Idris : Kelurahan dan Desa Harus Mampu Mengenali Lebih Dini Bahaya Terorisme

Mamuju – Tayang9 – Sekertaris Provinsi (Sekprov) Sulawesi Barat Muhammad Idris, menghadiri acara Rembuk Aparatur Kelurahan, dan Desa, tentang literasi informasi melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulbar, di Hotel D’ Maleo, Mamuju,Kamis, 20/06/19.
Dalam kesempatannya Muhammad Idris mengatakan, bahwa salah satu fungsi rembuk aparatur kelurahan dan desa, adalah melakukan deteksi dini terhadap bahaya terorisme, sehingga melalui pemberdayaan warga negara dalam menyampaikan informasi yang benar mengenai kondisi lingkungan masyarakat.
“Kelurahan dan desa harus mampu mengenali lebih dini bahaya terorisme, dan gelagat kelompok-kelompok tertentu, dengan memberdayakan masyarakat dalam hal menyampikan informasi yang ada di lingkungan baik RT, kampung-kampung kalau memang sudah ada gelagat aneh,” ucap Muhammad Idris.
Selain itu ia juga menegaskan, agar aparatur kelurahan, dan desa khsususnya di Wilayah Provinsi Sulawesi, tidak lalai terhadap adanya bahaya terorisme.
“Sebab keberadaan terorisme, pasti awalnya bersemayam di unit-unit pemerintahan terkecil,” tutupnya.
Sementara itu di tempat yang sama, Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT-RI) Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis mengatakan, bahwa pihaknya akan mendorong aparatur kelurahan dan desa untuk dapat memahami bahaya terorisme dan strategi pencegahannya, serta menyebarluaskan pengetahuannya kepada masyarakat.
Menghadapi ancaman terorisme dibutuhkan kebersamaan, sehingga diharapkan semua elemen dapat bersama-sama untuk saling mendukung, memberi semangat dan bangkit bersama.Terorisme bisa terjadi dimanapun dan kapanpun secara tidak terduga. Para pelaku merupakan bagian dari masyarakat yang setiap saat ada dan mendiami lingkungan sekitar kita bila kita lengah,” tutur Hendri.
Selain itu ia juga menambahkan, agar seluruh elemen dapat saling meningkatkan ketahanan diri dari pengaruh paham radikalisme terorisme, seraya membangun deteksi dini melalui kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
“Salah satu penyebab tingginya potensi radikalisme dan terorisme belakangan ini adalah faktor kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan literasi masyarakat. Era pergeseran masyarakat yang awalnya di dunia nyata beralih ke dunia maya, menjadikannya tidak siap mengalami kesulitan dalam membedakan mana informasi yang benar dan salah. Situasi ini semakin diperparah dengan semakin merebaknya berita bohong (hoax) yang mengalir deras di dunia maya,” tutupnya.(*)