BERITASTRAIGHT NEWS

Ekonomi Nusantara Tawaran Solusi Pulihkan Indonesia

Dari Diskusi dan Bedah Buku Ekonomi Nusantara Terbitan WALHI di Tinambung

POLMAN – Di mata wahana lingkungan hidup Indonesia (WALHI), dibutuhkan wacana lain yang bernama ekonomi nusantara yang tidak saja dipandang mampu mengakomodir kepentingan sosial dan lingkungan sebagai pelengkap ekonomi, namun juga menaruh kepentingan sosial dan lingkungan secara sejajar.

Karena itu WALHI menganggap penting untuk melawan hegemoni kapitalisme yang digerakkan oleh pengetahuan yang bernama ekonomi pertumbuhan. Begitu salah satu benang merah dari diskusi dan bedah buku yang dihelat oleh lembaga media masyarakat tranparansi Indonesia (Mammesa) di Cafe Putih Tinambung Polewali Mandar, Minggu malam 22 Desember 2024.

Boy Jerry Even Sembiring, penulis yang terlibat secara serius dalam penelitian selama kurang lebih tiga tahun di sejumlah daerah di Indonesia itu mengatakan, sistem kapitalisme yang digerakkan oleh pengetahuan yang bernama ekonomi pertumbuhan tidaklah boleh dipercaya begitu saja. Terdapat wacana lain yakni “ekonomi nusantara” yang memang disiapkan WALHI untuk melawan hegemoni ekonomi saat ini.

Dikatakannya, konsep ekonomi nusantara berangkat dari ketidakpercayaan terhadap sistem kapitalisme yang digerakkan oleh pengetahuan yang bernama economic growth. Konsep “ekonomi nusantara” tidak didesain untuk hanya sekadar menjadi pengetahuan alternatif. Satu pengetahuan yang hanya berupaya menemukan jalan tengah terhadap otoritas pengetahuan dominan saat ini.

“Konsep ekonomi nusantara tidak mengambil jalan kompromis, sehingga kami sebut ini sebagai wacana lain. Karena itu berbeda dari tawaran wacana yang sekedar menjadi alternatif, namun masih menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai indikator penting kemajuan. Wacana ini tidak sekedar mengakomodir kepentingan sosial dan lingkungan sebagai pelengkap kepentingan ekonomi, namun menaruh kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan secara sejajar,” ujarnya dalam kegiatan yang juga menghadirkan Melva Harahap, Manajer Pencegahan dan Penanganan Bencana WALHI dan Asnawi Direktur Eksekutif Darah WALHI Sulawesi Barat sebagai penangga satu dan dua.

Lebih jauh dikatakan Boy Jerry Even Sembiring mengutip buku yang ia tulis bersama Tanti Budi Suryani dan Bagas Yusuf Kausan, hegemoni kapitalisme dengan ekonomi pertumbuhannya telah mengantar Indonesia ke jurang krisis yang tidak berkesudahan.

“Kuasa rezim Soeharto yang berlangsung sangat panjang, merupakan awal penanaman hegemoni kapitalisme dengan ekonomi pertumbuhannyai. Tujuannya untuk merasuki common sense (baca: pemikiran awam). Menurut Gramsci, pemikiran awam menunjukkan cara orang yang tidak kritis dan tidak sadar dalam memahami dunia. Kondisi ini membuat anggapan bahwa ketidakadilan dan penindasan merupakan hal biasa. Apabila merujuk pendapat Foucault, maka hegemoni yang terjadi tidak lepas dari otoritas pengetahuan milik penguasa,” ujarnya.

Karena itu, menurut Boy Jerry Even Sembiring, ekonomi nusantara sebagai wacana lain atau narasi tanding, tidak sekedar menemukan irisan aspek sosial, alam (lingkungan), dan ekonomi. Lebih luas, narasi tanding ini menaruh ketiga aspek tersebut dalam satu lingkaran. Karena itu, menurutnya, WALHI menggunakan frasa “ekonomi nusantara” untuk menggambarkan praktik baik itu.

Dalam pandangannya, ekonomi nusantara, setidaknya mampu memenuhi empat indikator berikut yakni, hubungan sejarah kejayaan masa lalu dan saat ini. Kedua, hubungan praktik ekonomi dengan ragam lanskap ekologis di nusantara dan yang ketiga, integrasi praktik ekonomi dengan kehidupan sosial dan lingkungan. Serta berdimensi pemulihan kondisi sosial-ekologis.

Manariknya dalam kegiatan yang juga tampak dihadiri Ikhsan Welly eks direktur eksekutif daerah WALHI Sulbar itu, Melva Harahap lebih banyak menyoroti ekonomi nusantara dalam perspektif bencana ekologis. Dikatakannya, “bencana ekolagi yang terjadi hari ini di di sekitaran kita adalah ulah dari tangan-tangan yang rakus dan tidak pernah merasa cukup atas penguasaan ekonomi kapitalistik”.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Sulawesi Barat, Asnawi dalam tanggapannya mengatakan, buku ekonomi nusantara sebagai tawaran solusi pulihkan Indonesia itu telah memotret baik kebertahanan ekonomi dalam berbagai komunitas adat di nusantara dari berbagai gempuran ekonomi kapatilistik.

“Pilihan paling nyata adalah, kekuatan sistem ekonomi yang ada pada masyarakat adat kita, yang untuk itu menjadi catatan penting dalam buku Ekonomi Nusantara ini dalam menawarkan solusi memulihkan ekonomi Indonesia dalam berbagai gempuran hegemoni kuasa ekonomi kapital,” ujarnya yang disambut antusias peserta.

Antusiasme peserta yang terdiri dari aktivis, budayawan, seniman serta mahasiswa dan dosen juga camat Tinambung dan camat Limboro itu tampak dinamis. Itu ditandai sedikitnya tedapat dua belas orang peserta yang secara bergiliran mengemukakan pertanyaan dan pandangan dukungannya pada diskusi yang dipandu Abdul Muttalib direktur Mammesa.

Patut dicatat, buku ekonomi nusantara yang terdiri dari 448 halaman ini telah menjalani perjalanan panjang dengan riset yang berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya, seakan menawarkan kepada pembacanya, bahwa Indonesia mampu pulih dengan tidak meninggalkan pola dan kebiasaan tradisi leluhurnya.

Seperti di Bali dan berbagai masyarakat adat di nusantara, yang nyatanya masih tetap menjalankan tradisi keagamaan, tradisi kebudayaan dan setia menjaga kearifan lokalnya, seraya berdampingan dengan perkembangan dan laju perekonomian, termasuk pariwisata.


Penulis: Hasmiah penggiat lingkungan, anggota Mapala Unasman Sulbar

REDAKSI

Koran Online TAYANG9.COM - "Menulis Gagasan, Mencatat Peristiwa" Boyang Nol Pitu Berkat Pesona Polewali Sulbar. Email: sureltayang9@gmail.com Gawai: +62 852-5395-5557

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: