“Ada” Gusdur di Jalan Pemuda
Oleh :
Muh.Wahyu Hidayat
Akhir-akhir ini, di penghujung tahun terjadi akan sebuah fenomena tsunami informasi, baik itu di media sosial, maupun di setiap diskusi warung kopi membahas tentang seorang tokoh, yakni Gus Dur. Sosok yang bernama asli KH.Abdurrahman Wahid, seorang guru bangsa yang juga merupakan mantan Presiden ke empat Republik Indonesia.
Ia wafat di penghujung tahun, entah mengapa tuhan memilih hari itu Rabu,30 Desember 2009, terhenti di angka 69 umur beliau. Yang ditandai pula dengan sebuah awal dari pengulikan pemikiran-pemikiran yang ia cecerkan, dan ingin dirangkum menjadi sebuah manifesto bagi orang yang ingin mendekat dengannya, meraih berkah darinya.
Sudah 10 tahun berlewat, dan di hari ini Sabtu, 28 Desember 2019, pukul 20:30 di tengah-tengah pengulikan akan pemikiran beliau, mulai dari Sabang sampai Merauke, ada sebuah organisasi pemuda, dengan nama Gerakan Pemuda (GP) Ansor Cabang Polewali Mandar (Polman) yang juga menggelar pengulikan itu dan ternyata yang pertama di Sulawesi Barat, sekedar untuk menghidupkan dan juga membumikan pemikiran beliau untuk dimanifestasikan di _litaq mandar._
Jalan Pemuda, yang sangat cocok dengan nama Organisasi yang menjadi Banom Nahdlatul Ulama (NU) di bidang pemuda menjadi saksi akan kegiatan ini.
Mengawali Haul, Tahlil dibacakan, dengan maksud menyambung tali silaturahim dengan almarhum juga sebagai doa agar dosa almarhum diampuni dan juga untuk mengingat akan kematian bagi para pembaca serta dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya. kurang lebih 20 menit waktu yang terlewatkan, 26 pemuda-pemudi melantunkan tahlil “La ila haillallah” menggema di ruang yang sederhana berdinding papan, beralaskan karpet warna hijau serta beratap daun rumbia, yang penuh dengan nuansa kerinduan kepada sang guru bangsa. kemudian dilanjutkan dengan do’a yang dipimpin langsung oleh Kak Busrah Baharuddin,S.Sy.,ME yang juga selaku ketua GP.Ansor Polman.
Seusai tahlil, muncul sosok pria berpenampilan menarik berkopiah hitam, dari pintu masuk ruangan, ia sudah tak asing lagi bagi kami, aktifis muda NU tentunya, Munawir Arifin sapaannya, yang menggenakan baju hitam berkerah, berpasangan dengan peci hitam, yang ternyata beliau menjadi narasumber dalam pengulikan sosok Gusdur hari ini.
Beliau lalu masuk, dan segera diarahkan untuk duduk di depan bersanding dengan Kak Busrah, moderator pun mengambil alih forum, membacakan sedikit tentang narasumber dan tema yang akan di angkat “Gusdur & Pribumisasi Islam”.
Dengan perawakan santai, namun dengan gaya bicara serius, Kak Awi yang biasa penulis sapa, sekejap ia mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan ini, dan juga sedikit menyentil akan gerakan organisasi-organisasi lain, sebagai contoh Organisasi Mahasiswa, layaknya PMII, baik dari tataran Cabang, Komisariat, bahkan Rayon yang mestinya menggelar juga Haul Gusdur sebagai sarana silaturahim antar kader dan juga interaksi dengan pemikiran beliau.
Lepasnya, Kak Awi memaparkan bahwa kita membaca Gusdur itu dengan melihat dan membaca media, tulisan-tulisan juga buku-buku yang ia tulis sendiri atau orang lain yang menulis tentang Gusdur, bahwa memang pemikiran-pemikiran beliau sangat luas, juga ruwet seperti yang Greg Barton ulas tentang beliau.
Greg Barton saja, yang ber-titel Profesor bidang politik Islam globaldi Deakin University, Australia dan sangat dekat dengan Gusdur, belum dapat secara tuntas mengulik tentang Gusdur dan bagaimana dengan kita yang tidak bisa mewawancarai langsung dengan beliau, menarik secarik pengalaman dan pengetahuannya, yang bisa kita lakukan, hanya-lah dengan menarik narasi-narasi dari tulisan atau buku-buku tentangnya.
Pribumisasi Islam merupakan salah satu dari 9 Point dari Nilai yang bisa di ambil dari pemikiran Gusdur dan juga merupakan tema dari kegiatan ini, Kak Awi menjelaskan dengan mengambil dari Buku Islam-ku, Islam Anda, Islam Kita. Bahwasanya Pribumisasi Islam merupakan manifestasi Kehidupan Gusdur.
“Islam-ku”
Berangkat dari keber-Islam-an subjektif Gusdur seperti dimana ia masuk pesanten, kemudian dalam perjalanan pendidikan beliau ke Kairo, Mesir dan kemudian kecewa lantaran ia mesti mengulang pelajaran yang sama dengan yang ada di Indonesia. Gusdur kemudian menuju ke Baghdad melanjutkan misinya, setelah usai apa yang ia inginkan, ia kembali ke Indonesia.
“Islam Anda”
Dengan mengambil penalaran dalam perjalanannya bahwa keber-Islam-an seseorang itu memang berbeda di setiap wilayah, seperti ia melihat Islam di Indonesia, Islam di Mesir, dan Baghdad, ada perbedaan di dalamnya, disebabkan situasi dan kondisi wilayah tersebut.
“Islam Kita”
Inilah akulturasi dari Islam ku, Islam Anda dan menjadi Islam Kita, yang lalu kemudian menjadi Pribumisasi Islam.
Namun, terjadi sebuah problem dalam hal itu, yakni melihat adanya sebuah gerakan formalisasi Islam, bahwa Islam itu mesti terlihat formal bagi masyarakat, menurut Gusdur sendiri itu keliru, _Pertama_, hal itu atau formalisasi Islam tidak dapat dilakukan sebab di Indonesia sendiri telah dilaksanakan seperti demikian, tapi dengan mensinergikan budaya tradisi di dalamnya, _Kedua_, Tidak sesuai dengan pondasi Islam yang ada di Indonesia yang memang telah ber-akulturasi dengan Budaya dan tradisi seperti yang dibahas pertama.
Pribumisasi Islam itu sendiri menjadikan keber-Islam-an di Indonesia berbeda dengan wilayah-wilayah lain, itulah mengapa lahir Islam Nusantara, yakni sebuah konsep, dimana Islam tidak mengkerdilkan bahkan memusnahkan adanya ke khas-an suatu budaya tradisi di suatu wilayah, tapi antara Islam dan Budaya tersebut saling ber-Akulturasi.
Ahlussunnah Wal Jamaah sendiri (Aswaja) bukanlah sebuah Ideologi yang kaku, namun sebenarnya Aswaja merupakan sebuah metodologi membaca sebuah kehidupan, itulah Pribumisasi Islam.
Kak Awi pun selesai dalam pemaparannya, yang langsung membuat Kak Nuryadi selaku moderator mengambil alih, ternyata tidak segera dilakukan tukar fikiran, namun sebagai jeda, ada pembacaan puisi untuk memberi warna Haul Gusdur ini yang kemudian dilanjut dengan pemutaran video tentang Gusdur dan pemikirannya.
Pukul 21:51 Wita, suara gemuruh petir terdengar keras dari langit luas, menjadi awal penanda akan turunnya hujan membasahi bumi, menjadi penanda berahirnya pemutaran video, sekaligus berahirnya rangkaian kegiatan Haul Gusdur dan di tutup dengan membacakan surah Al-Fatihah yang ditujukan kepada beliau.
Al-Fatiha buatmu Gus..(*)