BERITASTRAIGHT NEWS

Kiai D Zawawi Imron Bawakan Orasi pada Pembukaan Festival Sastra Mandar HISKI Sulbar

POLMAN, TAYANG9- Dalam kesusasteraan penting untuk setia berkarya tanpa pernah berpikir untuk menjadi orang terkenal atau tidak. Begitu salah satu kutipan orasi Kiai D Zawawi Imron di acara pembukaan Festival Sastra Mandar (FSM) yang dihelat Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia (HISKI) Komisariat Sulawesi Barat, Sabtu 09 November 2019.

Dalam orasinya, penyair dan budayawan nasional yang mendapatkan anugerah kebudayaan dari negara melalui kongres kebudayaan Indonesia belum lama ini mengatakan, penting para sastrawan dalam melahirkan karya sastra berangkat dari hati.

“karena dengan begitu karya sastra itu akan menjadi manfaat bagi masyarakat pembacanya dan tidak lahir dari kepentingan lain yang tidak akan memperkaya khasanah kesusasteraan,” ujarnya.

Acara itu selain dihadiri Chuduriah Sahabuddin Ketua HISKI Sulbar yang juga rektor Unasman tampak pula hadir KH. Muh Syibli Sahabuddin Ketua Yayasan Asyariah Mandar, Imam Besar Masjid Suhada Polewali, Habib Fadhlu Djafar Al Mahdali bersama sejumlah pengurus HISKI Sulbar, para wakil rektor dan petinggi fakultas dan prodi Unasman serta puluhan mahasiswa dan pelaku seni sastra dan budaya Mandar.

Khusus dijajaran pemateri, selain Kiai D. Zawawi Imron hadir pula Mulyadi anggota HISKI dan dekan fakultas sastra UMI Makassar serta Yuyun Yundini Husni Djamaluddin dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK) Jakarta yang juga merupakan anak kandung sang panglima puisi Husni Djamaluddin.

Patut dicatat, melalui acara FSM yang baru kali pertama digelar dan bertema ‘menisik masa depan sastra Mandar’ itu, HISKI secara khusus juga menggelar sejumlah sub kegiatan sebagai rangkaian dan menu utama festival para penggiat dan penyuka karya sastra itu.

Mulai dari bedah buku di tiga tempat berbeda yakni di Unasman Polewali, SMA 1 Campalagian dan di STAIN Majene mulai dari tanggal 09 hingga 11 November 2019. Bedah atas tiga buku karya tiga penulis Mandar itu adalah, kumpulan puisi ‘Jaramming’ karya Suparman Sopu, kumpulan Kalindaqdaq karya Suradi Yasil dan novel Daeng Rioso karya Adi Arwan Alimin.

Selain acara bedah buku, juga dibarengi dengan sejumlah pertunjukan kesenian, seperti pakkalindqda, malam apresiasi sastra, deklamasi puisi, pakkacaping dan pakkeke, peqelong peondo dan sejumlah kegiatan lainnya seperti temu pemerhati sastra dan silaturrahmi maestro sastra Mandar. Sedang, khusus acara pembukan FSM itu, kosaster siin Unasman juga hadir sebagai penampil dan menjadi supporting acara.

Dalam berbagai kesempatan kepada koran online ini, Chuduriah Sahabuddin mengatakan, menisik masa depan sastra Mandar lebih dimaknai sebagai cara untuk melakukan penerawangan atas kondisi kesusasteraan Mandar ke depan.

“Yang titik berangkatnya adalah, bagaimana HISKI mampu berperan dalam upaya melestarikan sastra khususnya Sastra Mandar agar semakin dikenal dan sebagai pemantik untuk membawa sastra mandar masuk kedalam pendidikan formal,” beber Cuhuduriah Sahabuddin.

Senada dengan itu, As’ad Sattari, Sekretaris HISKI Sulbar juga berharap kiranya pemerintah daerah maupun provinsi meningkatkan perhatiannya dalam upaya pemajuan sastra, terutama sastra Mandar.

Yang menarik, melalui orasinya, Kiai D. Zawawi Imron berpesan, “jika ingin menjadi penyair harus belajar dulu tentang keindahan, keindahan yang dimaksud ialah bukan wajah yang elok rupawan melainkan hati yang bersih,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta yang hadir pada acara pembukaan FSM itu.

NURWAHIDA KUSUMAH

Anak kedua dari tiga bersaudara ini tercatat masih kuliah dengan konsentrasi jurusan komunikasi. Peminat diskusi seputar pendidikan, pemberdayaan dan penulisan, komunikasi serta media massa ini juga berniat untuk menjadi penulis dan pembaca berita yang baik

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: