Sekjen KKT-PTI Pertanyakan, Kenapa Pemuda Harus Bertani?
Dari Pelatihan Pengoperasian Alat Mesin KKT-PTI

POLMAN, TAYANG9 – Dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pemuda dalam bertani, Komando Kawasan Terpaut Pemuda Tani Indonesia (KKT-PTI) menggelar pelatihan pengoperasian alat mesin pertanian bagi non aparatur angkatan I yang diselenggarakan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, 29 hingga 30 Agustus 2022.
“Harapan kami, melalui bimbingan dan pelatihan ini, bisa meningkatkan kapasitas seluruh peserta. Dari sana ia bisa merawat sendiri alat mesin pertaniannya. Selain itu juga bisa membantu masyarakat kelompok tani yang lain, yang sudah memiliki alat pertanian namun belum tahu tata cara menjalankan dan merawatnya,” kata Hassani Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Polewali Mandar.
Hassani berharap, “semoga pelatihannya bisa berlanjut terus dan membawa efek positif kepada masyarakat dan menjadi awal dari pelatihan-pelatihan selanjutnya dan lebih manfaat untuk para petani kita,” tutup Hassani dihadapan peserta pelatihan berjumlah 50 orang.
Sekretaris Jenderal KKT-PTI, Sugianto Baharuddin dalam acara penutupan kegiatan itu melontarkan pertanyaan yang menggelitik, “mengapa KKT-PTI mesti pemuda bertani? Karena hari ini, petani kita sudah banyak yang menginjak usia tua. Menurut Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang”.
Artinya, lanjut Sugianto, “terdapat sekitar delapan persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen masuk petani kolonial, atau petani yang sudah masuk usia tua. Bukan kita menafikan petani tua. Namun kita memikirkan persediaan pangan kedepannya”.
Juga disampaikan, “pertanian itu mulia, ia bagaikan matematika dasar, dalam arti kata semua mata pelajaran, lini kehidupan selalu ada matematika didalamnya. Fisika, ekonomi, hukum, kimia, politik dan sebagainya. Apapun pekerjaan dan profesimu, dari Presiden sampai kaum buruh akan selalu membutuhkan makanan dari hasil para petani”.
Labih jauh, Sugianto mengatakan, “Indonesia merupakan lumbung pertanian dunia. Maka seharusnya kita bertani lebih maju mandiri dan modern lagi. Jika orang tua dulu bertani untuk sekedar mencukupi kebutuhan hidup, maka hari ini pemuda bertani harus bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional bahkan dunia”.
Patut diketahui, pelatihan yang digelar itu, kepada para pemuda tani diperkenalkan, bagaimana memberi hasil yang lebih banyak. Hari ini, lanjut Sugianto, pertanian di China bisa menghasilkan 20 ton padi dalam luas lahan 1 ha. Ini berkat bantuan teknologi yang disebut smart farming. Dan itu pola pertanian para pemuda yang berbasis teknologi.
Sementara di Kecamatan Wonomulyo, perputaran uang dalam sehari mencapai 1,8 M. dan hanya sekitar enam belas persen yang masuk ke Kabupaten Polewali Mandar, selebihnya disuplai dari Sulawesi Selatan. “Kita punya pasar, tapi uang lari keluar, ini karena ketidaksiapan kita dalam bertani lebih maju,” beber Sugianto.