Categories: KOLOMMS TAJUDDIN

Perjalanan dan Rindu

PERJALANAN adalah sebuah kata yang bisa saja, akan segera mengajak imajinasi kita bergerak kepada kegirangan tentang sebuah pertemuan baru dengan orang yang sebelumnya berjarak dengan diri kita. Perjalanan menjadi salah satunya upaya meringkas jarak pula ruang dan mendekatkan kita kepada yang sebelumnya hanya ada dalam pikiran atau dalam bayangan.

Suasana yang tadinya hanya berada dalam aras rindu yang khayali seketika mewantah. Dan pertemuanpun akan segera merubah. Yang tadinya dirindukan, seketika meraib. Rindu memang selalunya hadir pada sesuatu yang sedang tidak berada bersama dengan diri kita. Artinya rindu sering hanya persoalan ruang yang tidak sedang menyatu.


Tetapi betulkah perjalanan hanya sekedar kegirangan tatkala rindu meraib oleh pertemuan yang mewantah? Tidakkah perjalanan juga adalah sebuah pengorbanan yang membutuhkan energi dan bahkan tangis? Tersebab perjalanan yang sedang bergerak menghapus rindu, juga adalah momentum untuk melahirkan rindu yang baru pula.

Iya, perjalanan melahirkan kerinduan yang baru pada apa yang kita tinggal untuk sebuah perjalan menemui momentum meraibnya rindu. Meraibkan rindu justru adalah melahir ciptakan rindu yang baru. Karenanya perjalanan tidaklah sebegitu sederhana.

Perjalanan membutuhkan kelegaan, tidak saja pada keletihan tetapi juga kelegaan pada terlahirnya rindu yang baru pada yang ditinggalkan. Dan agaknya tepatlah apa yang dikatakan Ebiet G Ade dalam lagunya tentang perjalan yang jika dikutipkan berbunyi begini:

Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih …


Seakan Ebiet sedang bercerita kepada kita, tentang penghayatannya pada sebuah perjalanan yang menyedihkan karena engkau tak ada disampingku kawan.

Artinya kawan menjadi sesuatu yang penting bagi seorang Ebiet. Baginya perjalan tanpa kawan disampingnya adalah kekeringan yang kesepian bahkan sunyi. Dan demikianlah, perjalan kita butuhkan untuk sebuah upaya menuju kepada apa yang kita sebut pengharapan untuk mewantahkan sesuatu yang hanya dalam angan. Perjalan dalam literatur agama juga disebutkan sebagai hijrah.

Hijrah sebagai upaya untuk bergerak menuju kepada kebaikan yang artinya juga adalah meninggalkan keburukan. Menuju pintu taubat-lah mungkin tepatnya. Entahlah.

Yang pasti rasanya penting untuk kembali melanjutkan lagu Ebiet yang mengalun indah menemani malam menuju dini hari ini. Sama pentingnya kembali melanjutkan perjalanan tersebab:

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana


Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang

Perjalanan, 9-10 Mei 2018

MS TAJUDDIN

belajar membaca dan menulis juga pembelajar di kehidupan

Recent Posts

Suara Tuhan di Antara Denting Sendok dan Senyuman

DISELA riuhnya lagu pujian dan tawa anak-anak yang memenuhi jalanan kampung Tabone pada perhelatan pekan…

18 jam ago

Tabone: Dari Kampung Sunyi ke Pusat Rohani

DIBALIK lekukan pegunungan nan indah serta jalanan kecil yang tenang, Kelurahan Tabone biasanya dikenal sebagai…

1 hari ago

Pelantikan Pejabat Eselon II Sulbar Tertahan, SDK Kritik Proses di BKN

MAMUJU, TAYANG9 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Pemprov Sulbar) hingga kini masih menanti turunnya Persetujuan…

2 hari ago

Pawai Ta’aruf Tahun Baru Islam 1447 H Warnai Semangat Hijrah di Mamuju

MAMUJU, TAYANG9 – Semangat perubahan dan kebangkitan terasa kuat menyelimuti langit Mamuju saat ribuan warga…

2 hari ago

Cegah Sengketa Pertanahan, Menteri Nusron Ajak Kepala Daerah Sosialisasikan Pemasangan Tanda Batas Tanah

SUMEDANG, TAYANG9 - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, mengajak…

2 hari ago

OTP 37 Mamuju Melaju Final Polman Cup V, Kandaskan Makmur Jaya Enrekang 4-2

POLEWALI MANDAR, TAYANG9 - Tim OTP 37 Kabupaten Mamuju, melaju final turnamen sepak bola antar…

2 hari ago