BERITAFEATURE

Dunia Aktivis, Seni Budaya dan Pergerakan Mandar Berduka

KABAR duka itu merebak seketika melalui beragam media komunikasi dan informasi. Adalah sahabat, abang atau kakak sekaligus mentor juga guru bagi banyak pihak para aktivis, pekerja seni budaya, dan para tokoh dunia pergerakan. Atau mereka yang gandrung pada diskusi bahkan aksi turun ke jalan dengan membawa beragam tema dan issu pencerahan dan kebaikan banua.

Abang Kiking sang aktor teater yang aktivitis LSM itu telah berpulang, dan dia kembali ke pelukan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kabar itu menyentak banyak pihak. Innalilillahi wa inna ilayhi rajiun. Hanya itu kata yang paling pertama keluar dari bibir setiap orang yang mengetahui kabar telah berpulangnya Azikin Noer atau yang lebih intim dipanggil Bang Kiking.

Kabar itu tidak hanya membuat semua pihak yang mengenal baik Bang Kiking terhenyak dan kaget, tetapi juga membuat semua pihak terasa tidak percaya. Terlebih mereka yang mengenalnya dan dipertemukan dengannya beberapa saat atau beberapa hari, atau bahkan beberapa jam sebelum akhirnya ia pamit untuk berpulang selamanya.

Pasal utamanya, tidak ada sakit yang mendera, juga tidak ada keluhan yang keluar dari bibir Bang Kiking kepada orang-orang yang dekat dengannya di hari-hari terakhir sebelum dia berpulang pada subuh yang dingin, Rabu 14 November 2018, sekitar pukul 04.00 dini hari di salah satu rumah sakit swasta di Mamuju.

Malam itu, di sebuah hotel berbintang di Mamuju, Bang Kiking masih sempat terlibat serius dalam sebuah acara yang belakangan ini dilibatinya sebagai Konsultan Pendamping Wilayah (KPW) V Sulawesi Barat pada Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD).

Namun pada dini hari sekitar pukul 01.00 di salah satu kamar tempat ia menginap malam itu, Bang Kiking yang tercatat sebagai Tenaga Ahli Madya (TAM) Peningkatan Kapasitas dan Kaderisasi KPW V Sulawesi Barat itu dikabarkan terjatuh dan kemudian dilarikan ke Rumah Sakit.

Subair Sunar salah satu rekan kerja Bang Kiking yang ditemui media ini di rumah duka di depan pasar ikan Wonomulyo mengatakan, sejauh ini tidak pernah ada keluhan yang berarti tentang derita sakit yang diidapnya.

“Yang ada malah Bang Kiking-lah yang selalu mengkhawatirkan kami. Termasuk terakhir beberapa hari yang lalu saya masih sempat diingatkan lagi untuk tetap dalam kondisi terkontrol dalam bekerja dan bersikap terhadap kehidupan ini,” tutur Subair dalam nada rendah.

Tak heran, yang tampak di rumah duka sejumlah pihak datang melayat, mulai dari para aktivitis, seniman, akademisi, penggiat kebudayaan, penyair, penulis, tokoh agama dan tokoh masyarakat, politisi, pejabat Pemkab Polman dan Pemprov Sulbar.

Secara bergantian mereka kemudian satu persatu penapaki tangga rumah panggung kayu tempat Bang Kiking disemayamkan untuk melihat Bang Kiking terakhir kalinya. Sang aktor teater dan aktivis yang selalu setia dengan kopiah hitam dan sarung serta syal yang melilit di lehernya.

Doa-doa dikumandangkan dan dilangitkan menuju Sang Khalik. Kembali Mandar berduka. Bang Kiking yang baik itu telah berpulang. Semoga ditempatkan ditempat terbaik bersama para kekasih Allah. Yakin, pekik syairmu di banyak panggung dan kesempatan akan tetap mengalun indah di langit Mandar. Dan biarlah senyum indahmu pada sesama juga doa-doa terbaik kami akan menjadi teman perjalananmu.

REDAKSI

Koran Online TAYANG9.COM - "Menulis Gagasan, Mencatat Peristiwa" Boyang Nol Pitu Berkat Pesona Polewali Sulbar. Email: sureltayang9@gmail.com Gawai: +62 852-5395-5557

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini: