BERITAFEATURE

Rumah Hangus Terbakar, Tersisa Hanya Sebuah Sarung di Badan

AROMA hangus dari sisa bangunan yang terbakar, masih tercium di lokasi kebakaran yang terjadi senin malam  9 april 2018, saat TAYANG9 turun ke lokasi kebakaran sehari setelah kejadian itu.

Pada siang sebelum kejadian, masih terlihat jika sisa reruntuhan bangunan tersebut masih berdiri kokoh sebagai rumah hunian keluarga. Namun, tak disangka malam harinya dihari yang sama, bangunan rumah berlantai dua ini, ludes terbakar dilahap si jago merah. Menyisakan dinding beton dan rangka kayu saja yang menjadi dasar awal berdirinya rumah itu.

Bangunan rumah dengan cat berwarna hijau itu, kini tak terlihat lagi bangunan pada lantai duanya. Atapnya pun kini berganti dengan atap terpal berwarna biru, yang sengaja dipasang sebagai pengganti atap yang hangus terbakar dan sekaligus menahan teriknya panas matahari kala siang itu.

Di tengah bangunan kebakaran nampak tembok yang menghitam dan hawa panas yang masih sangat terasa, lantai keramik yang sebelumnya utuh dan tertata, kini retak dan pecah akibat panasnya api yang membakar pada malam kejadian.

Tiang-tiang rumah yang dari kayu pun tak luput dari amukan api, sehingga dikhawatirkan tembok yang menyatu dengan tiang-tiang rumah itu nantinya akan roboh.

Disisi bagian rumah yang lain, seorang pria nampak menggeser puing sisa kebakaran, seperti mencari-cari sesuatu. Dan seorang wanita yang hanya berdiri menatap sisa kebakaran, duduk di sisi dalam bangunan rumah yang menghitam itu dengan beralaskan terpal seadanya.

Amran atau Ambo Uccang lelaki berusia 60 tahun yang tinggal di Dusun Kanang Desa Batetangnga Kecamatan Binuang, adalah salah satu korban dari dua pemilik rumah yang hangus terbakar pada malam naas itu. Wajahnya masih tampak pucat dan sedih begitu mendalam. Masih tidak percaya jika bangunan tempat tinggalnya sudah tak berbentuk rumah lagi.

Api yang membakar pertama kali dilihat oleh salah satu anggota keluarganya, Nursyam pada pukul 11 malam yang berniat untuk melaksanakan shalat pada malam itu.

“Sewaktu saya bangun untuk ambil wudhu dan ingin shalat, api sudah membesar dibagian belakang rumah, lalu saya teriak kebakaran… kebakaran…” cerita Nursyam

Nursyam yang merupakan anggota keluarga tetap bersyukur, tak ada korban jiwa dalam kebakaran itu. Hanya saja terlihat sang Kepala Keluarga Bapak Amran yang tak mampu membendung rasa sedihnya. Sesekali para tetangga, keluarga dan orang yang bersimpati kepada datang untuk mendekapnya tuk mengurangi rasa sedihnya. Namun air mata pun tetap tumpah tak terbendung.

Rumah miliki Bapak Amran, merupakan rumah semi permanen berlantai dua. Yang dulunya adalah sebuah rumah panggung. Disaat kesempatan yang sama, Bapak Amran mengatakan bahwa, semua miliknya telah hangus terbakar dan tak ada yang bisa diselamatkan.

“Saya sedih sekali, karena tidak ada yang bisa saya selamatkan, hanya sarung yang yang terpakai di badanku yang bisa saya selamatkan”, urai Bapak Amran dengan mata yang berkaca-kaca yang sesekali menarik nafas yang dalam, tuk menahan air matanya

Api pertama yang pertama kali muncul pada rumah di bagian belakang yang juga bersebelahan salah satu rumah yang ikut terbakar. Kejadian ini ditengarai adanya korsleting atau arus hubungan pendek pada listrik.

“Kami semua tertidur, tida ada firasat atau tanda yang menunjukkan akan terjadi kebakaran. Sangat cepat api menjalar dan membakar rumah ini. Dalam situasi panik, kami juga sempat
kebingungan untuk menyelamatkan barang-barang yang ada di dalam rumah”, terangnya.

Anggota keluarga lain terlihat masih mengais puing, mencari sisa-sisa barang yang tak terbakar. Bapak Amran dan Nursyam hanya duduk termenung sambil memperhatikan mereka. Warga yang lewat tak henti-henti mengucap belasungkawa kepada keduanya.

Di lokasi kejadian sudah ada Posko yang telah berdiri yang dibuat oleh sebuah organisasi pemuda untuk menampung sumbangan dan donasi para relawan yang bersimpati kepada beliau.

Dari semua sumbangan dan donasi yang masuk, Bapak Amran berucap, “Kami sangat berterima kasih atas kebaikan hati semua, semoga Allah membalas-Nya”. (**)

SULHAN SAMMUANE

Selain Menulis dirinya juga dikenal aktif sebagai pemerhati pendidikan anak usia dini

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: