BERITAFEATURESTRAIGHT NEWS

Menemui Anggun, Remaja Putus Sekolah Tinggal Sekeluarga di Kolom Rumah Warga

“Namun apa lacur, harapan Hasril untuk merubah nasib dan ekonomi keluarganya tak semanis dengan harapannya. Kini keluarganya sebatang kara, bahkan salah satu anak perempuannya pun harus rela meninggalkan bangku sekolahnya.”

Oleh : Sulhan Sammuane

WARNA langit sore terlihat gelap, sebuah isyarat alam yang mengirimkan pesan, jika sore ini akan turun hujan. Diufuk barat pun cahaya sang surya mulai tak tampak, terhalang oleh awan mendung yang semakin menebal. Begitupun tiupan angin terasa dingin menerpa kulit, menembus kain yang terbalut di badanku.

Melewati sebuah jembatan kayu, motor yang kukendarai kuhentikan, bersamaan dengan kendaraan para relawan sosial yang menamakan dirinya Komunitas Sembilan, di depan sebuah bangunan kayu tepat di timur jalan utama Desa Batetangnga Kecamatan Binuang, Polewali  Mandar

Rumah kayu dengan bentuk sederhana itu menghadap selatan. Bagian atas rumah dihuni oleh sang pemilik rumah, sedang pada bagian kolom rumahnya dengan dinding kayu seadanya, ditinggali oleh satu kepala keluarga yang berjumlah 9 orang, dengan status menumpang.

Ada beberapa orang anak yang sedang bermain di halamannya, nampak begitu asyik. Dengan mainan seadanya mereka begitu menikmati sore, tak hiraukan persoalan-persoalan yang terjadi disekitarnya.

Seorang pria dengan tampilan sederhana nampak berjalan keluar dari dalam kolom rumah itu. Dia mengenakan celana pendek abu-abu dan kaus berwarna putih tak berkerah.

Lelaki itu bernama Hasril. Di kolom rumah yang berukuran 4×5 meter itu, dia melewati hari bersama istri dan tujuh anaknya. Ramah dan  senyum menjadi pembuka diawal pertemuan. Cepat dia langsung mempersilahkan masuk kedalam kolom rumah yang ditempatinya.

Di dalam kolom rumah itu , tidak ada perabotan yang istimewa. Dibagian dalam Hanya sebuah tv warna yang terpasang di atas sebuah meja dan ruang itu pula yang sekaligus tempat tidur bagi satu keluarga itu.

Sepatah dua kata, Hasril mulai bercerita kisah hidupnya. Kisah yang dia lewati bersama dengan istri dan anak-anaknya, hingga akhirnya harus menumpang di kolom rumah warga.

“Saya dari enrekang pak, tepatnya di daerah cakke. Sebelum saya pindah di polman, saya kerja di kampung Padangloang, daerah perbatasan Pinrang dan Toraja. Nanti pada bulan April ditahun lalu (2017 pen.) saya pindah, karena diajak oleh orang sini untuk kerja lahan kebun”, tuturnya pada Kamis (13/12)

Namun apa lacur, harapan Hasril untuk merubah nasib dan ekonomi keluarganya tak semanis dengan harapannya. Kini keluarganya sebatang kara, bahkan salah satu anak perempuannya pun harus rela meninggalkan bangku sekolahnya.

Remaja putri itu adalah anak kedua Hasril yang bernama Anggun Prasasti. Pada tahun ini dia telah genap berusia 15 tahun. Anggun yang saat ini seharusnya bersekolah seperti anak yang lainnya. Menurutnya, jika saat ini sudah duduk di bangku kelas 3 SMP. Namun kenyataannya, sudah lama Anggun tak pernah lagi menggunakan seragam putih birunya.

Anggun tak dapat lanjut bersekolah, lantaran pihak sekolahnya yang berada di daerah Kabupaten Enrekang tidak mau membuatkan surat keterangan pindah sekolah sebagai syarat untuk masuk di sekolah barunya di Polewali Mandar.

Anggun menjelaskan jika pihak keluarganya yang berada di Kabupaten Enrekang sudah beberapa kali mendatangi sekolahnya untuk meminta surat keterangan pindah sekolah, namun tak ada hasil.

“Saya sudah urusmi pak surat rekomendasi sekolah yang bersedia terima saya disini, tapi pihak sekolahku di Enrekang tidak merespon. Bahkan kami sudah telpon tapi tidak ada jalan keluarnya hanya disuruh menunggu”, Ungkap Anggun.

Karena hanya gara-gara surat pindah itulah, kini Anggun harus rela tak berseragam sekolah. Padahal Anggun sangat rindu dengan suasana belajar seperti saat di sekolahnya dulu. Anggun ingin melanjutkan sekolahnya, sebab Ia ingin menyelesaikan pendidikan hingga kejenjang perguruan tinggi.

”Saya masih mau belajar seperti teman-temanku dan ingin terus lanjut sekolah,” katanya dengan penuh harap.

Jika ada pihak yang dapat membantunya, Anggun  akan sangat senang. Sebab, dia rindu dengan suasana sekolah. Dia ingin sekali mewujudkan cita-citanya sebagai dokter dan membahagiakan kedua orang tuanya.

Dalam kunjungan itu pula, salah seorang relawan penggagas Komunitas Sembilan serta aktif dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, Guntur Adhi Pradana, mengaku sangat prihartin akan kondisi Anggun. Manurutnya, Ia akan mencoba berkoordinasi dengan pihak yang bersangkutan untuk bisa memfasilitasi masalah Anggun. Dengan  harapan agar putri kedua Pak Hasrul bisa kembali mengeyam pendidikan.

“Nanti kita coba koordinasikan dengan pihak UPTD disini, mudah-mudahan ada petunjuk. Mari kita sama-sama doakan, mudah-mudahan ada jalan agar anak ini bisa bersekolah kembali ”, pungkasnya. (**)

SULHAN SAMMUANE

Selain Menulis dirinya juga dikenal aktif sebagai pemerhati pendidikan anak usia dini

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: