DIATAS buih permukaan kopi latte itu tampak sketsa pucuk bunga sedang mekar. Sesungging senyum tergurat ‘mekar’ dan tegas. Itu terbaca dari pancaran wajah lelaki berbaju sutra berwarna cokelat, bermotifkan layar perahu sandeq khas Mandar-Sulawesi Barat.
Sore, di luar mendung menggelayut, tetapi di dalam kedai itu, wajahnya cerah dengan senyum hangat dan bersahabat jelas kian menegas. Adalah Aris, S.Ag sang pengelola kedai itu. Dari nama kedai itu, jelas menujuk sebuah wilayah yang agak tersuruk dari hiruk pikuk perkotaan.
Kedai Kopi Kurrak adalah nama sekaligus menjadi brand yang telah menjadi salah satu andalan produk kopi Polewali Mandar, bahkan Provinsi Sulawesi Barat.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah penghargaan melalui tangan dingin Aris yang telah menjadi kepala Desa Kurrak dua periode ini telah tersabet baik. Ia memintal dan mendorong semangat warga desanya untuk mandiri dalam membangun iklim usaha jenis kopi.
Tak heran, dua periode masa kepemimpinannya, Desa Kurrak pelan dan pasti beringsut menggapai kebaikan dan kekuatannya sebagai sebuah desa yang patut diperhitungkan. Dan itu bukan isapan jempol belaka, sebagaimana pengakuan Aris, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bahkan pernah mampir dan melakukan kunjungan khusus ke kedai Kopi Kurrak saat berkunjung ke Polewali Mandar belum lama ini.
“Kendati kedai ini masih terbilang baru dan sedang menginjak usia setahunan, namun kami telah menjajal produksi kopi desa kami ke berbagai event skala regional dan nasional. Dan melalui sejumlah event itu, beberapa pengharaan telah kami peroleh”, tuturnya serius dalam nada merendah.
Patut dicatat, Kopi Kurrak kini tercatat sebagai pemenang terbaik, kompetisi karya ekonomi se-Sulawesi Barat dan diganjar dengan penghargaan Siddhakarya dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat sebagai pengembang kualitas dan produktivitas pada tahun 2020 lalu.
Bahkan yang mengherankan, Kopi Kurrak-pun kini masuk dalam kategori tujuh kopi terbaik spesial jenis arabika se-Nusantara yang dipromotori oleh Bank Indonesia.
“Alhamdulillah, usaha tidak pernah mengingkari hasil, dan kami telah tercatat masuk sebagai 7 produk kopi terbaik se-Indonesia pada kategori kopi Nusantara yang dipromosi oleh Bank Indonesia. Bahkan kopi kurrak telah dibina khusus oleh Bank Indonesia dan mendapatkan sumbangan sebesar 15 juta dari Bank Indonesia”, beber Aris.
Tak heran, atas keseriusannya sebagai Kepala Desa Kurrak yang kreatif dan terbilang progressif karena telah mendorong perubahan desanya menuju arah yang berkemajuan ini dengan tidak saja memproduksi kopi, tetapi juga mendorong masyarakat desa untuk menjadi petani kopi yang mampu menghasilkan kopi terbaik pada lahan yang juga tidak tanggung.
“Sampai sekarang, pengelolaan produksi Kopi Kurrak telah pula mempekerjakan sedikitnya 15 orang. Sedangkan khusus untuk luas lahan yang kami pakai untuk penanaman kopi, sudah berada dikisaran 20 hektar untuk jenis kopi arabika dan 30 hektar untuk jenis kopi robusta. Saya bersyukur, karena pemerintah kabupaten dan provinsi sangat mengapresiasi desa kami. Apatalagi, warga masyarakat di Desa Kurrak juga sangat mendukung usaha kita ini dalam memajukan UKM dan BUMdes”, kunci Aris seraya menyeruput kopi sore itu.
Tak berselang lama sejumlah pengunjung kedaipun berdatangan, dan Aris sore itu kembali larut dalam perbincangan dengan sejumlah tamunya, yang dari tampilannya, mereka adalah orang-orang bank. Mungkin tengah membincang seputar pengembangan usaha dan langkah-langkah baik dan tepat dalam memajukan desanya.
Di luar langit masih mendung, kopi latte berjenis espresso bercampur susu tanpa pemanis dalam cangkir itupun telah tandas terseruput. [/*]