GAGASANKOLOMOPINISULHAN SAMMUANETERKINI

Dimanakah Hati Nurani ?

Catatan atas Tragedi Kemanusiaan Warga Polman di Papua. 

SEBUAH kabar duka datang menyelimuti udara di atas tanah Mandar – Sulawesi Barat. Kabar duka itu datang dari ujung pulau paling timur Indonesia, Papua. Diberitakan seorang warga Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat, harus meregang nyawa atas pengeroyokan oleh oknum yang tak bertanggung jawab di bumi cenderawasih yang berjuluk mutiara hitam itu.

Di media sosial, sebagai salah satu kanal warga, tragedi kemanusiaan itu begitu cepat menjadi viral. Berbagai media online pun tak kalah gesit memberitakan. Membuat sejumlah ulasan kronologi kejadian. Bahkan tokoh organisai masyarakat dan paguyuban orang-orang Sulawesi Barat di Papua angkat bicara dan mengecam tindakan keji itu.



Pria bernama Yus Yunus asal Desa Sumberjo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polman adalah korban yang diduga berawal dari kesalahpahaman. Dari beberapa pemberitaan media, dikabarkan korban tewas meregang nyawa akibat amukan warga. Pria yang bekerja sebagai supir truk itu telah merantau sejak 15 tahun lalu, diduga telah menabrak seorang warga disana juga seekor binatang ternak hingga tewas di jalan Trans Nabire – Paniai Kabupaten Dogiyai.

Yus Yunus yang kala itu, dengan mengendarai truk yang mengangkut barang, sedang dalam perjalanan dari pedalaman Papua menuju Nabire. Namun saat berada di lintasan jalan trans tersebut, dalam waktu yang bersamaan seorang pengendara motor dari arah yang berlawanan, dalam kecepatan yang cukup laju tiba-tiba menabrak kawanan tiga ekor binatang ternak yang melintas dan memotong jalannya. Nahas, si pengendara motor tak mampu menguasai kendaraannya dan akhirnya menabrak seekor dari kawanan binatang ternak yang melintas itu. Akibatnya pengendara motor itu terpental hingga beberapa meter lalu jatuh berguling-guling di jalan.

Bersamaan dengan itu, Yus Yunus yang juga tengah melintas tepat di tempat kejadian dari arah yang berlawanan. Melihat ada kejadian di depannya, Yus Yunus dengan sigap membanting stir agar keluar dari jalur jalan, dengan maksud ingin menghindari pengendara motor itu.



Sesuai laporan laman berita Online Tribratanewspolresnabire.com, pertanggal 23 februari, menuliskan berdasarkan keterangan Kasat Lantas Polres Nabire AKP Hendra Krisnawan SH., SIK, jika truk milik Yus Yunus yang melaju di jalur jalan yang sama dari arah berlawanan, tidak mampu menghindari pengendara motor yang terpental itu dan masuk ke bawah kolong truk miliknya. Hingga akhirnya, pengendara motor itu terlindas oleh ban belakang truk milik Yus Yunus.

Akibat kecelakaan itu, konon sejumlah warga di sekitar tempat kejadian menjadi kalap dan beringas. Yus Yunus sang supir truk, yang ditengarai telah menabrak seorang warga beserta binatang ternaknya itu kemudian menjadi objek kemarahan hingga membuatnya meregang nyawa tanpa ada pembelaan dan perlindungan.

Dari sebuah video yang diunggah melalui akun facebook, sebelum meninggal, terlihat korban berlari meminta perlindungan ke beberapa petugas kepolisian di tempat kejadian. Namun itu tak cukup mampu membuat Yus Yunus terhindar dari amuk warga. Sesekali Yus Yunus meminta tolong untuk dilindungi. Namun petugas seperti tak bisa berbuat banyak, hanya berusaha sebatas menahan dan menenangkan warga. Semakin Yus Yunus berusaha berlindung, warga pun semakin kalap.

Oknum petugas yang ada sepertinya bergeming melihat kejadian di depan mata. Seakan tak memiliki daya untuk mengambil sikap tegas, melindungi nyawa seorang warga. Mengapa disaat situasi seperti itu, oknum petugas tidak segera mengevakuasi korban dari amukan warga dan mengamankannya?



Sungguh petugas adalah pelindung masyarakat yang memiliki kewajiban serta kewenangan untuk mengamankan. Sebagaimana seharusnya alat negara yang oleh undang-undang diminta untuk memiliki kemampuan bertindak tegas ditengah kondisi darurat. Terlebih, jika itu menyangkut nyawa seorang warga. Bukankah sebagai petugas berhak untuk mengambil langkah taktis dan pengamanan sesuai prosedur standar di tengah kondisi yang seperti itu?

Langkah taktis dan prosedural dimaksud adalah untuk membuat kondisi segera kondusif dan tidak harus membuat ada korban jiwa yang harus jatuh. Lalu salahkah jika catatan ini, kemudian mencoba mempertanyakan dimanakah hati nurani di tengah peristiwa kemanusiaan ini?

SULHAN SAMMUANE

Selain Menulis dirinya juga dikenal aktif sebagai pemerhati pendidikan anak usia dini

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button
%d blogger menyukai ini: