FEATUREGAGASANOPINI

Sedih, Melihat Korban Gempa di Balik Tenda Pengungsian

SORE itu dalam sebuah tenda kecil berukuran 2 x 1 meter, seorang bayi berusia empat hari berada dalam gendongan ibunya. Dari tatapan ibunya, tampak jelas terbaca kesedihan yang sungguh perih untuk ditanggungkannya. Betapa tidak, anak bayinya yang masih merah dan berusia empat hari itu terpaksa harus menerima kenyataan tinggal di sebuah tenda pengungsian.

Hanya rasa pilu yang bisa menggambarkan pemandangan yang kini ada dihadapan penulis. Tatkala menyaksikan dari dekat penderitaan yang harus ditanggungkan oleh begitu banyak warga Sulawesi Barat, termasuk ibu dan bayinya itu, atas bencana gempa yang nyatanya telah meluluhlantakkan sejumlah wilayah dalam dua kabupaten yang menerima dampak terparah, yakni Kabupaten Majene dan Mamuju.

Penanggalan kalender menujuk angka 18 Januari 2021, tepatnya hari Senin penulis yang bergabung dalam Gerakan Pemuda Ansor secara khusus menuju dua wilayah terdampak oleh gempa yang berkekuatan magnitudo 6.2 itu. Sebelum bergerak ke lokasi terdampak gempa itu, sejumlah informasi melalui sejumlan kanal dan platform media telah begitu banyak menayangkan sejumlah informasi berita dan peristiwa. Mulai dari kemungkinan gempa susulan, juga issu tsunami dan soal distribusi bantuan yang tidak merata.

Khusus infomasi soal pendistribusian bantuan yang tidak merata ini, jika mau jujur, awalnya kurang bisa masuk dalam pikiran penulis, mengingat telah begitu banyak person, lembaga dan institusi serta relawan kemanusiaan yang bergerak menuju lokasi terdampak gempa, termasuk ke sejumlah titik pengungsian. Mulai dari yang menggunakan roda dua, roda empat bahkan sepuluh roda tampak berseliewaran menuju dan dari lokasi terdampak juga area pengungsian mendistribusikan beragam jenis bantuan.

Dalam catatan penulis, bantuan itu setidaknya berdatangan dari berbagai elemen masyarakat, personal, komunitas, organisasi kemahasiswaan, organisasi masyarakat, organisasi kepemudaan hingga bantuan dari pemerintah dari sejumlah wilayah, seperti Pemkab Polewali Mandar, Mamuju Tengah, Pasangkayu.

Juga bantuan yang datang dari dearah di luar Sulawesi Barat, seperti Kabupaten Sidrap, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Barru, Kota Makassar dan juga bantuan datang dari Palu Sulawesi Tengah, bahkan dari luar Sulawesi, yaitu komunitas dari Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur dan lain sebagainya.

Mengingat itu, terbetik dalam kepala menulis, bagaimana mungkin, bantuan itu tidak merata dan tidak mampu menyentuh semua lokasi terdampak dan wilayah pengungsian, sementara jumlah bantuan telah begitu banyak dan begitu beragam jenisnya.

MENUJU area gunung tempat pengungsi korban gempa Mamuju Majene Sulwesi Barat

Namun, apa yang terbetik di kepala penulis itu, sontak terjawab begitu penulis tiba dan berada di tengah lokasi bencana, termasuk di wilayah pengungsian. Saya sungguh menyaksikan ternyata masih terdapat begitu banyak warga terdampak yang minim atau bahkan belum mendapatkan sentuhan bantuan sama sekali.

Seketika pikiran penulis berubah, yang ada justru adalah kesedihan dan rasa iba yang tiba-tiba menguasai pikirankan dan perasaanku. Betapa tidak, sebagaimana awal catatan ini, seorang ibu bersama anaknya berusia empat hari itu harus rela menjalani kenyataan untuk tinggal di wilayah pengungsian di atas gunung yang amat sangat jauh dari disebut layak untuk ukuran seorang bayi kecil itu. Bahkan bantuan yang diharapkan datangpun tak kunjung menyentuhnya, hingga penulis hadir di lokasi pengungsiannya itu.

Atas fakta lapangan dan penglihatan penulis itu, penulis sadar akan kekeliruan pikiran awal penulis. Bahkan seketika itu juga saya sadar dan hanya bisa membantu dan berdoa, “semoga bencana alam yang ada di Sulawesi Barat segera berakhir dan sejumlah warga yang harus menanggungkan penderitaan ini di lokasi pengungsian segera pula mendapatkan bantuan secara merata”.

Sebagai penutup catatan ini, penulis hanya bisa berdoa dan berharap, kiranya para dermawan dan relawan kemanusiaan bahkan seluruh elemen masyarakat yang tidak terdampak bencana gempa ini kian mengintensifkan pergerakan penggalangan bantuannya, seraya melakukan pendistribusi ke posko-posko terdampak langsung dan wilayah pengungsian di daerah terpencil bahkan terisolir. Utamanya yang ada di wilayah pegunungan, seperti di area-area yang masuk dalam wilayah Kecamatan Ulumanda, Kecamatan Malunda dan Kecamatan Tappalang. [/*]

KARMUJI

Alumnus salah satu perguruan tinggi ini selain berkhidmat di Ansor juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakat dan gandrung pada diskusi sosial, budaya dan keagamaan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: