Categories: GAGASANOPINI

Menjadi Seorang Guru Anak Usia Dini

MENJADI guru di sekolah sebuah taman kanak-kanak ataupun kelompok bermain, tak semudah melihat ataupun dalam ucapan. Banyak yang mengira bahkan meremehkan jika profesi itu adalah pekerjaan yang semua orang dengan gampang bisa melakukannya.

Kenyataan yang terjadi justru bisa terbantahkan. Menjadi seorang pendidik anak usia dini, mesti dan harus memiliki mental dua kali baja. Dalam prakteknya para pendidik harus memiliki skill yang mumpuni, kesabaran tingkat dewa, dan tentunya kreatifitas serta ketelatenan yang super duper hebat.

Dalam keseharian para pendidik anak usia dini, tidak jarang dari mereka “melupa” diri, mereka ikut dan terbawa pada dunia yang namanya makhluk lucu dan menggemaskan, dunia anak-anak. Mereka harus bisa menyelam kedalam dasar dan ruang anak-anak yang tentunya jauh berbeda dengan dunia dewasa.

Bermain adalah dunia para anak-anak, di wajah para pendidik harus senantiasa terlukis senyum, nada yang keluar dari mulutnya pun selalu merayu dan merendah, sangat jauh dari ucapan kasar dan mengancam. Sebuah dunia yang bukan dunianya. Mereka juga terkadang menjadi orang yang terlihat tak waras, karena menjadi sosok kerbau atau sapi ketika harus memerankan karakternya dalam cerita atau dongeng.

Diantara beberapa anak didik sangat sulit untuk kendalikan. Menjadi pengganggu rekan-rekannya yang lagi asyik menggambar, disudut ruang lain ada yang menangis tak tentu sebab, dan berlari dan tak bisa diam atau bersikap sangat manja dan ingin selalu diperhatikan. Jadi, apa pendidik anak usia dini itu masih dibilang gampang….???

Tidak sampai disitu saja, mereka para pendidik harus selalu berganti karakter, jika ada anak yang sedih sang guru harus bisa menjadi teman curhat mengganti ibu aslinya. Begitu pun jika ada yang sakit atau terluka saat bermain, sang guru harus mampu menjadi perawat yang bisa menyembuhkan dari rasa sakit dan menghapus air mata. Dan kadang mereka harus menjadi, maaf “tukang cebok” saat siswanya buang air atau membersihkan anak didiknya yang kotor.

Nah terpenting, para pendidik diharuskan untuk memberikan pengajaran tentang adab, etika dan sopan santun sejak dini, sebagai bekal untuk bersosialisasi kepada orang-orang disekitarnya. Mengajarkan kepada mereka tentang pemahaman akhlak dan agama. Bagaiman beribadah atau berdoa serta perkara benar dan salah dalam kehidupan. Dan jika salah mengajarkan, maka akan berdampak bagi anak didiknya yang mungkin terbawa hingga masa depannya. Jika itu benar terjadi, maka amal keburukan akan selalu tercatat dalam lembaran dosa, sebab muasal kesalahan itu bersumber dari sang pendidiknya.

Jadi Sekali lagi, masih ada yang mau bilang jadi guru PAUD gampang..?? (*)

SULHAN SAMMUANE

Selain Menulis dirinya juga dikenal aktif sebagai pemerhati pendidikan anak usia dini

Recent Posts

Siswi SMAN Tinambung Polman, Zalfa Naqiyya Terpilih Calon Paskibraka Nasional 2025

POLMAN, TAYANG9 --- Siswi kelas Dua Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar…

22 menit ago

Pemain Tidola FC Polman, Farhan Kembali Ikut TC Memperkuat Sriwijaya FC

POLMAN, TAYANG9  - Pemain Tidola FC, Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Muhammad…

9 jam ago

OTP 37 Mamuju Juara Polman Cup V, Bantai Tidola FC Polman 5-1

POLMAN, TAYANG9 - Tim OTP 37 Kabupaten Mamuju juara turnamen sepak bola antar club se…

1 hari ago

Suara Tuhan di Antara Denting Sendok dan Senyuman

DISELA riuhnya lagu pujian dan tawa anak-anak yang memenuhi jalanan kampung Tabone pada perhelatan pekan…

2 hari ago

Tabone: Dari Kampung Sunyi ke Pusat Rohani

DIBALIK lekukan pegunungan nan indah serta jalanan kecil yang tenang, Kelurahan Tabone biasanya dikenal sebagai…

2 hari ago

Pelantikan Pejabat Eselon II Sulbar Tertahan, SDK Kritik Proses di BKN

MAMUJU, TAYANG9 – Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Pemprov Sulbar) hingga kini masih menanti turunnya Persetujuan…

3 hari ago