ABDUL MUTTALIBKOLOM

Sang Idola

TERNYATA gerombolan kucing jantan yang hendak kawin itu luar biasa mengganggu. Di mulai dari suara yang mengeong di tengah malam buta, dan tak jarang dibumbui aksi pengejaran dramatik-kucing betina di atas atap dan bubuhan rumah.

Kucing betina di rumah kami, sebut saja namanya Amor. Nama yang baru saja dikarang, seiring dimulainya tulisan ini. Berhubung, belum ada kecanggihan teknologi yang sanggup memberi tahu nama asli kucing betina itu.

Tidak jelas, kapan dan seperti apa sejarahnya, sehingga ia mulai berdiam di rumah kami. Kehadirannya yang begitu “entah” dan terkesan sangat “andai”. “Entah” kenapa, kami tidak tega mengusir kucing betina yang hampir tiap tahun mengandung dan melahirkan banyak anak.

Anak kucing yang tiap waktu ikut membuat seisi rumah, dipenuhi kesibukan membersihkan kotoran dan air kencingnya. Meski kemungkinannya memiliki makna “andai” atas kotoran kucing itu. Kotoran kucing yang bisa jadi, jatuh di tempat yang mungkin-sudah patut dan layak dibersihkan.

Tarik ulur dimensi “entah” dan “andai” atas fenomena si Amor di rumah kami sudah berbuah hikmah. Setidaknya hikmah imajinasi yang sedianya terus diasah. Karena, bisa jadi di malam sepi-sewaktu kami tengah tertidur pulas.

Si Amor justru terjaga dan ikut memastikan serangan tikus tidak terjadi. Tikus yang bisa jadi membawa virus. Virus yang berpotensi mengganggu kesehatan yang muaranya dapat berpengaruh pada mutu dari aktivitas keseharian kami.

Rentetan imajianasi itu mulai bermunculan satu demi satu. Imajinasi yang pelan-pelan merubah cara pandang kami atas si Amor. Kucing betina yang terus-terusan di kejar, bahkan terkesan di kepung oleh gerombolan kucing jantan beringas yang hendak kawin.

Sekumpulan kucing jantan yang tidak hanya menerornya, tapi mulai mengganggu stabilitas, dan kenyamanan keluarga kami. Ulah kucing jantan itu, secara tersirat mengabarkan, bahwa si Amor pelan-pelan sudah dianggap idola di antara kucing betina di lorong kami.

Jika sekawanan kucing jantan mulai mengidolakannya, masa kami yang mungkin mulai dianggap keluarga dekat si Amor, tidak berusaha melindunginya. Tidak elok rasanya, jika kami dicurigai tidak pandai menghargai pencapaian prestisius si Amor selaku idola.

ABDUL MUTTALIB

pecinta perkutut, tinggal di Tinambung

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
%d blogger menyukai ini: