Gelar Dialog Kebangsaan, GP.Ansor Sulbar Minta Gerakan Radikalisme Diwaspadai
Mamuju -Tayang9 – Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (PW.GP.Ansor) Provinsi Sulawesi Barat, menggelar dialog kebangsaan, di Cafe Goodwill Kabupaten Majene, Jum’at, 30/08/19.
Kegiatan dengan tema”Menangkal Gerakan Radikalisme Masuk Kampus” dan dibuka langsung oleh Ketua PW.GP.Ansor Provinsi Sulawesi Barat itu, menghadirka 3 orang narasumber, yakni Kapolres Majene AKBP Asri Effendy, Dandim 1401 Majene Letkol Inf. Ragung Ismali Akbar, serta Ketua Jurusan Ilmu Politik Unsulbar Muhammad.
Ketua PW.GP.Ansor Provinsi Sulawesi Barat Sudirman.Az. mengatakan bahwa gerakan radikalisme, khususnya di daerah harus senantiasa diwaspadai.
“Radikalisme harus kita waspadai bersama dan harus kita mengetahui ciri -ciri paham radikalisme,” ucap Sudirman.Az.
Berikut 10 ciri-ciri faham radikalisme, menurut Ketua Wilayah GP.Ansor Sulawesi Barat.
1. Selalu mengajak kembali langsung kepada Al-Qur’an dan Hadits, tanpa ittiba’ (mengikuti) pendapat para ulama.
2. Percaya bahwa perubahan (baik agama maupun negara) hanya bisa dilakukana secara menyeluruh ekstrim atau melampaui batas kewajaran umum dan drastis, tanpa cara damai, dan bertahap.
3. Mereka sering memaksakan pemahaman ekstrim, dengan menuduh orang lain sebagai bid’ah, kafir, sesat, neraka, bahkan ingin mengubah moral masyarakat beragama dengan cara-cara khawarijiyah (berontak), bukan tajridiyyah (bertahap, berproses).
4. Tidak mengakui tradisi yang sudah mengakar, sehingga membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Semangat beragamanya sangat tinggi, hingga menjadikan yang sunnah seakan seperti wajib, misalnya jenggot, cingkrang celana, brukut jilbab, dan lainnya, sedangkan yang amaliyah fadha’iliiyyah (bersifat utama), dianggapnya bid’ah dan harus “dihijrahkan”.
6. Karena semangat yang kelewat tinggi pula, mereka tidak sungkan memaksakan kehendaknya, dengan cara-cara memberangus Aswaja atas nama teks ajaran Islam yang disebut paling murni. Ini yang membahayakan Ahlusunnah Wal Jama’ah yang meniru semangat Walisongo, dan Kanjeng Nabi dalam menjalankan dakwah secara bertahap.
7. Mengklaim kebenaran Islam hanya ada di kelompoknya, yang lain salah karena dianggap tidak sesuai sunnah Nabi dan Al-Qur’an.
8. Suka mengedepankan buruk sangka karena merasa dirinya aman dari murka Allah (ghadzabillah) karena merasa dirinya paling nyunnah sejagad akhirat.
9. Sifat radikal menumbuhkan kecemasan (teror), dan penghancuran fisik (vandalisme) kepada orang lain yang tidak sepaham. Mereka berani hancurkan makam auliya’ atas nama pemahaman sempit tentang khurafat mereka. Islam radikal itu 11-12 dengan Islam teroris.
10. Tuduhan mereka, antara lain: tahlil bid’ah, ziarah wali sebagai penyembah kuburan, Allah ada di Arasy, orang tua Nabi dituduh kafir, maulid dan tawassul adalah syirik, hingga Pancasila disebut thogut, NKRI sebagai negara kafir, dan lain – lain.(*/FM)