SAYA mulai dengan ungkapan cinta. Pencinta kan selalu mengisi ruang dimana kekasihnya berdiam. Sehingga ketika engkau tanya sang Pencinta perihal keberadaan dirinya, jawabnya pasti: “Aku selalu ada dimana kekasihku berdiam ”
Tentunya Istighosah pun menghadirkan sang kekasih Tuhan dengan lantunan sholawat atasnya. Melepas tahun 2021 menyambut tahun 2022 semarak untuk Indonesia dari luyo yang menyapa. Para panitia pelaksana yang tergabung dalam Majelis Sholawat Simpang M, sibuk lalu lalang.
Mereka ada yang terlihat sibuk ngurus makanan di dapur, ngiris-ngiris bawang dan cabe. Dikolom rumah juga ada yang sibuk ngurus kabel dan sound lengkap dengan mic nya. Ada juga sibuk dengan segala keruwetan administrasi. Terlihat si bungsu enerjik menyapu lantai teras, gemulai namun cekatan.
Motor dan mobil terparkir rapi, setiap kali keluar untuk urusan konsumsi, bahan dan peralatan. Panggung utama pun terhias cantik nan rapi. Berlatar bambu hijau mengeluarkan cahaya di malam hari. Dan itu juga adalah ide panitia design pencipta panggung Istighosah.
Semua persiapan, persembahan dan pengorbanan ini untuk membersamai kekasih sejati Muhammad SAW. Tidak ada yang lain. Melepas tahun dan menyambut Tahun, bersama sang kekasih dalam Acara Istighosah. Itu pesan inti dari Sang Guru.
Matahari sudah melewati ketergelinciran nya, hujan pun menyapa sesaat, sepertinya memberi kehangatan menyiram bumi, tempat kami nanti duduk bersimpuh bersama. Dimulai waktu sore, ba’da ashar, beberapa kelompok majelis Ta’lim se-Kec. Luyo sudah nampak disebrang jalan. Kakinya melangkah kadang tak teratur, menghindari jalan becek didepannya.
Satu per satu naik rumah, seketika penuh dengan ibu-ibu majelis Ta’lim. Diatas terlihat rombongan KUA Luyo dan Ustadz Syuaib Jawas didampingi oleh tuan Rumah. Sementara di pojok kanan, diisi oleh generasi Z. Berbondong-bondong mengisi ruang pengajian. Walau mereka tidak pengalaman sebelumnya, mereka terlihat tenang dan menikmati. Meskipun ada aja yang bikin ribut.
Pengajian dimulai dengan Khidmat. Rasulullah Meriwayatkan bahwa Ada 4 Pertanyaan sebagai syarat masuk surga. Umurnya untuk apa dihabiskan? Ilmunya sejauh mana ia amalkan? Harta darimana dan digunakan untuk apa? Terakhir tubuhnya untuk apa dia manfaatkan?. Pembahasan ini panjang, butuh ruang tulis untuk mengulas itu. Insya Allah.
Acara puncak dimulai setelah sholat Isya. Masing masing penanggungjawab sibuk dengan urusannya. Namun terkadang keluar koridor jika ada perintah dari guru. Itulah didikan santri yang selalu taat pada gurunya dalam kondisi apapun. Perlahan-lahan tamu berdatangan, memasuki ruang pelataran Istighosah yang hanya beralaskan Karoro’ atau terpal biru.
Space terbagi dua, untuk Ikhwan dan untuk Akhwat. Pemerintah setempat, desa dan kecamatan turut diundang. Tokoh agama, imam masjid dan mushollah serta semua komunitas Se-Kecamatan Luyo dan karang Taruna juga terlibat berpartisipasi. Masyarakat setempat tidak ingin ketinggalan momentum. Mengambil shaf paling belakang.
Dengan nada merdu, MC memulai. Rangakaian acara teroganisir, Tim Hadrah dari Majelis Simpang M membuka dengan Sholawat yang menggema. Dilanjutkan haflah Qira’ah Al-Qur’an, tujuh Qori’ dan Qori’ah terbaik provinsi dan Nasional dari Luyo tampil berselang-seling. Spirit Indonesia Raya dan Ya Lal Wathan pun digelorakan.
Sampai pada acara inti Pembacaan Ratib Al-Haddad oleh Habib Fahmi Al-Idrus (pimpinan majelis Ta’lim Anwar at-taufiq) semoga keberkahan tahun baru meliputi kita semua, umat muslim, bangsa dan negara ini. Selanjutnya Ayahanda Guru Zainul Abidin (Pimpinan Majelis Dzikir Raudah Al-Abidin) berpesan kepada pemuda dalam Hikmah Istighosah:
“Wahai Anak muda, ada dua hal yang harus ditanggalkan di tahun 2021, Akhlak yang buruk dan suka ingkar janji. Tahun 2022 berjanjilah pada diri sendiri untuk memperbaiki akhlak. Harus tahun ini lebih gagah, ganteng, tampan dibanding tahun sebelumnya, caranya adalah Berparaslah seperti Muhammad” ini akan saya tuliskan pada ruang selanjutnya (Melepas kejombloan dengan Paras Muhammad)
Mambu, 1 Januari 2022