KISAH seorang pemuda yang tak mengenal ruang dan waktu. Kisah yang sudah dianggap layak dari seorang O’be untuk menuangkannya kedalam catatan ringkas beberapa paragaraf, puluhan kalimat ratusan kata.
Tubuhnya yang kurus, tutur katanya yang lemah lembut. Pipinya yang mulai menyusut dengan rambut tak terurai. Style-nya dengan tampilan apa adanya. Tak ada tampilan meyakinkan dalam dirinya jika ia seorang pemuda yang aktif di setiap ruang. Seorang aktifis yang layak disematkan kepadanya lewat beberapa aksi gerakannya. Ibaratnya, aksi demonstrasinya bagaikan sarapan paginya. Aksi kemanusiaan, makan siangnya. Aksi pendampingan, makan malamnya.
Pemuda yang dimaksud O’be ialah Irwan atau sapaan karibnya bernama Aci. Seorang pemuda asal Sendana lahir 31 tahun silam. Pemuda yang gigih memperjuangkan dan menyuarakan dari pelbagai problem kisah hidupnya. Dari problem percintaan, politik dan sosial mengantarkannya sebagai sosok yang layak diperhitungkan. Baik dikalangan masyarakat, pejabat hingga politisi.
Irwan menjadi pelopor gerakan di berbagai aksi demonstrasi di wilayahnya. Bermula dari kelurahan, kecamatan hingga ke kabupaten. Ia tak hentinya menyuarakan atas nama rakyat. Ia terus menyuarakan hal yang dianggapnya kontra. Dengan prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesi.
Bahkan, diawal perjuangannya sebagai aktifis harus dibayar mahal. Selain harus di caci oleh kalangan tertentu, Ia juga harus kehilangan sang kekasih gara-gara karena dianggapnya tidak sejalan dengan visi misi perjuangan hidup. Kekasihnya belum bisa menerima sosok Irwan kala itu, sebagai pemuda yang masuk dalam garis perjuangan rakyat melalui aksi-aksinya. Karena semua yang dilakukannya dianggap sebagai bentuk aksi pembangkangan terhadap pemerintah.
Kehilangan kekasih tak menyurutkan semangatnya. Irwan malah semakin beringas melawan oknum-oknum jail yang dianggap merugikan rakyat. Baginya, kehilangan kekasih dianggapnya hanya bagian dari dinamika perjuangan.
“Awalnya, apa yang saya lakukan sedikit sulit diterima oleh beberpa kalangan. Baik keluarga sampai kekasih saya dulu,” ungkap Irwan disela-sela istrihatnya.
Baginya, lebih baik menjomblo dijalur perjuangan kaum mustadaafin dari pada harus bahagia mencintai di atas ketertindasan bathin dan perasaan. Dunianya lebih luas ketika ia tak mencintai dan dicintai. Irwan rela mengorbankan segalanya demi sebuah cita-citayang dianggapnya pada jalur kebenaran.
Banyak yang menghujatnya, meskipun sedikit yang mendukungnya. Semakin ia dikecam, semakin ia tak surutkan niatnya membela yang benar. Karena ia menganggap, perjuangan tak akan sia-sia. Kebenaran akan mengalahkan kebathilan. Irwan pun menjadi salah satu inspirator untuk genrasinya.
“Saya tidak akan mudah tunduk begitu saja,” singatnya.
O’be jadi saksi sejarah perjuangan Irwan. Dan merilisnya beberapa aksi nyata yang sudah pernah dilakukannya, diantaranya:
– Aksi penolakan pembangunan perusahaan pasar koorporasi
– Aksi penolakan rektor Unsulbar
– Aksi penggalangan dana untuk nenek suna
– Aksi penggalangan dana untuk rakyat Palestina
– Pendampingan sengketa tanah
– Aksi penggalangan dana untuk kepulangan pasien di Makassar
– Dan masih banyak lagi aksi-aksi yang dilkaukan Irwan.
Meskipun ia seorang aktifis, Irwan justru banyak yang menawari untuk kerja proyek. Namun dengan gagahnya Ia menolak secara halus. Ia lebih memilih membangun usaha jasa cuci kendaraan yang dirintisnya lewat dana talangan dari pemuda lainnya. Ia memilih untuk mandiri. Lebih mengesampingkan projek ratusan juta, karena ia tak ingin menghianati perjuangannya.
“Banyak suka dukanya, meskipun banyak yang mencibir saya, namun tidak sedikit pula banyak yang menawari pekerjaan. Tapi saya tolak. Karena saya tak ingin menghianati perjuangan saya dengan sahabat-sahabat saya. Saya lebih baik membuka usaha seperti saatini,” tegas Irwan.