Sukses, Gelaran Workshop Musik Kosaster Siin
TAYANG9-Divisi Musik Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kosaster Siin Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) menggelar workshop musik bertema “Bunyi dalam Pertunjukan” di Gedung Fakultas Agama Islam Unasman ini, Selasa, 1 Mei 2018 lalu.
Workshop yang mulai dihelat pada pukul 20.00 Wita itu diikuti berbagai perwakilan UKM dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang berada di Kampus Unasman ditambah sejumlah organisasi luar kampus Unasman, seperti UKM Bala Tau IAI DDI, STIKES Biges, dan Sanggar Seni SMAN 1 Polewali.
Ketua Umum UKM Kosaster Siin Unasman Daniel Yobi mengatakan, sebagai salah satu program kerja dari divisi music maka workhsop dimaksudkan sebagai ajang silaturahim juga sebagai wadah untuk menambah wawasan juga referensi mengenai esensi bunyi bagi pertunjukan.
Workshop ini menghadirkan tiga narasumber dari unsur seniman Mandar, Ridwan Ismail, Sahbuddin Mahganna dan Ramli Rusli. Dalam materinya, Ridwan Ismail mengatakan dalam setiap komposisi bunyi dalam musik Mandar selalu mempunyai makna.
Senada dengan itu, Sahabuddin Mahganna lebih banyak menguraikan perbedaan yang mendasar antara bunyi dan suara. Dikatakannya, dalam diri manusia, bunyi itu tidak hanya bergulat pada dunia materi saja, namun bunyi sebenarnya juga sampai terhadap dunia immateri.
“Bunyi belum tentu melodi, dan melodi sudah tentu bunyi, contohnya ialah ketika kita mengetukkan tangan kita di meja, maka dari ketukan itu akan menghasilkan bunyi, namun saat kita mengetukkan beberapa kali, dan berirama dalam ketukan itu, maka otomatis ketukan itu menjadi sebuah melodi,” ujarnya Sahbuddin.
Lanjut Sahbuddin, suasana, bunyi dan juga naskah sangat menentukan hasil akhir pertunjukan. Naskah yang bertema jaman dahulu, mesti harus sesuai dengan suasana jaman dahulu.
“Sebagai contoh, jika sebuah naskah menceritakan mengenai sebuah daerah yang terjadi kebakaran, dan saat itu ada orang yang berteriak meminta tolong. Artinya, jika bunyi yang ditampilkan ialah sebuah genderang yang bertalu-talu, maka itu tidak dibenarkan, karena itu akan merusak pertunjukkan dan suasana yang tengah dibangun. Baiknya, ialah suara sirine pemadam kebakaran, sebab keadaan atau suasana pada saat itu akan menambah dramatis suatu pertunjukan,” bebernya.
Intinya menurut Sahbuddin, bunyi, suasana, naskah, dan juga situasi itu haruslah memiliki makna yang terkandung, guna menyukseskan pertunjukan.
Menariknya, meskipun hujan mengguyur saat Sahbuddin menyampaikan materinya, namun para peserta tampak tetap serius mengikuti pemaparan yang disampaikan Sahbuddin.
Sementara itu, Ramli Rusli dalam materinya lebih banyak menyinggung soal gambaran divisi music UKM Kosaster Siin Unasman.
Dikatakannya, di Kosaster Siin Unasman di dalam keanggotaannya terdapat berbagai macam jenis orang yang memiliki selera pada beragam genre musik. Seperti dangdut, rock and roll, country dan sebagainya, hal itu, membuat Kosaster berwarna akan beragamnya genre musik yang ada.
Ditambah lagi adanya beragam kecakapan dalam bermain musik, ada yang tau musik, dan benar-benar tidak tau musik. “Nah, bagi yang benar-benar tidak tau musik, minimal harus belajar mengenai memasukkan nada, ya walaupun nadanya tidak masuk,” ujar Ramli disambut tawa peserta.
Lajut Ramli, kendati minim sarana alat musik yang tersedia, namun Kosaster sering menjuarai perlombaan music. Hal itulah yang mengherankan. Sehingga tak heran, masih lanjut Ramli, dalam berbagai pementasan Kosaster Siin Unasman, acap kali terkesan nekad, itu tampak dari kepiawaiannya menggunakan peralatan seadanya guna menghasilkan sebuah intrumen tambahan dalam pertunjukan.
“Contohnya kawat yang digesekkan ke tripleks yang menghasilkan suara hujan, atau seng yang dipukul yang menghasilkan suara petir. Nekad disini ialah dimana memaksa untuk berinovasi dan bersikap kreatif dalam setiap pertunjukan,” bebernya disambut gemuruh tepuk tangan peserta.
Nanang, salah satu peserta dari UKM Bala Tau IAI DDI Polman, kepada media ini mengatakan, kegiatan yang digelar divisi musik Kosaster Siin Unasman ini patut diapresiasi baik. “Karena sembari menambah wawasan mengenai tentang bunyi dalam pertunjukan itu sendiri, juga berbagai referensi mengenai musik dapat diperoleh para peserta,” ujarnya.
Selain itu, masih menurut Nanang, ditengah gandrungnya generasi kini pada musik bergenre pop, kegiatan yang dihelat Kosaster itu menjadi kenyataan lain, “karena menyadarkan para peserta betapa musik karya lokal juga penting. Dan inovasi musik daerah juga tetap harus dilakukan,” ujarnya. (**)
MUH WAHYU HIDAYAT penulis tengah berproses kreatif di pers mahasiswa Radikal Unasman