Mereka Beda Denganku, Tapi Kami Bersaudara
Selamat Natal 2020 dan Tahun Baru 2021

ADA banyak teman yang akhirnya menjadi tidak hanya sekedar teman, tetapi sudah menjadi saudaraku, kendati tidak lahir dari ayah dan ibu yang sama. Mereka menganut agama yang berbeda dengan agama yang saya anut. Tetapi mereka baik dan memperlakukanku laiknya seorang saudara. Bukan lagi sekedar teman sepermainan, atau teman sekolah dan teman kuliah atau teman sepekerjaan.
Mereka adalah manusia yang sama seperti saya. Mereka punya empati, mereka baik dan memiliki kepedulian. Ya, mereka adalah saudaraku yang menganut aliran dan paham kemanusiaan yang sadar bahwa berteman tidaklah cukup, tetapi menjadi saudara jauh lebih di atas levelnya. Utamanya jika ditakar dalam nilai kemanusiaan.
Saya sakit mereka menjengukku, saya kehabisan uang mereka membantuku, mereka tahu saya kelaparan, tidak jarang mereka metrarktirku makan. Bahkan yang paling sering, mereka mengajaku ngopi dan menyodorkan rokok kepadaku. Saya menggelar acara, mereka hadir menemaniku membagi kebahagiaan dan kebaikan. Mereka menemaniku tertawa dan pada kali yang lain, mereka juga menemaniku menangis dan bahkan bersedia menyediakan ‘tissue’ untuk menyeka air mataku saat saya terpuruk didera kesedihan dan duka lara kehidupan.
Mereka adalah orang-orang baik yang dihadirkan Tuhan sebagai saudara dalam kehidupanku. Kami bercanda dan bergaul sebagai saudara tanpa ‘hijab’ pembatasan keimanan yang menyekat kami untuk tidak sama tertawa dan menangis. Imanku adalah yang aku yakini, sebagaimana saya juga sangat menghargai keyakinannya pada keimanan yang mereka percayai dan mereka anut.
Saya dan saudara saya itu, juga kerap memiliki mimpi yang sama, dan begitulah yang selalu mengemuka baik dalam diskusi ringan maupun berat saya dengan mereka. Mimpi tentang kebaikan dan pentingnya memperlakukan agama kami yang berbeda itu, sebagai nilai utama untuk saling peduli. Kami lahir dari latar kebudayaan yang berbeda dan ada pula yang sama, yang karenanya, sama mengajari tentang kebaikan dan ketulusan juga keikhlasan yang tak sekedar main-main.
Agama dan kebudayaan, dalam diskusi kami itu sama-sama memiliki kandungan nilai yang sama, yakni menuju kebaikan dan kedamaian hidup yang karenanya butuh kesadaran untuk sama mempersaudarakan. Tanpa tipu-tipu, kebohongan dan apalagi kemunafikan. Maka, biarkanlah, kami yang bersaudara ini sama bertumbuh sebagai anak negeri yang seharusnya selalu baik-baik saja. Selalu jalan beriringan dalam saf-saf dan atau barisan orang-orang baik yang memiliki hak bermimpi tentang Negeri yang baik dan karenanya membutuhkan anak-anak negeri yang baik hatinya. Halus budi pekertinya dan mengerti betul makna kemanusiaan, dipersaudarakan dan mempersaudarakan.
Alhasil, hingga catatan ini dituliskan, rasa-rasanya diantara kami tidak pernah ada masalah. Termasuk tatkala saya bahagia atas momentum perayaan agama yang saya anut, mereka hadir sama berbagi nikmat kebahagiaanku. Tidak sekedar mengucapkan selamat yang klise dan kering makna.
Karenanya, biarlah di hari yang baik ini, tepat saat perayaan hari kebahagiaan saudara saya itu. Sebagai saudara, rasanya saya tidak lagi memiliki alasan untuk tidak pula ikut merasakan kebahagiaannya. Selamat natal dan tahun baru saudaraku. Mari tetap sama berpegangan tangan, belajar setia untuk menjadi orang baik. Agar kita sama bertumbuh dalam lingkungan juga di Negara yang semoga baik-baik saja. Amin. [/*]
Tinambung, 25 Desember 2020
Selamat natal dan tahun baru saudaraku. Mari tetap sama berpegangan tangan, belajar setia untuk menjadi orang baik. Agar kita sama bertumbuh dalam lingkungan juga di Negara yang semoga baik-baik saja. Amin.