Categories: KOLOMMS TAJUDDIN

Sore Ini Aku Minum Teh Buatan Si Sulung

SAMBIL membaca buku tua yang begitu lama ditinggal dan tampak telah dipeluk erat oleh debu, aku menyeruput pelan-pelan teh buatan di sulung yang baik hati.

Rasanya inilah waktu yang tepat merayakan waktu senggang ditengah luberan dan kejaran pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk dan saling timpal menimpali. Membuat aku terasa berada di atas sebuah perahu yang menganga lantainya.

Belum kering airnya tertimbah, datang lagi air dalam jumlah yang lebih banyak. Sedang tujuan perjalanan perahu ini harus tetap berjalan dan sampai di pulau harapan yang sedang dituju.

Aku merayakan waktu senggang dengan bahagia sebelum toa masjid menyetel suara tarhim menjemput magrib. Dingin masih menemani, seusai rinai yang rintik-rintik, namun perjalanan waktu, ternyata bergerak tidak melamban.


Dan rasanya perayaan kegembiraan menemani waktu-waktu yang senggang bersama buku tua yang telah lama diabaikan dan ditinggalkan menjadi kian kasip pula kesusu.

Padahal ditengah khaos pikiran dan statemen usai pemilihan, faktanya kita menjadi membutuhkan ruang katarsis untuk kembali menarik nafas. Mencari kelegaan ditengah membuntunya kedamaian yang dilabrak oleh politik yang disetir oleh para elit.

Kini, saat kita berada dalam lanskap kehidupan yang menjadikan agama sebagai percakapan utama. Yang oleh percakapan itu, membuat segalanya tampak seakan menjadi halal untuk dilakukan. Pertunjukan cacian dan umpatan yang dipertontonkan dalam balutan pakaian agama seakan menjadi sesuatu yang absah dan legal.

Padahal semestinya agama sebagaimana disetir Iqbal menjadi ruang untuk mencecap pengalaman kreatif yang bisa membuat ego yang telah membatu menjadi peka.


Kecurigaan pada kecurangan, seakan telah berlangsung tanpa kendali. Orang-orang meruncingkan moncongnya untuk memanah mereka yang tak sepaham oleh kepentingan hegemoni dan kuasa. Hidup rasanya menjadi tak lagi begitu indah. Selain berisi syak wasangka.

Kita telah bergeser sedikit dan memahami peta perjalanan ini adalah lingkaran siklikal. Semoga kita tidak lantas kembali ke era kaum bar-bar yang belum tercerahkan dan tenggalam dan melarut ke dalam masa jahiliyah.

Dan biarkan aku, pada sore ini hanya serius menyeruput teh buatan si sulung tanpa gangguan perolehan suara dan sejumlah angka-angka statistik juga disiplin ilmu politik.

Tentu saja dengan belajar mencecap kebahagiaan dan kedamaian seraya berlayar menumpangi perahu yang tengah bergerak pasti menuju tujuan dan pengharapan.

MS TAJUDDIN

belajar membaca dan menulis juga pembelajar di kehidupan

Recent Posts

OTP 37 Mamuju Juara Polman Cup V, Bantai Tidola FC Polman 5-1

POLMAN, TAYANG9 - Tim OTP 37 Kabupaten Mamuju juara turnamen sepak bola antar club se…

19 menit ago

Suara Tuhan di Antara Denting Sendok dan Senyuman

DISELA riuhnya lagu pujian dan tawa anak-anak yang memenuhi jalanan kampung Tabone pada perhelatan pekan…

22 jam ago

Tabone: Dari Kampung Sunyi ke Pusat Rohani

DIBALIK lekukan pegunungan nan indah serta jalanan kecil yang tenang, Kelurahan Tabone biasanya dikenal sebagai…

1 hari ago

Pelantikan Pejabat Eselon II Sulbar Tertahan, SDK Kritik Proses di BKN

MAMUJU, TAYANG9 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Pemprov Sulbar) hingga kini masih menanti turunnya Persetujuan…

2 hari ago

Pawai Ta’aruf Tahun Baru Islam 1447 H Warnai Semangat Hijrah di Mamuju

MAMUJU, TAYANG9 – Semangat perubahan dan kebangkitan terasa kuat menyelimuti langit Mamuju saat ribuan warga…

2 hari ago

Cegah Sengketa Pertanahan, Menteri Nusron Ajak Kepala Daerah Sosialisasikan Pemasangan Tanda Batas Tanah

SUMEDANG, TAYANG9 - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, mengajak…

2 hari ago