Jika Berduka Maka Menangislah, Karena itu Manusiawi

TAYANG9-Saat anda berduka atau tengah kehilangan sesuatu yang disayang. Maka menangislah, karena menangis itu manusiawi. Begitu penuturan Habib Ahmad Fadhlu Jafar al Mahdali saat memulai tausiahnya pada takziah malam kedua meninggalnya Azikin Noer atau yang karib disapa Bang Kiking, Kamis malam, 15 November 2018 di Kompleks BTN Manding.
Dikatakan Saiyyed Fadhlu, sapaan akrabnya, manusia perlu sering-sering menangis karena menangis itu manusiawi. “Bahkan menangislah dalam shalat dan kalau tidak bisa menangis, maka belajarlah untuk menangis. Karena meratapi diri dan kesalahan kita adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Tetapi juga bisa menjadi dilarang, ketika kita menangis dengan cara yang berlebihan dan seakan meniadakan Tuhan,” kata Saiyyed Fadhlu.
Lanjut dikatakannya, kematian sebagai bentuk kepulangan untuk kemudian mendapatkan kasih kasih sayang dari Allah. Demikianlah, kematian adalah penyempurna hidup.
Dikatakan Saiyyed Fadhlu, ada satu kisah dalam kitab, dulu di jaman Bani Isral, ada kaum yang datang memohon kepada Nabi untuk dimintakan kepada Tuhan agar kematian ditunda. Lalu Nabi itu bermohon kepada Tuhan dan Tuhan mengiyakan. Dan ditundalah kematian sekian lama. Lalu kaum itu kembali datang kepada Nabi untuk meminta agar kematian tetap ada, karena setelah permintaan pertama dikabulkan, semua orang hidup dan tidak mati-mati hingga manusia pada kaum itu mulai berjejal-jejal dan jumlah orang yang kian tua dan tak mati-mati kian banyak.
Hikmah dari kisah itu, menurut Saiyyed Fadhlu, kematian dibutuhkan, dan puncak pertemuan dengan Tuhan itu adalah pada kematian.
Dalam takziah yang dihadiri para aktivis pergerakan yang juga merupakan adik-adik dan anak-anak ideologi Bang Kiking, Saiyyed Fadhlu juga menceritakan sebuah kisah di jaman Rasulullah Muhammad SAW, saat itu kata dia, ada orang yang datang menghadap kepada Rasulullah dengan mengantarkan keluarganya yang gila untuk disembuhkan.
Saat itu Rasulullah bertanya kepada yang mengantarkan orang gila itu, jika ada uangmu maka sedekahkan kepada orang dan diniatkan untuk kesembuhan saudaramu itu.
Dari kisah itu, dikatakan Saiyyed Fadhlu, bahwa manusia bisa mentawassulkan sesuatu kepada usaha dan keselamatan dan kebaikan dirinya dengan bersedekah kepada orang yang membutuhkan.
“Termasuk memberi makan makhluk Allah. Bangun pagi langsung memberi kepada kehidupan termasuk kepada makhluk Tuhan selain manusia. Ini salah satu tips untuk keselamatan, yakni berbuatlah baik kepada orang lain dengan memberi,” beber Saiyyed Fadhlu.
Selain kisah itu, disampaikannya juga sebuah kisah seseorang yang bernama Mubarak, dia seorang tukang penggarap kebun dan juga budak. Pada suatu waktu si pemilik tanah datang membawa temannya untuk menikmati buah-buahan yang dikelola oleh Mubarak.
Namun sang pemilik kebun itu kemudian marah, karena semua buah-buahan yang disuguhkan oleh Mubarak kepadanya belum matang. Sang pemilik kebun itu kemudian bertanya kepada Mubarak, bagaimana mungkin kamu tidak bisa membedakan mana buah-buahan yang matang serta layak konsumsi dan yang tidak matang serta tidak layak untuk dikonsumsi, sementara engkau telah merawat kebun ini puluhan tahun.
Mubarak kemudian menjawab, betul tuan, saya sampai saat ini belum bisa membedakan mana buah yang bagus dan yang tidak bagus, karena selama saya menggarap dan merawat kebun ini tidak pernah sekalipu saya memakan buah-buahan ini. Karena kepada saya, tuan hanya meminta saya untuk menggarap dan merawat kebun dan buah-buahan ini, tetapi tidak untuk memakannya.
“Saya kira ini adalah sebuah kisah yang sangat baik, betapa terpercayanya Mubarak dalam merawat dan menjaga kebun tuannya. Dan andai ini terjadi di kampung kita, sudah hampir pasti buah-buahan itu sudah kita makan sejak lama. Namun itulah baiknya kita di Indonesia ini, karena kita memiliki hari lebaran yang menjadi momentum untuk meminta maaf atas kesalahan kita kepada orang lain,” urai Saiyyed Fadhlu diiringi tawa hadirin.
Khusus Bang Kiking, Saiyyed Fadhlu juga menyampaikan bahwa dimatanya Bang Kiking selain orangnya baik, juga sangat memungkinkan untuk kaya, tetapi Bang Kiking tidak lantas memilih untuk menjadi orang yang kaya. Padahal begitu banyak relasinya dan bahkan hampir semua orang dikenal dan mengenal baik beliau. Tetapi beliau tidak lantas memanfaatkan itu untuk kepentingan pribadinya. Misalnya dengan memperkaya dirinya,” ujarnya.
Dalam sesi akhir tausiahnya, Saiyyed Fadhlu secara khusus meminta kepada hadirin untuk mendoakan Bang Kiking, “saya meminta kepada kita semua, mari kita doakan seraya bercerita baik tentang beliau. Tradisi kita warga nahdliyyin di Sulawesi ini, salah satunya adalah mendoakan orang-orang yang telah meninggal. Dan ingat, proses hidup ini penting kita kelola baik, karena akan menentukan wujud kita ke depan. Dan yang paling penting jangan pernah berhenti mengirimkan doa kepada Abang Azikin, karena kita menjadi seperti saat ini karena beliau,” pungkas Saiyyed Fadhlu dengan mata berkaca-kaca.
Usai Saiyyed Fadhlu membawakan tausiahnya, sejumlah sahabat senior yang hadir malam itupun kemudian diminta oleh Assaibin selaku pemandu acara takziah itu, untuk secara bergantian memberikan testimoni atau kesaksian atas kebaikan hidup Bang Kiking. Tak terkecuali Muslim Sunar komisioner KPU Polman dan Rudi Fair ketua Banser Polman-pun ikut memberikan testimoninya.