalam pengawasan bersama masyarakat menjadi penting artinya. Termasuk dalam pengawasan basis data dan observasi komunitas digital.

Sebagai pembicara ketiga, yang diberi kesempatan terakhir, M. Syariat Tajuddin akademisi dan sastrawan Mandar Sulawesi Barat itu, lebih banyak menguraikan harapannya, kiranya Pemilu dan sejumlah tahapannya tidak membuat ketakutan, karena baginya Pemilu sebagai pesta sudah seharusnya membuat kegairahan dan kegirangan.

“Ketika Pemilu dilihat sebagai party atau pesta, maka tidak seharusnya kita melihat Pemilu dengan rasa takut dan apalagi membuat kita benci dengan sesama kita. Artinya, kalau Pemilu adalah pesta, maka sudah semestinya kita semua berbahagia dan tidak lalu mengerutkan jidat kita,” ujarnya.

Selain itu Syariat juga mengatakan, pendidikan pemilih harusnya diawali atau didahului dengan literasi poltik atau pendidikan politik dan untuk itu harus melibatkan sejumlah unsur dan stakeholder. Sebab Pemilu adalah kenduri semesta dan juga merupakan milik semua pihak.

“Sejarah Pemilu telah meninggalkan catatan kurang baik, dimana sebelumnya kita pernah terbelah dalam dua polarasisasi yakni term cebong dan kampret. Itu merupakan akibat dari kurangnya literasi politik kita. Pendidikan politik dilakukan di semua ruanglah, dan seharusnya itu dimulai dari partai politik dalam melahirkan kaderisasi calon pemimpin. Dan partai politik, juga harus turun lapangan, ikut terlibat langsung dalam mencerdaskan generasi bangsa, khususnya generasi z itu,” ungkap Syariat.

Bahkan dikatakan Syariat, karena Pemilu output adalah melahirkan pemimpin, maka pengawasan harus diketatkan, agar lahir pemimpin yang mumpuni dan yang sehat jiwa dan jasmaninya. Artinya Pemilu yang sehat diharapkan mampu melahirkan pemimpin yang sehat pula.

“Saya berharap, semua proses dan tahapan penyelengaraan Pemilu tidak melulu terjebak pada statistik, tapi juga harus bersifat kualitatif yang mencerahkan. Ingat, pemilih pemula jangan lagi dipandang sebagai obyek yang gampang dicekoki dan dimobilisasi untuk masuk di bilik suara tanpa kemerdakaan pilihan sesuai nuraninya. Mereka generasi Z mesti punya kesadaran politik yang baik dan merdeka, karena berdasar pada argumentasi ini, kelak kita bisa melahirkan pemimpin yang baik dan betul-betul tersaring dari proses yang beradab dan itu adalah generasi kita hari ini. Kita semua tidak mungkin memimpin, kita butuh wakil, dan wakil yang akan memimpin kita itu haruslah lahir dari proses yang baik pula dan mereka yang mumpuni. Inilah saya kira penjabaran dari sila Pancasila, utamanya sila keempat,” bebernya.

Lebih lanjut, Syariat meminta agar semua pihak berhati-hati dalam menjatuhkan pilihannya kelak dalam Pemilu, mari kita pelajari baik semuanya, kita hitung secara presisi semua tindakan kita dan kita mesti berhati-hati, memberikan suara di bilik suara. Bahkan saya mengajak kita semua, utamanya pemilih pemula agar dalam menentukan pilihan pertamanya di bilik suara nantinya, didahului dengan menyebut nama Tuhan kita, dan kita niatkan semoga pilihan kita adalah mereka yang amanah, mereka yang takut kepada Tuhan dan sayang kepada rakyat. Sebab itulah, bahaya kalau adik-adik Generasi Z mengenal dan menjadi pelaku politik uang dan kampanye hitam serta menjadi penyebar haox dan syak wasangka,” tutup Syariat.

Menariknya, dalam acara yang juga dihadiri ketua dan anggota PPK dan Panwaslu serta PPS dan PKD se-Kecamatan Luyo itu itu juga diisi dengan pembagian buku kepada peserta yang terlibat aktif pada sesi tanya jawab.

FARHAM RAHMAT

Alumnus Hukum IAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta Timur dan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. selain aktif sebagai blogger juga aktif dalam pengembangan skill bahasa Inggris dan Arab serta serius nyantri di Majelis Sholawat Simpang M. Ketua Zain Office ini juga dipercaya sebagai editor di media katalogika.com, serta tercatat sebagai pemuda pelopor literasi digital Polewali Mandar

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: