Tiga Lembaga Pemuda Gelar Seminar Sibaliparri, Dulu, Kini dan Nanti
Muhammad Zain: Setiap Bangsa akan Mencari Akar Primordialnya
POLMAN, TAYANG9 – Direktur GTK Madrasah Kemenag RI yang juga Direktur Utama Zain Office Dr. Muhammad Zain menjadi Keynote Speaker pada acara Seminar yang mengangkat tema: Sibaliparriq: kini, dulu dan nanti. Bersamanya, hadir pula tiga narasumber handal, Prof. Idham Khalid Bodi, Dr. Sri Musdikawati dan M. Syariat Tajuddin.
Kegiatan seminar yang berlangsung hybrid (off on line-red) dan dipandu Musdalifah tiu dilangsungkan di kantor Desa Mambu Kecamatan Luyo tak jauh dari situs assitaliang Allamungan Batu di Luyo,
Menaraiknya acara yang dibesut oleh tiga komunitas yang terdiri dari, Zain Office, Fokal dan Sufis Institute difasilitasi oleh Relawan Tik Sulbar yang dikomandoi Bang Mihram, Selasa 02 November 2021 itu tampak dihadiri sejumlah pemuda dari berbagai lintas generasi dan komunitas baik melalui off line maupun on line.
Dr. Muhammad Zain dalam pemarapan pengantarnya menyampaikan tukilan tulisan “Francis Fukuyama dalam bukunya Identity menjelaskan, “setiap bangsa dan kebudayaan akan mencari akar primordialnya. Mandar merupakan bagian dari bangsa dan kebudayaan, pun juga akan mencari akar primordialnya. Salah satunya adalah konsep Siwaliparriq”.
Lebih jauh dikatakan Zain, nilai dasar siwaliparri adalah pola hubungan dan bukan hubungan kuasa, tetapi kesetaraan.
“Kalau eropa punya emansipasi wanita, kita punya Siwaliparriq yang membangun hubungan harmonis. Seorang ayah menangkap ikan dan ibu membantu untuk menjualkannya. Nilainya adalah hubungan suami istri bukan hubungan kuasa, tapi partnership, equality dan kasih sayang”, urai Zain.
Di penghujung pemaparannya, Zain kembali menukilkan ungkapan Jalaluddin Rumi, “Cinta adalah obat, cinta itu adalah kekuatan, cinta adalah magic untuk perubahan dan cinta adalah cermin ke-Maha Agung-an Tuhan” Juga Ungkapan mandar: “Iya tu’u to Mandar rapang i beru’ beru’ kamenang malassu kamenang sarombong masarri”.
Sementara narasumber pertama Prof Idham Khalid mengatakan, “Ketika ada pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh Laki-laki, suatu waktu tidak sempat, maka perempuan yang mengerjakannya. Begitupun sebaliknya. Jika perempuan tidak mampu dari biasanya karena suatu hal, maka laki-laki yang harus turun tangan. Ini konsep umum sibaliparriq. Itu adalah cerminan harmonisasi keluarga untuk kebahagiaan”.
Hemat Idham Khalid, Siwaliparri juga terkait dengan pola hubungan anak dan orang tuanya, hingga warga dan pemerintah.
“Sibaliparriq bukan hanya berangkat dari keluarga, namun juga sampai pada sosial kemasyarakatan. Bagaimana sikap Anak kepada orang tua, bagaimana masyarakat peduli terhadap pemerintah dan pemerintah peduli untuk masyarakat. Bukan malah saling cuek dan benci”, beber Prof. Idham Khalid.
Senada dengan itu, narasumber kedua, Dr. Sri Musdikawati menjelaskan, “ajaran siwaliparri itu sudah melebur dalam diri kita, maka ini menjadi kekuatan peradaban. Gotong-royong asalnya dari sana. Mulai dari kerjasama mendidik, ketika ayah datang dari laut, perempuan mengambil alih untuk dapur, ketika ayah pergi perempuan mengambil alih untuk pendidikan anak”.
Dikatakannya, penting menanamkan nilai kepada generasi muda karena dengan itu diharapkan tumbuh generasi yang berkarakter.
“Maka sibaliparriq adalah penanaman nilai kepada generasi muda. Akan bagaimana Karakter anak, itu ditentukan dari hasil kerjasama perempuan dan laki laki yang mendidik. Keduanya memang saling membantu untuk perkembangan karakter anak, namun perempuan jauh lebih mendidik sebab ia telah menjadi ibu setiap saat bersamanya”, ujar Sri Musdikawati.
Sementara itu, M. Syariat Tajuddin dalam pemaparannya lebih banyak memantik diskusi dengan sejumlah pernyataan, “dulu, para leluhur kita sengaja medesign rumahnya, selalu ada balkon. Kenapa ada balkon? Ternyata itu adalah tempat menyimpan benda-benda pusaka. Menariknya bukan hanya pusaka, balkon juga seringkali menjadi tempat khusus untuk perempuan. Itu artinya bahwa posisi perempuan itu kurang lebih sama dengan benda pusaka yang harus kita jaga”.