Pamsimas Polman Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW
Belajar dari Rasulullah Muhammad SAW Sang Pemberdaya Sejati

POLMAN, TAYANG9 – Keluarga Besar Roms. 15 Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) Kabupaten Polewali Mandar (Polman) melaksanakan peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW bertema Meneladani Rasulullah SAW sebagai Sang Pemberdaya Sejati. Kegiatan dihelat di aula Cafe Batistuta Polewali, Selasa 26 Oktober 2021.
Peringatan hari lahir Baginda Nabiullah Muhammad SAW putera Abdullah dan Sitti Aminah tersebut berlangsung sederhana, khidmat dan bersahaja. Selain dihadiri keluarga besar Pamsimas Roms. 15 Kabupaten Polewali Mandar, Pakem/DPMU dan perwakilan tenaga ahli Roms.15 Pamsimas Sulawesi Barat, ada juga perwakilan dari program KotaKu Kabupaten Polman, perwakilan program BPNT Polman, perwakilan fasilitator lokal desa P3MD Polewali Mandar, dan seluruh undangan yang sempat hadir.
Imam Masjid Agung Syuhada kabupaten Polewali Mandar Habib Ahmad Fadl Al Mahdaly dalam pengantar hikmah maulid Nabi itu menghaturkan, apresiasi setinggi-tingginya kepada keluarga besar Roms 15 Pamsimas Polman dalam melakukan kerja-kerja pemberdayaan di masyarakat, terutama dalam hal kebutuhan air bersih dan sanitasi.
“selain pendampingan lewat sarana fisik, hal yang tak kalah pentingnya yaitu pendampingan mental dan cara berpikir masyarakat agar memahami filosofi keberadaan Pamsimas, kita juga berharap program seperti ini terus berlanjut, sebab sebagai media implementasi kekhalifaan kita di muka bumi ini,” kata Habib Ahmad Fadl Al Mahdaly dalam pengantar awalnya.
Setelah menyampaikan apresiasi ke Pamsimas, Habib Ahmad Fadl menceritakan kisah-kisah perjuangan Rasul Saw dalam melakukan kerja pemberdayaan kepada umatnya.
“Rasulullah Saw diutus ke muka bumi ini sebabnya adalah Cinta. Allah ingin mengkonkretkan ke Maha cintanya melalui pengutusan kekasih tercinta-Nya: Sayyidina Muhammad SAW,” kata Ulama yang karib disapa Puang Saiyye’ tersebut.
“Aku, kata Allah, mengutusmu Muhammad untuk memberi peringatan. Beliau, Rasul SAW adalah orang yang paling sibuk memberikan informasi yang membahayakan ummatnya sebagai bentuk kasih sayangnya. Itu kerja pemberdayaan. Bahasa kerennya adalah wujud manifestasi cinta”
Saking cintanya, kata Habib Fadl, ketika hendak wafat, beliau meminta kepada Allah untuk meringankan rasa sakit yang kelak dirasakan ummatnya diambang sakratul maut.
” Ya Allah tolong rasa sakit ummatku ketika menghadapi ajalnya limpahkan saja ke saya. Kalau pun sakit, sebagian sakitnya sakratul maut sudah diambil alih oleh Nabi,” ujar Habib Fadl Al Mahdaly dengan celetukan khas Mandar Pambusuang.
Ditambahkan Habib Fadl Al Mahdaly, “mengapa Rasulullah SAW begitu telaten dan populer dimata kaum miskin dan papa? Itu karena beliau pasang badan dan berdiri paling depan membela orang-orang teraniaya”.
Rasulullah selalu berada ditengah orang-orang miskin dan dimiskinkan, hal itu pula, masih menurutnya, yang membuat masyarakat Makkah tidak respect kepada Baginda Nabi
“Berada di tengah orang yang dimiskinkan. Itulah sebabnya masyarakat elit kota Makkah masa itu, tidak respect kepada Baginda Nabi karena kepentingan hidup dan kekuasaan mereka akan tidak nyaman jika beliau SAW dibiarkan berdakwah, makanya yang paling pertama menolak adalah sebahagian keluarganya sendiri sebagai pemimpin elit masa itu karena beliau mengangkat derajat masyarakat terpinggirkan menjadi masyarakat yang setara”.
Kemudian, lebih jauh wakil ketua PWNU Sulawesi Barat tersebut menjelaskan, ada beberapa point penting yang menjadi ruh dakwah Rasulullah ketika menyebarkan agama islam di jazirah arab.
Pertama, Nabi SAW ingin membangun masyarakat yang cerdas. Makanya ayat pertama adalah iqra. Olehnya itu menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi laki laki dan perempuan.
Kedua, Membangun masyarakat yang berakhlak dan beretika. Kekuatan kita ada pada ahklak yang membuat kita berbeda dengan penganut agama lain. Bagaimana teknis etika dalam beragama? Etika itu adalah karakteristik dalam kelompok masyarakat, dipahami dan disepakati bersama secara turun temurun.
“sebagai contoh metawe dia tidak punya dalil tapi kemudian diharmonisasi oleh agama menjadi sesuatu yang mesti diajarkan,” ujar Habib Ahmad Fadl
Ketiga, Masyarakat yang menghormati keberagaman. Ketika Nabi datang di kota Madinah mengumpulkan semua golongan untuk merumuskan piagam Madinah. Kota Madinah diubah dari kata asalnya yasrif menjadi Madinah yang berarti setara.
Seluruh orang yang hidup dalam kota tersebut setara. Kisah perang Khaibar adalah bukti komitmen beliau menempatkan keragaman diatas segalanya didukung oleh pemimpin ummat beragama pada masa itu.
Menutup tausiahnya, Imam Mesjid Syuhada ini mengingatkan kita bahwa memberdayakan masyarakat itu harus selalu berkiblat kepada Sayyidina Muhammad SAW ketika mengurus ummatnya.
Hakikat pemberdayaan menurutnya adalah pembimbingan. Mengingatkan orang lupa memberi tahu orang tidak tahu. Tugas Rasululullah SAW yaitu memberi tahu tentang hak-hak kemanusiannya. Sedang kita sebagai pendamping atau fasilitator memberi tahu masyarakat tentang hak – haknya sebagai warga negara. Tugas kita disitu saja. Rasul sebagai pemberdaya sejati adalah penunjuk jalan ummatnya dari dunia hingga akhirat.
“Teman – teman Pamsimas saya pesan bahwa subtansi beragama itu hanya satu yakni pengabdian. Pengabdian kepada Tuhan dan kepada mahluknya. Jika engkau ingin melihat Tuhan tertawa maka buatlah mahluknya tertawa,” tutup Imam Mesjid Syuhada Polewali Mandar yang akrab disapa Puang sayye tersebut.
Sumber Teks: Reportase Muhammad Sikin