SEKITAR pukul 22.00 Wita malam tadi, Jumat 04 September 2020 pesan dari Sosiawan Leak, penyair yang sebelumnya menulis buku puisi ‘Wathathitha’ dan diganjar sebagai buku puisi terbaik pada Hari Puisi Indonesia 2016 lalu di Taman Ismail Marzuki masuk ke gawai penulis catatan ini.
Sosiawan Leak yang dikenal sebagai pendekar gerakan revitalisasi sastra pedalaman sekaligus inisiator gerakan puisi menolak korupsi meminta kiranya buku puisinya yang bertitel ‘Rumahmu Tumbuh di Hati Kami’ disebar luaskan untuk bisa pula ikut dikonsumsi para penyair dan peminat karya sastra gendre puisi dan bahkan khalayak umum di Mandar Sulawesi Barat.
Sebuah buku ‘kumpulan puisi puasa di masa korona’ yang disunting Rini Tri Puspohardini, dan diterbitkan Penerbit Elmatera, Yogyakarta pada Juni 2020 belum lama ini dan merangkum 30 karya puisi yang ditulis dan dibacakan Sosiawan Leak selama bulan Ramadan, April hingga Mei 2020, dan ditayangkan oleh TV9 Nusantara Surabaya lewat program “Binar Ramadhan” setiap menjelang azan magrib dan usai sahur.
Buku kumpulan puisi yang merupakan cetak ulang dari buku sebelumnya yang oleh penerbit Elmatera, Yogyakarta merupakan respon atas banyaknya permintaan dari berbagai pihak yang juga berkeinginan untuk memiliki buku kumpulan puisi ini.
Dalam pengantar penerbitannya, Penerbit Elmatera, Yogyakarta mencatatkan, hadirnya buku ini sekaligus melengkapi penerbitan kumpulan puisi sebelumnya yang khusus merangkum karya Sosiawan Leak, yakni Wathathita (Azza Grafika, Yogyakarta, 2016 dan Basabasi, 2018), Sajak HOAX (Elmatera, Yogyakarta, 2018), dan Wathathitha (Penerbit Basabasi, Yogyakarta, 2018).
Karenanya tak heran jika CEO TV9 NUsantara, Hakim Jaily dalam catatannya ‘Binar Puisi di Ramadan Pandemi’ sebagaimana yang ada dalam buku puisi ini mengatakan, buku puisi ‘Rumahmu Tumbuh di Hati Kami’ yang berisi 30 puisi ini terbit dalam format konvergensi 3 in 1 antara televisi, cetak dan internet yang memungkinkan pembaca selain membaca teks juga bisa menikmatinya dalam format video puisi.
Bahkan bagi yang secara khusus memesan buku dalam jumlah 50 eksamplar, menurut Sosiwan Leak, juga diberikan jatah untuk mengikuti worshop virtual cipta puisi.
Alhasil, “membaca buku puisi ‘Rumahmu Tumbuh di Hati Kami’ ini akan mengantarkan kita untuk membaca sebentuk pengabadian satu etape perjalanan spiritual seorang penyair yang melewati dan mencoba memaknai situasi dan perintah ibadah dengan perenungan substansi dan penghambaan yang begitu mendalam,” begitu kata Hakim Jaily.
“Demikianlah, untuk memiliki buku ini hanya dengan mahar 35 K,” kira-kira demikian makna tulisan Sosiawan Leak dalam pesan singkat melalui gawai miliknya malam tadi.
Tentang Penyair Sosiawan Leak
Lahir di Solo, 23 September 1967. Menyelesaikan studi di Fisipol Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Menulis puisi, esai, dan naskah lakon, selain menjadi aktor dan sutradara teater.
Melakukan poetry reading di Univ. Pasau (2003), Univ. Hamburg (2003 dan 2011), Deutsch Indonesische Gesellschaft, Hamburg (2011), Kedubes Indonesia di Berlin (2011), Korea Broadcasting System (KBS) di Seoul, dan Hwarang Park 667 di Ansan City (2012). Melakukan program apresiasi sastra Indonesia-Jerman di Indonesa bersama Martin Janskowski dan Berthold Damhauser (2006-2010).
Diundang di Poetry on The Road (Bremen, 2003), Aceh International Literary Festival (Banda Aceh, 2009), Ubud Wiriters and Readers Festival (Ubud, 2010), Jakarta-Berlin Arts Festival (Berlin, 2011), Pertukaran Budaya Indonesia-Korea (Univ. Hankuk, Seoul, 2012), Asean Literary Festival (Jakarta, 2014), Borobudur Writers and Cultural Festival (Magelang, 2016), dan lain-lain.
Buku puisinya, Wathathitha mendapat penghargaan sebagai Buku Puisi Terbaik dari Yayasan Hari Puisi Indonesia (2016). Puisinya, Negeri Sempurna mendapat penghargaan sebagai Puisi Terbaik pada Festival Tifa Nusantara III (2016). Buku puisinya, Sajak Hoax mendapat penghargaan sebagai Buku Puisi Pilihan dari Yayasan Hari Puisi Indonesia (2018) serta penghargaan sebagai Buku Puisi Terbaik dari Perpustakaan Nasional (2019).
Memperoleh penghargaan sebagai Tokoh Bahasa dan Sastra dari Balai Bahasa Jawa Tengah (2017).
Puisinya juga terbit dalam 6 buku antologi bersama sastrawan lain. Bukunya yang lain Geng Toilet (kumpulan lakon, Penerbit Forum Sastra Surakarta, 2012), Kepemimpinan Akar Rumput (Yogja Bangkit Publisher, 2015), dan Anai-anai Digelap Badai (Yayasan Sheep Indonesia, 2015), dan Kata Tidak Sekadar Melawan (kumpulan esai, Intrans Publishing, 2017),
Menulis lakon dan menyutradarai drama kolosal produksi Yayasan Kalam Kudus Surakarta berjudul Namaku Indonesia (2013) dan Pulanglah Nak (2014), produksi Solo Batik Carnival Wahyu Tumurun (2014) dan Sedulur Papat (2015), serta produksi SMKI Surakarta Kita Nusantara (2017).
Mementaskan monolog Sarung di Monbijoupark & Cultur Braureire, Berlin (2011), ISI Surakarta (2011), dan Cemara 6 Art Centre Jakarta (2012).
Menjadi Koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi (sejak 2013) dan Koordinator Penerbitan Memo Penyair (sejak 2014).